Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan bisnis tak bisa lagi dibendung. Perkembangan bisnis yang terus mengalami peningkatan menuntut pelaku bisnis untuk dapat bersaing di dalamnya, karena itulah, terdapat banyak kompetitor dalam dunia bisnis. Meningkatnya persaingan bisnis mendorong setiap perusahaan untuk memberikan performa terbaiknya dalam menarik investor, terutama yang menyangkut laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu Maulia, 2014. Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sebuah entitas dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan juga mempunyai peranan penting sebagai alat komunikasi antar para pelaku bisnis Toding dan Wirakusuma, 2013. Menurut Payamta 2006 dalam Maulia 2014, kualitas laporan keuangan akan meningkatkan kualitas yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga para pengguna juga dapat merasa lebih yakin dalam mengambil 2 keputusan. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil telah didasarkan pada informasi yang telah dipersiapkan dengan baik, disetujui dan diaudit secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan berkualitas. Kualitas pelaporan keuangan berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dalam laba Fanani, 2009. Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam. Salah satunya adalah kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi berkualitas jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang Lev dan Thiagarajan, 1993 atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di masa yang akan datang Dechow dan Dichev, 2002 dan Cohen, 2003. Menurut penelitian Choi dan Pae pada 2011, kualitas laporan keuangan sangat bervariasi. Misalnya, kualitas pelaporan dipengaruhi oleh tingkat manajemen laba, tingkat bagaimana akurat akrual memprediksi arus kas operasi masa depan dan tingkat akuntansi konservatisme. Dalam laporan keuangan, laba akuntansi dianggap sebagai salah satu indikator utama kinerja keuangan perusahaan. Angka laba yang tersedia pada laporan keuangan selain memberikan informasi mengenai laba juga mempengaruhi pemakai informasi dalam pengambilan keputusan mengenai perusahaan, baik keputusan investasi maupun keputusan kredit. Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi 3 laba di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang Siagallan dan Mahfoedz, 2006. Menurut Karami dan Akhgar 2014, kualitas laporan keuangan adalah mengembangkan transparansi dan menerbitkan laporan tahunan berkualitas tinggi melalui pengungkapan lengkap dan komprehensif. Kualitas laporan keuangan selalu menjadi topik yang menarik dari dewan direksi, pemegang saham, peneliti dan akuntan profesional sendiri. Kualitas sangat dibutuhkan dalam pelaporan keuangan dan pengungkapan prediksi yang lebih baik mengenai arus kas masa depan perusahaan untuk investor dan pengguna laporan keuangan lainnya. Menurut International Accounting Standards Board IASB informasi yang berkualitas harus memenuhi komponen relevance dan faithful representation, dimana tingkat kegunaan informasi tersebut akan meningkat jika informasi tersebut comparable, verifiable, timely dan understandable IASB, 2010. PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan menyatakan terdapat empat karakteristik laporan keuangan dikatakan berkualitas. Laporan keuangan dikatakan berkualitas jika dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Informasi dikatakan relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Sementara informasi dapat diandalkan apabila disajikan secara netral atau tidak memihak pada salah satu pemakai, dapat diuji kebenarannya verifiebality dan penyajiannya jujur. 4 Beberapa tahun terakhir ini, skandal akuntansi yang terjadi di masyarakat keuangan internasional telah menyebabkan meningkatnya pertanyaan dan kekhawatiran tentang kualitas pelaporan keuangan Agrawal dan Chadha dalam Klai, 2011. Beberapa perusahaan terkemuka seperti Enron, Worldcom, Marconi, Parmalat, Cadbury, Bank Oceanichave dan Toshiba berpartisipasi dalam penipuan keuangan. Hal ini menyebabkan melemahnya kepercayaan investor terhadap manajerial dan laporan keuangan Klai, 2011. Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Selain Enron, skandal akuntansi lain yang menjadi perhatian adalah kasus Toshiba. Skandal akuntansi Toshiba, salah satu yang paling merusak melanda Jepang dalam beberapa tahun terakhir, dimulai ketika regulator sekuritas menemukan kejanggalan setelah menyelidiki neraca perusahaan awal tahun ini. Dengan temuan yang dirilis Senin 2072015, Toshiba harus menyatakan kembali keuntungan sebesar 151,8 miliar yen untuk periode antara April 2008 hingga Maret 2014. Kompas.com Berdasarkan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak terlibat justru meryupakan bagian dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor. 5 Sementara, salah satu kasus yang terjadi di Indonesia adalah