Grup Zona Fisika | Blogger Lampung Tengah

BAB V PENYAJIAN TRK MENGGUNAKAN KUATERNION Seperti dalam BAB 2, dalam bab ini juga akan dikaji TRK yang ditampilkan melalui grup-grup simetrinya namun dalam versi kuaternionik. Dalam hal ini ditinjau transformasi rotasi terhadap masing-masing sumbu x, y dan z serta transformasi boost sepanjang sumbu x, y dan z dalam grup-grup kuaternioniknya. Ketika koordinat ruang-waktu suatu peristiwa dilambangkan dengan matriks kolom 4 × 1 real, maka grup simetrinya berupa O3, 1 yang berunsurkan matriks- matriks 4 ×4 real tertentu . Kemudian jika digunakan bilangan kompleks untuk meny- atakan koordinat ruang-waktu suatu peristiwa, maka koordinat ruang-waktu itu dil- ambangkan dengan matriks bujursangkar 2 ×2 kompleks dan grup simetrinya menjadi SL2, C yang berunsurkan matriks-matriks 2 × 2 kompleks tertentu. Jika sekarang digunakan kuaternion real, maka koordinat ruang-waktu suatu peristiwa cukup dil- ambangkan oleh sebuah kuaternion real saja. Hal ini menyebabkan grup simetrinya berunsurkan matriks berukuran 1 × 1 yang berupa SL1, H L ⊗ C R . Selain itu, dalam dunia kuaternion terdapat padanan dari grup O3, 1 dan SO O 3, 1, yang masing-masing berupa ˜ O1, H L ⊗H R dan f SO o 1, H L ⊗H R serta metrik Minkowski yang terkait dengan grup itu diberikan oleh g = 1 2 L µ R µ .

