Operator-Operator R Zona Fisika | Blogger Lampung Tengah

BAB IV OPERATOR-OPERATOR KUATERNIONIK

IV.1 Operator-Operator R

, C, H-Linear Kanan Berkaitan dengan sifat alamiah tak komutatif dari kuaternion, maka harus dibedakan antara aksi kiri dan aksi kanan dari satuan imajiner i, j, k pada objek ku- aternion real q. Untuk menyatakan aksi kiri dan aksi kanan dari satuan-satuan ima- jiner kuaternion, diperkenalkan operator-operator L µ ≡ 1, ~L, ~ L = L i , L j , L k , IV.1 yang dinamakan sebagai operator kiri, dan R µ ≡ 1, ~ R, ~ R = R i , R j , R k , IV.2 yang dinamakan operator kanan yang masing-masing bertindak pada kuaternion q menurut cara sebagai berikut L µ : H −→ H, L µ q ≡ h µ q ∈ H R µ : H −→ H, R µ q ≡ qh µ ∈ H IV.3 dengan h µ ≡ 1,~h = 1, i, j, k. Operator-operator ini memenuhi sifat L 2 i = L 2 j = L 2 k = L i L j L k = R 2 i = R 2 j = R 2 k = R k R j R i = −1 IV.4 44 45 dan kaitan komutasi berikut [L i , R i ] = 0, [L j , R j ] = 0, [L k , R k ] = 0. IV.5 Selain itu diperkenalkan pula operator halang barred operator yang didefinisikan sebagai operator yang berbentuk A |B dan bekerja pada q ∈ H menurut A |Bq ≡ AqB, A, B, q ∈ H. IV.6 Selain dengan menggunakan notasi operator halang, aksi kiri dan kanan secara sekali- gus dari satuan-satuan imajiner kuaternion akan dinyatakan juga dengan M µν ≡ L µ ⊗ R ν , M µν q ≡ L µ ⊗ R ν q = h µ qh µ . IV.7 Selanjutnya, didefinisikan himpunan-himpunan berikut ini H L ≡ {a µ L µ | a µ ∈ R} H R ≡ {b µ R µ | b µ ∈ R} H L ⊗ H R ≡ {a µν L µ ⊗ R ν | a µν ∈ R}. IV.8 Dari definisi terakhir, diperoleh bahwa H L ∼ = H L ⊗ {1} H R ∼ = {1} ⊗ H R . IV.9 Kemudian, didefinisikan operasi penjumlahan di H L ⊗ H R sebagai a µν L µ ⊗ R ν + b σρ L σ ⊗ R ρ q = a µν L µ ⊗ R ν q + b σρ L σ ⊗ R ρ q IV.10 46 dan operasi perkalian dengan setiap a ∈ R sebagai aa µν L µ ⊗ R ν q = aa µν L µ ⊗ R ν q. IV.11 Dari sini, dapat diperoleh bahwa H L ⊗ H R merupakan ruang vektor berdimensi 16 di atas R. Sedangkan H L maupun H R merupakan ruang vektor berdimensi 4 di atas R. Himpunan {L µ ⊗ R ν } dapat berperan sebagai basis di H L ⊗ H R , sedangkan {L µ } dan {R ν } masing-masing dapat digunakan sebagai basis di H L dan H R . Selanjutnya, untuk kesederhanaan, diperkenalkan notasi O X : H −→ H IV.12 untuk menyatakan unsur-unsur di H L ⊗ H R yang linear dari kanan terhadap lapangan X. Dari sini, maka O R di H L ⊗ H R yang berbentuk O R = a µν L µ ⊗ R ν ∈ H L ⊗ H R IV.13 merupakan operator-operator yang R-linear dari kanan karena dipenuhi M µν qρ = M µν qρ = ρM µν q, ρ ∈ R. IV.14 Himpunan semua O R seperti dalam pers.IV.13 jelas merupakan H L ⊗ H R . Jika X = C, maka O C di H L ⊗ H R berbentuk O C = a µn L µ ⊗ R n , n = 0, 1 IV.15 karena dipenuhi M µn qξ = M µn qξ, ξ ∈ C. IV.16 47 Himpunan semua O seperti pada pers.IV.15 akan dinyatakan sebagai H L ⊗ C R . Kemudian karena perkalian kuaternion bersifat asosiatif, maka O H yang didefinisikan sebagai O H = a µ L µ ∈ H L , IV.17 merupakan operator yang linear kanan terhadap H di H karena berlaku L µ q 1 q 2 = L µ q 1 q 2 , q 1 , q 2 ∈ H. IV.18 Untuk definisi terakhir ini telah digunakan penyalahgunaan notasi karena H bukan merupakan lapangan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa H L ⊂ H L ⊗ C R ⊂ H L ⊗ R R . IV.19 Dengan menggunakan notasi operator halang O R , O C dan O H masing-masing dapat dinyatakan sebagai O R = q + q 1 |i + q 2 |j + q 3 |k O C = q + q 1 |i O H = q IV.20 dengan q, q , q 1 , q 2 , q 3 ∈ H R .

IV.2 Operasi Konjugasi, Transpose dan Trace