Karbon 3. Pengertian Biomassa TINJAUAN PUSTAKA

adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan, serta kualitas tempat tumbuh Satoo dan Madgwick, 1982. Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan Lugo and Snedaker, 1974 Semakin tinggi suhu akan menyebabkan kelembaban udara relatif semakin berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini disebabkan udara relatif yang tinggi akan memiliki tekanan udara uap air parsial yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara pasial CO 2 sehingga memudahkan uap air berdifusi melalui stomata. Akibat selanjutnya laju fotosintesis akan menurun Siringo dan Ginting 1997 dalam Ojo 2003.

2. 5. Pengukuran dan Pendugaan Biomassa

Menurut Brown 1997 ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon yaitu pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian dirubah menjadi jumlah biomassa tonha, sedangkan yang kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa. Tetapi yang menjadi kelemahan persamaan regresi penduga biomassa terbaru yang berlaku di daerah tropik yang dibuat Brown tidak menyertakan penduga biomassa per bagian pohon seperti untuk batang, cabang, daun, dan kulit. Pendekatan pertama oleh Brown 1997 menggunakan persamaan di bawah ini. Biomassa di atas tanah tonha = VOB x WD x BEF Dimana : VOB = Volume batang bebas cabang dengan kulit m 3 ha WD = Kerapatan kayu BEF = Faktor ekspansi Perbandingan total biomassa pohon kering oven di atas tanah dengan biomassa kering oven volume inventarisasi hutan. Nilai BEF untuk Jati sebesar 1,26 Hendri 2001. Dalam penelitian ini pendugaan biomassanya pada dasarnya juga menggunakan pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown 1997, namun dengan beberapa penyesuaian diantaranya pendugaan volume dengan menggunakan Tarif Volume Lokal TVL Jati KPH Malang yang telah mencantumkan keliling cm dan volumenya m 3 . Pada penelitian ini juga tidak menggunakan faktor ekspansi. Pendekatan yang kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa yang didasarkan atas diameter batang pohon. Dasar dari persamaan regresi ini adalah hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon menurut sebaran diameter, menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter, dan menjumlahkan total seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter. Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian- bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstraksi. Mengukur biomassa vegetasi pohon tidaklah mudah, khususnya hutan campuran dan tegakan tidak seumur. Pengumpulan data biomassa dapat dikelompokkan dengan cara dekstruktif dan non destruktif tergantung jenis parameter vegetasi yang diukur Hairiah et al. 2001. Brown 1997 telah membuat model penduga biomassa di hutan tropika dengan model pangkat Y = a D b atau dengan model polynominal Y = a + bD + cD 2 berdasarkan zona wilayah hujan kering, lembab dan basah. Model yang disulkan Brown untuk zona lembab adalah: Y = 1,242 D 2 – 12,8 D + 42,69 nilai R 2 = 84 untuk model polynomial Y = 0,118 D 2,53 nilai R 2 = 97 untuk model pangkat Dimana: Y = Biomassa pohon kg D = Diameter rata-rata pada setiap kelas diameter cm R 2 = Nilai koefisien determinasi a, b, c merupakan konstanta Chapman 1976 dalam Ojo 2003 mengelompokkan metode pendugaan biomassa diatas tanah kedalam dua kelompok besar yaitu: 1. Metode destruktif pemanenan a. Metode pemanenan individu tanaman Metode ini digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.