Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Perkara Pidana di Pengadilan
telah mencakup tujuh subjek tersebut yang disebut dengan buku pintar.
Buku pintar dibuat dengan alasan untuk mempermudah pencatatan, buku pintar telah mencakup semua subjek dalam kurun
satu tahun. b.
Penggunaan Arsip 1
Penggunaan Dalam penggunaan arsip pidana di PN Jaksel, diperoleh hasil
wawancara sebagai berikut: “Hakim atau staf di sini ya pasti, buat penelitian-penelitian juga
bisa, buat keperluan kaya kamu gini lah keperluan akademis. Ketentuannya ya kalau dari luar disertai dengan surat
pengantar.”
76
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut,
penggunaan arsip pidana tidak dibatasi, boleh digunakan oleh siapapun baik itu pegawai atau staf PN Jaksel maupun dari
masyarakat umum untuk tujuan akademis dengan disertai surat pengantar atau surat izin akses.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Sulistyo Basuki yaitu arsip dinamis memiliki berbagai kegunaan
seperti untuk mengambil keputusan, keperluan dokumentasi, jawaban atas pertanyaan, dan sebagai rujukan ataupun membantu
tuntutan hukum.
77
Arsip dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel digunakan oleh hakim, atau staf PN Jaksel untuk mengambil
76
Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.
77
Sulityo Basuki. Pengantar Kearsipan,h. 36.
keputusan dalam membantu tuntutan hukum, selain itu dapat pula digunakan dalam keperluan akademis, dan keperluan dokumentasi.
2 Buku agenda keluar
Penggunaan arsip pidana tidak lepas dari buku agenda arsip keluar, sehingga penulis mengajukan pertanyaan mengenai hal tersebut, dan
diperoleh hasil wawancara sebagai berikut: “Ada, namanya register pengebon. Formatnya sama kaya buku
register tadi.”
78
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Arsip Pidana PN Jaksel memiliki buku agenda untuk arsip keluar yaitu buku register
keluar, di mana untuk formatnya sama dengan format buku register arsip masuk atau buku pintar, yaitu: nomor urut, nomor perkara,
nama terdakwa, pasal, keterangan putusan, box dan klasifikasinya, dan keterangan.
c. Penyimpanan Arsip
1 Pedoman penyimpanan
Kegiatan penyimpanan arsip merupakan kegiatan yang bersifat mengatur, menyusun dan menata semua jenis arsip dalam bentuk
tatanan yang sistematis dan logis agar dapat ditemukan kembali dengan cepat, tepat, dan akurat. Mengenai pedoman yang mengatur
dalam pengelolaan arsip khususnya dalam kegiatan penyimpanan arsip diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:
78
Wawancara Pribadi dengan Dadang.
“Kalo pedoman tertulis untuk pengelolaan arsip sih belum ada, di sini arsip saya kelola sesuai dengan pemikiran saya jadi
bagaimana nanti arsip bisa gampang ditemukan.”
79
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, pedoman untuk mengatur penyimpanan arsip belum ada sehingga dalam menyimpan
arsip mengunakan pemikiran pribadi bagaimana arsip agar mudah untuk ditemukan kembali.
Agar dapat dengan mudah ditemukan kembali, arsip disimpan dengan menggunakan sistem penyimpanan, yaitu disimpan
perkelompok sesuai dengan subjek, nomor, tanggal, geografi dan kronologi.
2 Sistem penyimpanan
Mengenai sistem penyimpanan arsip dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel di dapat hasil wawancara sebagai berikut:
“Arsip disimpan sesuai subjek kejadian, per-tanggal arsip masuk dan di kelompokkan pertahun.”
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan, sistem penyimpanan yang digunakan dalam penngelolaan arsip
dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel menggunakan sistem penyimpanan ganda yaitu berdasarkan subjek dan kronologi.
Subjek yang dijadikan sebagai pedoman penyimpanan diambil dari pokok masalah berkas terdakwa, misal; narkotika, pencurian,
penipuan. Sedangkan, sistem kronologi yang digunakan adalah
79
Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.
berdasarkan hari, tanggal, bulan dan tahun berkas-berkas terdakwa masuk ke arsip pidana.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut A.W.Widjaja yang menyebutkan bahwa sistem subjek adalah sistem penyimpanan
arsip berdasarkan pokok soal atau pokok masalah sebagai pedoman untuk mengaturnya.
80
Dan sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Madiana dan Setiawan, Sistem kronologis adalah sistem yang
menyusun arsip berdasarkan waktu. Sistem kearsipan dengan menyimpan arsip surat ataupun dokumen lainnya berdasarkan hari,
tanggal, bulan, dan tahun.
81
Sistem penyimpanan yang diterapkan oleh Arsip Pidana PN Jaksel sudah sistematis, dengan sistem penyimpanan ini arsip
dinamis inaktif perkara pidana pada PN Jaksel dapat dengan mudah ditemukan.
3 Azas penyimpanan
Berdasarkan observasi, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan merupakan lembaga negara yang memiliki lingkup kerja berada
dalam satu gedung, sehingga seluruh arsip mengenai perkara pidana disimpan dalam satu unit terpusat. Sehingga, azas penyimpanan
yang digunakan pada PN Jaksel adalah azas sentralisasi, Arsip Pidana PN Jaksel sebagai pusat penyimpanan seluruh arsip dinamis
inaktif perkara pidana di lingkup kerja PN Jaksel.
