23
3. Efektivitas Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643BL2012, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Pembentukan Komite Nasional Good Corporate Governance di
Indonesia menegaskan peran komite audit. Peran dan tanggung jawab komite audit dituangkan dalam charter komite audit yang secara umum dikelompokkan
menjadi tiga bagian besar, yaitu financial reporting, corporate governance, dan risk and control management.
SEC Security of Exchange and Commision mengindikasikan bahwa komite audit memiliki peran penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan
melakukan pengawasan kegiatan manajemen dan auditor dalam proses pelaporan keuangan SEC, 1999 dalam Bryan et al., 2004. Perusahaan publik diwajibkan
membentuk komite audit sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643BL2012.
Bryan et al. 2004 menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor eksternal dan mengevaluasi
laporan keuangan perusahaan, berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan auditor internal dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit
membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan Anderson et al.,
2003. Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
24
pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan auditor internal dalam melakukan pengawasan BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643BL2012.
Klein 2006 menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian audit,
ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan transaksi antara perusahaan dan karyawan. Komite audit juga meneliti masalah hukum dan
peraturan pemerintah karena mereka berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan untuk menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian
internal. Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal Bradbury, Mak dan Tan, 2004
dan Klein, 2006. Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum Dye, 1988; Atle dan Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004. Adanya komunikasi formal antara
komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal
yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan Anderson et al. 2003.
Price Waterhouse 1980 dalam Siallagan dan Machfoedz 2006 menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit
memberi kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan integritas dan kredibilitas melalui: 1 Pengawasan atas proses pelaporan termasuk
sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum.
25
2 Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Bryan et al. 2004 menekankan peran komite audit dalam pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan,
terutama dalam penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan efektivitas komite audit.
Penelitian yang pernah ada sebelumnya menyarankan ukuran komite audit, independensi, keahlian dan jumlah rapat komite audit mempengaruhi efektivitas
komite audit dalam melakukan pengawasan atau monitoring DeZoort dan Salterio, 2001; Klein, 2002; Siregar and Utama, 2008; Metawee, 2013 dalam
Soliman dan Ragab, 2014. a. Ukuran Komite Audit
Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643BL2012. Untuk membuat komite audit yang efektif
dalam pengendalian dan pemantauan atas kegiatan pengelolaan perusahaan, komite harus memiliki anggota yang cukup untuk
melaksanakan tanggungjawab Kristanti dan Syafrudin, 2012. Jumlah anggota komite audit yang harus lebih dari satu orang ini
dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan rapat dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota
komite audit memiliki pengalaman tata kelola perusahaan dan pengetahuan keuangan yang berbeda-beda Kristanti dan Syafrudin,
2012.
26
Anderson et al. 2003 menemukan bahwa ukuran komite audit yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan dapat
meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori ketergantungan sumber daya, efektivitas komite Audit meningkat ketika ukuran komite
meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan Kristanti dan
Syafruddin, 2012. Oleh karena itu, diharapkan keberadaan komite audit yang efektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas laba yang
dilaporkan. b. Jumlah Rapat Komite Audit
Untuk menentukan efektivitas komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, Hrici 2010 dalam Salehi, Zanjirdar dan Zarei
2012 menggunakan aktivitas atau jumlah rapat komite audit sebagai salah satu faktornya. Forum for Corporate Governance in Indonesia
FCGI mewajibkan komite audit untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali dalam satu tahun Kristanti dan Syafrudin, 2012. Efektivitas
Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin
yang akan membantu komite audit dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan dalam hal menjaga informasi manajemen McMullen dan
Raghunandan, 1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012. Klein 2006 menemukan bahwa frekuensi pertemuan atau rapat
komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas informasi laba.
27
Collier dan Gregory 1999 dalam Kristanti, et.al., 2012 mengungkapkan bahwa komite audit yang menyelenggarakan jumlah rapat
yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan
informasi keuangan perusahaan. Dengan melakukan rapat secara periodik, komite audit dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan
terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen.
Sharma 2009 dalam Barua 2010 membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi
pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Treadway Commission National Commission on
Fraudulent Financial Reporting, 1987, Public Oversight Board 1993, SEC Chairman Levitt 1998 dan the Blue Ribbon Committee BRC, 1999
dalam Barua, 2010 menyarankan agar komite audit sering melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi yang lebih baik antara
anggota komite audit dan auditor eksternal dan internal dan memungkinkan komite audit menjadi lebih efektif dalam melakukan
tugasnya.
28
c. Keahlian Akuntansi Komite Audit Tugas utama komite audit adalah untuk mengawasi proses
keuangan perusahaan, maka sangat penting untuk mempercayai bahwa anggota komite audit dengan keahlian keuangan terutama keahlian
akuntansi memiliki sarana yang lebih efektif untuk memonitor manajemen praktek pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas tinggi. Temuan dari studi akademik yang ada umumnya mendukung prediksi dan menemukan bahwa kehadiran anggota
komite audit dengan keahlian keuangan secara positif terkait dengan kualitas pelaporan keuangan. Misalnya, Carcello dan Neal 2006 dalam
Kusnadi 2015 menemukan bahwa audit independen anggota komite dengan keahlian akuntansi dan beberapa jenis non-akuntansi keahlian
keuangan yang paling efektif dalam mengurangi manajemen laba. Melalui pengendalian internal yang lemah sebagai ukuran kualitas
pelaporan keuangan, Zhang dan Zhou 2007 menemukan bahwa perusahaan lebih mungkin untuk diidentifikasi dengan kelemahan
pengendalian internal jika komite audit mereka memiliki sedikit keahlian akuntansi keuangan dan keahlian non-akuntansi keuangan. Namun, dua
studi terbaru menemukan hasil bertentangan tentang peran keahlian akuntansi dan keahlian non-akuntansi.
Krishnan dan Visvanathan 2008 meneliti komposisi audit komite untuk sampel dari S P 500 perusahaan, menemukan bahwa hanya
akuntansi keahlian keuangan, bukan-akuntansi non keahlian keuangan,
29
yang positif terkait dengan konservatisme, sifat dasar laporan keuangan. Di sisi lain, Goh 2009 dalam Kusnadi, et.al. 2015, menemukan bahwa
hanya non-akuntansi keahlian keuangan, bukan selain akuntansi keahlian keuangan, berhubungan positif dengan ketepatan waktu perusahaan
diremediasi kelemahan material dalam pengendalian internal. Selain itu komite audit harus memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
4. Ukuran Perusahaan