Mengatasi Kelemahan Sistem Hukum Indonesia

173 Lampiran banyak aparat penegak hukum yang tidak siap khususnya ketika harus mengadili kasus-kasus yang merupakan extra ordinary crimes di mana pengaturannya sangat tidak memadai jika hanya mendasarkan pada KUHP dan KUHAP. Sedangkan sebagian besar dari mereka hanya terlatih untuk selalu mendasarkan setiap kasus pidana dengan KUHAP dan KUHP. Misalnya, praktek Pengadilan HAM Ad Hoc untuk Timor Timur mencatat berbagai kekurangan dalam hal sumber daya manusia. Kekurangan tersebut diantaranya adalah 37 : i. Dalam hal pemilihan hakim oleh Mahkamah Agung, seleksi dilakukan secara subjektif dan tidak sesuai dengan track record para calon hakim ii. Tidak ada publikasi mengenai proses persidangan prosiding serta sangat sulit untuk mendapatkan hasil keputusan dalam bentuk tertulis. iii. Banyaknya laporan yang dikeluarkan oleh para aktivis HAM di Indonesia mengenai praktek korupsi yang sudah meluas dalam sistem pengadilan HAM. iv. Kurangnya independensi, impartiality, dan profesionalisme dari para aparat penegak hukum v. Kurangnya kepercayaaan masyakarakat terhadap pengadilan. 37 Report to the Secretary General of The Commission of experts to Review the Prosecution of Serious Violations of Human Rights in Timor Leste 1999, 26 May 2005, p. 55. 174 Jalan Panjang menuju Ratifikasi ICC di Indonesia Di samping itu, pelapor khusus mengai kenetralan hakim dan pengacara Special Rapporteur on the independence of judges and lawyer Dato’ Param Cumaraswamy menyatakan bahwa ada sejumlah hakim yang hanya mendapatkan sedikit sekali pelatihan mengenai standar dan praktek internasional dalam hal mengadili kejahatan serius seperti kejahatan terhadap kemanusiaandan genosida. 38 Kualitas para hakim tentu saja sangat mempengaruhi hasil dari suatu kasus. Misalnya,ada pendapat yang dikemukakan oleh seorang pengamat Pengadilan Ad Hoc Timor Timur yang mengatakan bahwa kelompok hakim terbagi tiga ; 1 hakim konservatif yang bekerja menurut buku dan kaku pada hukum acara pidana, 2 hakim karir dan ad hoc yang dikenal akan pengetahuannya tentang hukum humaniter internasional dan berpandangan progresif, kelompok ini bertanggungjawab atas munculnya sejumlah keputusan bersalah, dan 3 kelompok tengah yang dapat pergi ke mana saja tergantung panel di mana mereka duduk. Menurut para pengamat kelompok yang ke-3 ini “ingin terlihat menguasai hukum humaniter internasional tapi motivatisnya lebih hanya untuk karir”. 39 Para hakim karir di pengadilan HAM Ad Hoc Timur-Timur juga tetap harus menangani kasus- kasus yang lain sehingga sulit bagi mereka untuk fokus pada proses pengadilan HAM. Mereka juga 38 ibid. 39 Professor David Cohen, Intended to Fail : The Trials Before The Ad Hoc Human Rights Court in Jakarta, International Center for Transitional Justice, July, 2004, p. 55-56. 175 Lampiran sangat kurang mendapatkan bantuan fasilitas- fasilitas yang mendukung perkara yang mereka tangani misalnya perpustakaan, komputer, dan akses internet.

c. Perlindungan Saksi dan Korban

Salah satu tujuan pembentukan Mahkamah Pidana Internasional adalah untuk menjamin korban dan saksi mendapatkan perlindungan. Perlindungan saksi dan korban diatur baik dalam Statuta Roma maupun dalam Rules of Procedure and Evidence-nya RPE. Aturan ini didasarkan pada norma yang sama yang telah diatur dalam dua pengadilan ad hoc internasional sebelumnya yakni ICTY dan ICTR. Partisipasi saksi dan korban mendapatkan jaminan dalam setiap tingkat proses persidangan di MPI. Perlindungan saksi dan korban diatur dalam Pasal 68 Statuta Roma, yaitu: i. Proses persidangan in camera sidang tertutup untuk umum, dan memperbolehkan pengajuan bukti dengan sarana khusus atau sarana elektronika lain Pasal 682 Statuta Roma. Secara khusus, tindakan-tindakan tersebut harus dilaksanakan dalam hal seorang korban kekerasan seksual atau seorang anak yang menjadi korban atau saksi dalam kasus pelanggaran HAM yang berat. ii. Unit Saksi dan Korban Pasal 684 Statuta Roma: dalam Mahkamah Pidana Internasional, unit ini dibentuk oleh Panitera di dalam Kepaniteraan. Setelah berkonsultasi dengan Kantor Penuntut Umum, unit ini berfungsi untuk menyediakan