5. Pengukuran dan Pendugaan Biomassa

b. Metode pemanenan kuadrat Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam suatu unit contoh dan menimbangnya. c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata. Metode ini biasanya diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran seragam. 2. Metode non destruktif tidak langsung a. Metode hubungan allometrik Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dengan biomassanya. Pembuatan persamaan tersebut dengan cara menebang pohon yang mewakili sebaran kelas diameter dan ditimbang. b. Crop meter Penduga biomassa metode ini dengan cara menggunakan seperangkat peralatan elektroda listrik yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu.

2. 6. Tinjauan Hasil Penelitian Tentang Karbon

Lasco 2006 melakukan penelitian mengenai simpanan karbon pada ekosistem hutan di Asia tenggara salah satunya di Nueva Ecija, Philipina yang hasilnya seperti disajikan pada Tabel 1, namun Lasco mengkonversi karbon dari 45 biomassanya, berbeda dengan Brown yang mengkonversi karbon dari 50 biomassa. Tabel 1. Biomassa dan kerapatan karbon di Nueva Ecija, Philipina Spesies Umur tahun Rata-rata dbh cm Biomassa tonha Karbon tonha Acacia auriculiformis 9 8,71 32 14,4 Tectona grandis 13 5,5 8,7 3,92 Gmelina arborea 6 7,33 17,22 7,75 Pinus kesiya 13 12,53 107,83 48,52 Sumber : Lasco 2006 Hendri 2001 menduga biomassa bagian-bagian pohon Jati dengan menggunakan metode destruktif pemanenan individu pohon yang dilakukan pada 24 pohon contoh pada tegakan Jati KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah memperoleh persamaan biomassa dari bagian-bagian pohon Jati di kawasan tersebut sebagaimana dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Persamaan biomassa bagian-bagian pohon Jati dan biomassa total Jati di kawasan hutan KPH Cepu Hendri, 2001 Biomassa bagian pohon Persamaan allometrik R 2 Batang Y = 0,11246 D 2,34 95,2 Cabang Y = 0,00331 D 2,83 92,6 Ranting Y = 0,00977 D 2,24 86,0 Daun Y = 0,15848 D 1,05 60,6 Tunggak Y = 0,10069 D 1,85 84,3 Total pohon di atas tanah Y = 0,20091 D 2,30 95,4 Akar Y = 0,03199 D 2,30 72,9 Total keseluruhan Y = 0,22029 D 2,28 95,3 Keterangan : Y = Biomassa tonha D = Diameter cm R 2 = Nilai koefisien determinasi

2. 7. Tinjauan Umum Jati Tectona grandis

Tanaman Jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Jati Tectona grandis Linn. f merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki kayu bernilai ekonomis tinggi dan serbaguna. Jati termasuk famili Verbenaceae. Di Indonesia Jati dikenal dengan nama yang berbeda-beda, diantaranya deleg, dodokan, jate, jatih, jatos, kiati, dan kuludawa. Sedangkan di negara lain dikenal dengan nama giati Venezuela, teak Birma, India, Thailand, USA, Jerman, teck Perancis, dan tea Brazil Martawijaya et al. 1981. Menurut Sumarna 2001 bahwa dalam sistem taksonomi, tanaman Jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis Linn. f Jati merupakan tumbuhan asli India, Burma, Thailand, dan Vietnam serta menyebar di Jawa dan beberapa pulau di Indonesia Departemen Kehutanan, 1991. Ada indikasi Jati dikenal ke pulau Jawa sekitar 400-600 tahun yang lalu. Di Indonesia sendiri sampai tahun 1975 tercatat ada sekitar 774.000 ha tanaman Jati yang menyebar mulai Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Lampung, Bali, hingga NTB Sumarna, 2003. Jati tumbuh baik di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C sampai F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 mmtahun dan ketinggian tempat sampai 700 mdpl. Jati dapat tumbuh pada berbagai macam formasi geologi dan tidak terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi memerlukan tanah yang berdrainase baik dan beraerasi cukup. Pada tanah-tanah yang dangkal, padat, serta becek pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang hama penyakit Martawijaya et al. 1981. Kayu jati memiliki berat jenis rata-rata 0,67 0,62-0,75 dengan kelas awet I-II, kelas kuat II. Selain itu, kayu jati memiliki warna teras berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dari gubal yang berwarna putih agak keabu-abuan. Kegunaan dari kayu Jati adalah untuk bahan bangunan, rangka pintu dan jendela, panel pintu, bantalan kereta api, perabot rumah tangga, serta vinir yang indah Mandang dan Pandit 2002.