80
A.W Widjaja, Administrasi Kearsipan, h. 106.
81
Madiana dan Setiawan, Kearsipan, h. 165.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Basuki, Azas sentralisasi adalah azas yang digunakan oleh organisasi untuk menyimpan arsip
dinamis dalam satu unit kerja secara terpusat. Semua arsip dinamis disimpan di pusat penyimpanan.
82
4 Isi map
Saat observasi penulis melihat dalam satu box plastik arsip terdapat beberapa map arsip, sehingga penulis mengajukan pertanyaan
mengenai hal tersebut, dan hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:
“Satu bundel misalkan satu bundel itu ada dari 3 sampai 8, karena apa? Kan kalo arsip itu ada yang kecil ada yang besar
jadi ya sesuai dengan tebal arsip nya yaa.... ada juga yang satu
itu tebel banget.“
83
Dari hasil wawancara tersebut, dalam satu box plastik terdapat 3 sampai 8 map tergantung sberapa tebal map yang berisi arsip,
map-map tersebut memiliki subjek yang sama namun dengan nama terdakwa yang berbeda.
d. Pemeliharaan Arsip
Upaya untuk memelihara arsip terutama ditujukan untuk melindungi, mengatasi dan mengambil tindakan - tindakan untuk
menyelamatkan fisik terutama informasi arsip, disamping menjamin kelangsungan hidup arsip dari kemusnahan, dalam aspek pemeliharaan
ini arsip pidana PN Jaksel mengelola arsip dinamis inaktif perkara pidana sebagaimana hasil wawancara berikut:
82
Basuki, Pengantar Kearsipan, h.62
83
Wawancara Pribadi dengan Dadang.
“... ya biar wangi dikasih kamper apa gitukan, supaya ga berdebu di plastikin arsipnya.”
84
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, usaha-usaha yang dilakukan oleh arsip pidana PN Jaksel tergolong masih sederhana.
Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan oleh arsip pidana PN Jaksel dalam pemeliharaan arsip dinamis inaktif perkara pidana adalah
dengan menggunakan kamper agar arsip tetap wangi dan serangga tidak merusak kertas-kertas arsip, menggunakan plastik untuk membungkus
map yang berisi arsip yang bertujuan agar map-map berisi arsip tersebut tidak cepat berdebu.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Arsip Pidana PN Jaksel tersebut untuk mencegah keruskan arsip dari faktor ekstern atau kerusakan dari
luar, sesuai dengan beberapa faktor yang telah disebutkan oleh Basir Barthos yaitu kerusakan akibat debu dan serangga.
e. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip
1 Jangka penyimpanan arsip
Tahap penyusutan dan pemusnahan arsip adalah tahap terakhir dalam pengelolaan arsip dinamis. Tidak selamanya arsip akan
disimpan, oleh sebab itu instansilembaga harus merumuskan jadwal retensi asip. Retensi arsip adalah jangka waktu penyimpanan yang
wajib dilakukan terhadap suatu jenis arsip.
85
Jangka penyimpanan arsip pada PN Jaksel menurut hasil wawancara yang diperoleh
adalah sebagai beikut:
84
Wawancara Pribadi dengan Dadang.
85
Peraturan Kepala ANRI No.13 Tahun 2014 tentang Pedoman Retensi Arsip Sektor Kesejahteraan Rakyat Urusan Pendidikan dan Kebudayaan, h.3
“Sekitar 30 tahun.” Menurut hasil observasi dan wawancara dengan informan, arsip
pidana pada PN Jaksel disimpan selama sekitar 30 tahun dan belum ada Jadwal Retensi Arsip JRA sehingga kegiatan penyusutan
belum sepenuhnya terlaksana, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor
43 Tahun 2009 yang berbunyi “ Lembaga negara, pemerintahan daerah, perguruan tinggi negeri, serta BUMN danatau BUMD wajib
memiliki JRA.” 2
Pemusnahan arsip Mengenai kegiatan pemusnahan arsip perkara pidana pada PN
Jaksel hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut : “Belum, karena dari atas juga belum ada perintahnya,
seharusnya sih ya pemusnahan itu harus dilakukan.” “Karena pemusnahan belum dilakukan. Tapi biasanya tu di
bakar.” “kalau saksi ya harus ada kalau dalam pemusnahan, tapikan
kita belum ada pemusnahan.”
86
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, kegiatan penyusutan dan pemusnahan arsip dinamis inaktif perkara pidana
pada PN Jaksel belum pernah dilaksanakan. Hal tersebut tidak sesuai dengan penrnyataan dalam Undang-
undang Republik Indonesia Pasal 1 No, 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan di mana disebutkan bahwa penyusutan arsip adalah
86
Wawancara Pribadi dengan Jul Rizal, SH.MH.
kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang
tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga kearsipan.
Selain itu, hal tersebut juga tidak sesuai dengan teori yang telah di sebutkan oleh Sulistyo Basuki bahwa pemusnahan arsip inaktif
artinya pemusnahan arsip yang tidak diperlukan lagi bagi instansilembaga. Metode pemusnahan arsip meliputi pencacahan,
pembakaran, pemusnahan kimiawi dan pembuburan.
87