1. 10. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan

Hasil analisis data pada hipotesis yang kedua, yaitu pada faktor vegetasi yang terdapat di dalam hutan pasca kebakaran permukaan dan hutan tidak terbakar yang terdiri dari vegetasi tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah dapat dilihat pada p-value vegetasi hutan. Nilai p-value = 0,000 dimana nilai tersebut0,05 sehingga pada taraf nyata 5 tolak H o yaitu H : β ji = 0, i,j vegetasi pada hutan tertentu tidak berpengaruh. Dapat disimpulkan bahwa pada hipotesis kedua dengan taraf nyata 5 ada atau terdapat vegetasi tegakan, tumbuhan bawah, dan serasah yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon. Hal tersebut dapat menggunakan uji lanjut dari penolakan H o vegetasi yang tersarang pada hutan dengan Least Significant Difference Beda Nyata Terkecil. Uji perbandingan LSD adalah membandingkan sepasang perlakuan demi perlakuan dengan mengurangkan rataan dari perlakuan tersebut Montgomery, 1999. Bila selisihnya melebihi nilai BNT, maka dikatakan dua perlakuan tersebut berbeda pada taraf nyata 5. Berdasarkan hasil output minitab 14 Lampiran, Apabila upper-lower selisih masing-masing pasangan perlakuan mencakup nol, maka pasangan perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Hasil yang diperoleh menunjukkan pasangan perlakuan yang tidak berbeda nyata adalah perlakuan 1 dengan 2 dan 3 dengan 4, yaitu potensi karbon tegakan pada hutan pasca kebakaran permukaan tidak berbeda nyata dengan potensi karbon tegakan pada hutan tidak terbakar. Begitu juga pada serasah, potensi simpanan karbon serasah pada hutan pasca kebakaran permukaan dan hutan tidak terbakar tidak memiliki perbedaan dalam hal potensi simpanan karbon. Namun perbedaan potensi simpanan karbon terdapat pada tumbuhan bawah, hasil analisis data menunjukkan hutan pasca kebakaran permukaan dan hutan tidak terbakar ternyata potensi simpanan karbonnya berbeda. Tumbuhan bawah yang tumbuh di hutan pasca kebakaran permukaan memiliki potensi simpanan karbon yang lebih besar.

5. 2. Pembahasan

Salah satu potensi hutan yang berada di Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah jenis Jati Tectona grandis . Pengelolaan hutan Jati tersebut didukung dengan adanya kondisi topografi, tanah, serta iklim yang sesuai sehingga hasil hutan yang diperoleh dapat optimal. Di sisi lain terdapat gangguan hutan berupa kebakaran hutan yang rawan terjadi pada bulan-bulan kering atau musim kemarau. Pada tahun 2008, terjadi kebakaran hutan dengan tipe kebakaran permukaan seluas lebih kurang 1 hektar di petak 112E wilayah Resort Pemangkuan Hutan RPH Donomulyo. Kebakaran permukaan adalah tipe kebakaran yang mengkonsumsi bahan bakar pada lantai hutan, baik berupa serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan diatas permukaan tanah Brown dan Davis 1973. Adanya gangguan hutan berupa kebakaran hutan secara tidak langsung memberikan dampak dan perubahan pada kondisi hutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui terdapat perbedaan antara kondisi tegakan Jati yang tidak terbakar dengan tegakan Jati pasca kebakaran permukaan. Perbandingan yang dianalisis meliputi potensi volume tegakan, keanekaragaman jenis pada tingkat tumbuhan bawah, potensi simpanan biomassa dan potensi simpanan karbon di atas permukaan tegakan, tumbuhan bawah maupun serasah. Potensi volume tegakan Jati pada petak pasca kebakaran permukaan lebih besar dibandingkan dengan potensi volume Jati pada petak tidak terbakar. Potensi volume pada petak pasca kebakaran permukaan adalah 84,9155 m 3 ha, sedangkan pada petak tidak terbakar volumenya adalah 69,4850 m 3 ha. Hal ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan alami pada petak pasca kebakaran permukaan jauh lebih baik dibandingkan dengan Jati yang tumbuh pada petak tidak terbakar. Pertumbuhan alami ini menyebabkan pertambahan diameter Jati meningkat sehingga potensi volumenya juga lebih besar. Selain itu, perbedaan yang nyata terlihat dari jumlah pohon yang tidak sama pada tiap petak yang mempengaruhi kerapatan pohon. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya kegiatan pengelolaan hutan seperti penjarangan maupun gangguan hutan berupa pencurian kayu serta adanya kematian pada pohon akibat serangan hama maupun penyakit yang dapat menyebabkan potensi volumenya menurun. Hasil analisis tanah Balai Penelitian Tanah Bogor, 2009 yang dilakukan pada contoh tanah baik pada tegakan Jati pasca kebakaran permukaan maupun tegakan Jati tidak terbakar menunjukkan peningkatan kandungan bahan organik C