V.1 Grup

U 1, H L Suatu kuaternion real dapat dituliskan dalam pernyatan dua bilangan kom- pleks melalui dekomposisi simplektik q = a + ia 1 + ja 2 + ka 3 = ξ + jζ, a 0,1,2,3 ∈ R, V.1 53 54 dengan ξ = a +ia 1 ∈ C dan ζ = a 2 −ia 3 ∈ C. Bentuk q = ξ +jζ disebut juga seba- gai spinor kuaternionik. Dengan menggunakan pers.III.15, konjugat keseluruhan dari q diberikan oleh q † = ξ ∗ − jζ. V.2 Dari suatu kuaternion q dapat dibentuk suatu kuaternion anti-Hermitian qiq † yang dapat diidentikkan dengan tiga koordinat ruang x, y, z, yakni qiq † ≡ ix + jy + kz, x ≡ |ξ| 2 − |ζ| 2 , y − iz ≡ 2iζξ ∗ . V.3 Dari sini diperoleh bahwa x = a 2 + a 2 1 − a 2 2 + a 3 3 , y = 2a a 3 + a 1 a 2 , z = 2a 1 a 3 − a a 2 . V.4 Kemudian karena setiap aksi oleh suatu a µ L µ ∈ H L terhadap q dapat digan- tikan oleh perkalian dari kiri oleh suatu q a , yang komponen ke- µ nya diberikan oleh a µ , maka H L dapat diidentikkan dengan H. Selanjutnya didefinisikan grup kuater- nionik U 1, H L yang berisikan anggota dari H L yang memenuhi uu † = u † u = 1, u ∈ H. V.5 Dari persamaan terakhir diperoleh bahwa, jika v ∈ U1, H L , maka v −1 = v † juga unsur dari U H L karena pers.V.5 berlaku untuk u = v −1 . Menurut definisinya, jelas U 1, H L ⊂ H L . Secara umum, unsur dari U 1, H L berbentuk de leo,1998 u = e iθ x +jθ y +kθ k 2 , θ x , θ y , θ z ∈ R. V.6 55 Transformasi u pada spinor kuaternionik q dan kuaternion anti-Hermitian nya, masing- masing diberikan oleh q 7−→ uq qiq † 7−→ uqiq † u † . V.7 Dapat ditunjukkan bahwa transformasi oleh suatu unsur SO3 pada V =       x y z       V.8 ekivalen dengan transformasi oleh suatu unsur U 1, H L pada q = ξ + jζ. V.9 Sekarang andaikan ˜ q = uq, atau secara eksplisit ˜ q = ˜ ξ + j ˜ ζ = e iθ x +jθ y +kθ z 2 ξ + jζ = [A + jB]ξ + jζ. V.10 Di sini A dan B merupakan unsur dari C sedemikian rupa sehingga u = A + jB merupakan unsur dari U 1, H L . Dari pers.V.10 dapat diperoleh ˜ ξ = Aξ − B ∗ ζ, ˜ ζ = Bξ + A ∗ ζ. V.11 56 Kemudian dari definisi ˜ x, ˜ y, ˜ z seperti dalam pers.V.3, diperoleh ˜ x = |A| 2 − |B| 2 x − iAB − A ∗ B ∗ y + AB + A ∗ B ∗ z ˜ y − i˜z = 2iA ∗ Bx + A ∗2 y − iz + B 2 y + iz. V.12 Selanjutnya akan dicari nilai-nilai A dan B sedemikian rupa sehingga A + jB identik dengan transformasi R 1 , R 2 dan R 3 dalam SO3 pers.B.11, B.12 dan B.13. Untuk memperoleh transformasi u yang identik dengan R 1 , syarat pertama yang harus dipenuhi oleh A dan B adalah |A| 2 − |B| 2 = 1 AB − A ∗ B ∗ = 0 AB + A ∗ B ∗ = 0 V.13 yang menghasilkan |A| = 1 dan B = 0. V.14 Jadi jika A = cos θ x 2 + i sin θ x 2 B = 0, V.15 maka u x ≡ e i 2 θ x = cos θ x 2 + i sin θ x 2 V.16 merupakan suatu transformasi di U 1, H L terhadap q yang ekivalen dengan transfor- masi R 1 ∈ SO3 terhadap V ∈ R 3 . Untuk memperoleh padanan dari A 2 , syarat 57 pertama yang harus dipenuhi oleh A dan B adalah A ∗2 + B 2 = 1 AB − A ∗ B ∗ = 0 V.17 yang mengharuskan A, B ∈ R. Kemudian dengan mengatur A = cos θ y 2 dan B = sin θ y 2 V.18 yang memenuhi A 2 − B 2 = cos θ y , 2AB = sin θ y , V.19 maka u y ≡ e j 2 θ y = cos θ y 2 + j sin θ y 2 V.20 merupakan transformasi di U 1, H L yang berpadanan dengan R 2 ∈ SO3. Kemu- dian untuk memperoleh padanan R 3 , syarat pertama yang harus dipenuhi oleh A dan B adalah A ∗2 − B 2 = 1 AB + A ∗ B ∗ = 0 V.21 yang memberikan Re A 6= 0 dan Re B = 0. V.22 Dengan mengatur A = cos θ z 2 dan B = −i sin θ z 2 V.23 58 yang memenuhi A 2 − |B| 2 = cos θ z 2iAB = sin θ z , V.24 transformasi u z ≡ e k 2 θ z = cos θ z 2 + k sin θ z 2 V.25 merupakan padanan dari R 3 ∈ SO3 di U1, H L . Masing-masing dari u x , u y , dan u z akan menjadi 1 ∈ U1, H L jika θ x = θ y = θ z = 0. Oleh karena itu, turunan dari u x , u y dan u z di titik identitas masing-masing diberikan oleh ˆ u 1 ≡ du x dθ x θ x =0 = i 2 = L i 2 , V.26 ˆ u 2 ≡ du y dθ y θ y =0 = j 2 = L j 2 , V.27 ˆ u 3 ≡ du z dθ z θ z =0 = k 2 = L k 2 . V.28 Ketiga persamaan terakhir memberikan pembangkit untuk masing-masing rotasi pada sumbu x, y dan z. Ketiga pembangkit itu memenuhi kaitan komutasi berikut ˆ u 1 = [ˆ u 2 , ˆ u 3 ], ˆ u 2 = [ˆ u 3 , ˆ u 1 ], ˆ u 3 = [ˆ u 1 , ˆ u 2 ]. V.29 Hubungan antara U 1, H L dan SO3 tidaklah isomorfisme, melainkan ho- momorfisme. Hal ini karena jika u ∈ U1, H L berpadanan dengan R ∈ SO3, maka −u ∈ U1, H L pun berpadanan dengan R. Grup U1, H L ini dapat dipan- dang sebagai grup SU 2 versi kuaternion. 59

V.2 Grup