BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepercayaan pada atasan
Kepercayaan dikonsepsikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan situasi yang melibatkan konflik personal, hasil yang tidak jelas dan
pemecahan masalah. Kepercayaan memiliki tiga pembentuk utama yaitu : keadilan, keyakinan dan pengambilan resiko. Kepercayaan dapat juga diartikan
sebagai keinginan untuk bergantung kepada pihak lain serta harapan bahwa pihak lain membalas apabila pihak tersebut bekerja sama.
Oleh Misra kepercayaan didefinisikan sebagai kemauan satu pihak terbuka kepada pihak kedua berdasarkan keyakinan bahwa pihak kedua memenuhi sifat-
sifat sebagai berikut Nyhan, 2000 : 89 : a. Kompeten
b. Terbuka c. Peduli
d. Bisa diandalkan Sedang menurut Matthai, Kepercayaan adalah perasaan percaya diri yang
dimiliki oleh karyawan bahwa pada saat-saat menghadapi situasi tidak pasti atau beresiko maka perilaku dan kata-kata pimpinan menampakkan konsistensi dan
sangat membantu. Bagi Griffin, kepercayaan adalah keyakinan terhadap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perilakuseseorang dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan namun tidak pasti dalam situasi yang memiliki resiko Nyhan, 2000 : 89.
Butler mengidentifikasikan kondisi yang mendukung kepercayaan menjadi 11 hal yaitu : adanya perbedaan, ketersediaan, kompetensi, keadilan, integritas,
kesetiaan, keterbukaan, kepercayaan menyeluruh, terpenuhinya janji dan kesediaan menerima Laschinger et al; 2001 : 8.
Kepercayaan telah dipertentangkan dalam teori X dan teori Y yang dikemukakan oleh McGregor 1960, teori X menyatakan bahwa karyawan
diandaikan dengan sifat-sifat negatif seperti : tidak menyukai pekerjaannya, malas, tidak bertanggung jawab dan harus dipaksa agar berprestasi, sedang teori Y
mengandaikan karyawan memiliki sifat-sifat positif seperti : menyukai pekerjaannya, kreatif, berusaha bertanggungjawab dan dapat menjalankan
pengarahan diri Robbins, 1996 : 200. Sedangkan teori Z oleh Ouchi 1981 lebih menekankan pada peningkatan kesempatan bagi semua orang untuk mencapai
tujuan organisasi Nyhan, 2000 : 88. Pandangan terhadap kepercayaan dapat dibagi menjadi dua dimensi tak
terpisahkan, yang menjadikannya disebut ganda dyadic, yaitu Costigan et al; 1998 : 306
a. Komponen Kognitif Orientasi komponen kognitif ini berhubungan dengan keputusan rasional
untuk percaya atau tidak percaya kepada pihak lain. Keputusan ini didasarkan pada alasan-alasan yang bagus seperti : tanggungjawab, dapat diandalkan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kompetensi, hal-hal yang memberikan bukti bahwa seseorang bisa dipercaya. Ketiga alasan tersebut melibatkan karyawan, atasan langsung dan tidak langsung,
dengan ukuran-ukuran seperti kompetensi dilihat dari apakah tugas yang diberikan telah dilaksanakan tanpa kesalahan, dapat diandalkan bisa diukur dari apakah
tugas yang diberikan telah dikerjakan tepat pada waktunya. Dimensi ini menjadi tidak rasional bila tidak didasarkan pada
pengetahuan terhadap orang lain. Dengan kata lain, keputusan untuk percaya atau tidak baru bisa disebut rasional bila masing-masing personil didalam organisasi
mengenal dengan baik. b. Komponen Afektif
Dimensi afektif melibatkan adanya hubungan emosi yang mendalam dimana orang-orang yang mempercayai memiliki perhatian dan kepedulian yang
mendalam terhadap orang yang dipercayai. Perhatian dan kepedulian yangn mendalam ini menjadi ciri hubungan ini. Untuk itu atasan diharapkan bisa
menjabarkan perilaku karyawan yang sekiranya lebih istimewa, apakah kualitas emosi yang muncul dalam hubungan ini adalah perhatian dan kepedulian yang
mendalam. Para Pemimpin perlu dipercayai oleh pengikutnya karena kepercayaan
merupakan mortar lesung yang mengikatkan para bawahan kepada pemimpinnya. Keprecayaan pada pemimpin memiliki korelasi positif dengan
berbagai hasil seperti perilaku keanggotaan organisasi, kinerja dan komitmen organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Komitmen Organisasi