PT. Indofarma Tbk. Perusahaan ini diduga melakukan pelanggaran berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari yang seharusnya overstated dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 dua puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh juta rupiah. Akibat overstated persediaan, maka harga pokok penjualan akan understated sebesar Rp. 28.870.000.000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama. Berdasarkan dua kasus tersebut, baik Enron maupun Indofarma memiliki penyebab yang sama, yaitu masih lemahnya penerapan GCG dan fungsi internal control yang ada di dalam perusahaan. Kasus ini memberikan pelajaran berharga. Pertama, implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa keuangan yang dilakukan karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya dengan baik http: www.hrcentro.com 8 Februari 2015. Millstein 1999 dalam Wardhani dan Joseph 2010 menyatakan bahwa praktik good corporate governance menunjukan bahwa pembentukan komite audit sebagai sebuah titik pusat dalam peningkatan kualitas laporan keuangan. Mekanisme yang tepat untuk memastikan realibilitas, kualitas yang tinggi dari laporan keuangan berfokus pada struktur dari komite audit, terutama dalam 6 menjaga kepentingan stakeholder khususnya dalam sisi kualitas informasi laporan keuangan perusahaan Yaputro, 2012. Selain itu, Bapepam juga menegaskan bahwa adanya komite audit, sangat membantu para dewan komisaris untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan. Umumnya, peran pengawasan komite audit meliputi tiga fungsi, yaitu pelaporan keuangan, pengendalian internal, dan aktivitas audit eksternal Braiotta, 2004. Untuk memastikan reliabilitas dan kualitas laporan keuangan sutau perusahaan, komite audit memperbaiki mutu laporan keuangan dengan mengawasi laporan keuangan. Komite audit memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum KNGCG, 2006. Komite audit menelaah laporan keuangan dengan memastikan bahwa laporan keuangan sudah dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat Sawyer dan Dittenhoffer, 2006. Oleh karena itu, komite audit diharapkan meninjau semua laporan keuangan yang dibuat manajemen baik interim maupun tahunan sebelum disetujui dewan komisaris dan sebelum disebarluaskan ke publik untuk meyakinkan obyektivitas laporan keuangan Mohiuddin Kharbhari, 2010. Pada akhir tahun 2012, pemerintah melalui Bapepam-LK mengeluarkan aturan baru yaitu Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643BL2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang mengubah aturan yang sama yang dikeluarkan pada tahun 2004. Dalam peraturan tersebut terdapat persyaratan yang lebih ketat atas keanggotaan komite audit dan adanya tugas dan tanggung jawab yang lebih besar yang harus ditanggung oleh 7 komite audit. Aturan tersebut mengindikasikan diperlukannya komite audit yang lebih kompeten dan peran komite audit dalam memastikan kualitas laporan keuangan perusahaan menjadi semakin dibutuhkan. Melalui peningkatan pengaturan tata kelola perusahaan tersebut, peran dan fungsi komite audit membantu tugas dewan komisaris juga semakin diperjelas di mana poin mengenai keahlian anggota komite audit, komposisi serta jumlah pertemuan komite audit menjadi semakin penting dan harus dicantumkan dengan rinci Mutmainnah dan Wardhani, 2013. Menurut Suaryana 2005, kualitas laba yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang memiliki komite audit dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep- 643BL2012 terkait dengan Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mensyaratkan komite audit terdiri dari 3 orang. Selain itu, Anderson, Daniel dan Stuart 2003 menemukan bahwa semakin kecil anggota komite, maka kualitas laba akan semakin baik. Efektivitas komite audit dapat diukur dengan proksi frekuensi pertemuan atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu tahun. Anderson et al., 2003 menemukan bahwa informasi terkait earning meningkat dengan adanya pertemuan yang dilaksanakan komite audit. Pertemuan yang sering dilakukan komite audit untuk membahas laporan keuangan dianggap sebagai kontrol rutin terhadap perkembangan laba pada perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dechow 1996 dalam Mutmainnah dan Wardhani 2013 menyebutkan bahwa perusahaan yang terkena skandal kasus kecurangan laporan 8 keuangan kemungkinan besar tidak mempunyai komite audit atau komite auditnya tidak bekerja secara efektif dan efisien dalam setiap rapat yang dilaksanakan. Komite audit yang efektif harus memiliki independensi dan pengetahuan di bidang akuntansi dan audit. Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: KEP-643BL2012 dijelaskan bahwa komite audit memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi danatau keuangan. Menurut Suaryana 2005, keberadaan komite audit independen serta memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan adalah sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba perusahaan yang lebih baik. Selain efektivitas komite audit, ukuran perusahaan dan leverage juga dianggap dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, sehingga kesalahan estimasi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Selain itu, perusahaan besar akan memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih baik dan mempunyai efek variasi portofolio antar divisi-divisi dan aktivitas bisnisnya sehingga dapat mengurangi efek relatif kesalahan estimasi. Meskipun demikian, perusahaan besar akan banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan menghadapi kos politikal yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil Gu, Lee dan Rosset dalam Fanani, 2009. Perusahaan yang besar akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, karena perusahaan yang besar memiliki asset dan memperoleh laba yang besar pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan 9 dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki, dan total penjualan yang diperoleh, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, memiliki risiko pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan timbulnya suatu biaya seperti sanksi pembatasan atas pembayaran dividen atau pembatasan penambahan utang dan serta menghambat kerja manajemen. Diduga, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mempunyai dorongan incentives yang lebih besar untuk mendorong kinerja akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian dalam kontrak utang maupun untuk mendapatkan utang baru Dechow, Ge, Larson dan Sloan, 2010. Ketika menghadapi pelanggaran perjanjian utang, manajer akan lebih menggunakan kebijakan akrual agar dapat melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan, sehingga manajer dapat terhindar dari pelanggaran perjanjian utang debt covenant. Beberapa penelitian mengenai kualitas laporan keuangan telah dilakukan pada periode waktu sebelumnya. Pada 2003, penelitian Felo dan Krishnan menunjukkan ukuran komite audit memiliki hubungan yang positif dengan kualitas laporan keuangan. Sementara Aldamen dan Duncan 2011 menunjukkan komite audit yang lebih kecil dengan lebih banyak pengalaman dan keahlian keuangan lebih mungkin terkait dengan kinerja perusahaan yang positif di pasar. Penelitian Badolato Danelson 2014 serta Kusnadi, Leong, Suwardi dan Wang 2015 menyatakan komite audit yang memiliki keahlian keuangan akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang tinggi. 10 Berdasarkan penelitian Widi dan Elisabet 2012, leverage tidak berpengaruh signifkan terhadap kualitas laporan keuangan. Sementara penelitian Fanani dan Ningsih 2009 serta Karami dan Akhgar 2014 menyatakan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian-penelitian yang ada sebelumnya berfokus pada pengukuran kualitas laporan keuangan melalui manajemen laba dan restatements. Selain itu, objek penelitian lebih banyak berfokus pada perusahaan manufaktur ataupun seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Belum banyak penelitian yang melihat kualitas laporan keuangan pada perushaaan real estate, property dan konstruksi padahal banyak investor, baik asing maupun domestik yang lebih sering berinvestasi pada sektor tersebut. Salah satu investor asing berbasis di Singapura, Keppel Land, masih memandang Indonesia sebagai peluang positif, dengan ceruk pasar besar. Populasi sebanyak 250 juta dijadikan sebagai motivasi utama mereka dalam menggenjot investasinya. Kompas.com Tidak hanya investor asing, melainkan investor domestik juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Hal ini diperkuat juga dengan memasuki MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana pemerintah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh jika berinvestasi di sektor tersebut. Hal ini membuat inverstor tertarik untuk berinvestasi di sektor real estate, property dan konstruksi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang ada sebelumnya dengan menerapkannya pada perusahaan real estate, property dan 11 konstruksi. Selain itu, yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pengukuran kualitas laporan keuangan menggunakan salah satu atribut akuntansi, yatiu kualitas akrual dari perubahan modal kerja. Sementara penelitian yang pernah ada sebelumnya, kualitas laporan keuangan diukur menggunakan ketepatwaktuan, restatements, dan manajemen laba. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin meneliti mengenai “Pengaruh Efektivitas Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Real Estate, Property dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2010-2014. ”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

5 151 91

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 72 116

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

1 49 102

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135