202
Jalan Panjang menuju Ratifikasi ICC di Indonesia
dapat menerapkan jurisdiksinya diantaranya
67
pada negara yang menjadi pihak yakni negara peratifikasi Statuta
Roma.
67 Jurisdiksi MPI berlaku pada Negara pihak atau Negara bukan pihak tapi mengakui
jurisdiksi MPI melalui pernyataandeklarasi tertulis.
203
Lampiran
BAB IV Implikasi Ratifikasi Statuta
Roma terhadap Sistem Hukum Indonesia
Negara yang sudah menjadi Pihak dalam Statuta Roma berarti negara tersebut mengakui bahwa MPI memiliki
yurisdiksi di negaranya terhadap kejahatan yang diatur dalam Pasal 5 Statuta
68
, serta terhadap warganegara atau orang lain yang berada dalam wilayah teritori negara pihak
tersebut untuk diadili di MPI dengan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan dalam Statuta. Dengan demikian,
negara pihak harus menjamin bahwa tidak ada halangan dalam hal kerjasama dengan MPI tersebut.
Negara yang telah menjadi pihak Statuta berarti memiliki dua kewajiban fundamental dalam hal:
69
68 Kejahatan-kejahatan tersebut adalah genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan,
kejahatan perang dan kejahatan agresi. 69
Amnesti International, International Criminal Court : Checklist for Effective Implementation, July 2000,p. 2
204
Jalan Panjang menuju Ratifikasi ICC di Indonesia
1. Complementarity : Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab II, bahwa berdasarkan Pasal 1 dan Pasal
17 Statuta Roma, Negara pihak mengakui bahwa negara, bukan MPI, memiliki tanggungjawab utama
dalam mengadili para pelaku kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan
perang. Tidak hanya Negara yang memiliki kewajiban untuk mengadili pelaku kejahatan
internasional, namun MPI juga dapat mengadilinya hanya apabila Negara tersebut tidak mampu dan
tidak mau melaksanakan kewajibannya. Jika MPI menjadi pelengkap efektif suatu Negara dalam
sistem pengadilan internasional, maka Negara tersebut harus melaksanakan tanggungjawabnya.
Negara harus membuat dan menegakkan hukum nasionalnya yang mengatur bahwa kejahatan
terhadap hukum internasional adalah berarti kejahatan terhadap hukum nasionalnya. Negara
yang gagal melaksanakan kewajibannya tersebut akan beresiko untuk dianggap sebagai Negara
yang tidak mau dan tidak mampu untuk mengadili kejahatan yang merupakan yurisdiksi MPI.
Membuat peraturan implementasi yang efektif akan menunjukan bahwa Negara peduli terhadap
kewajiuban
utamanya berdasarkan
hukum internasional untuk menjamin ditegakkannya
hukum bagi kejahatan tersebut dan akan mengadilinya melalui pengadilan nasionalnya.
2. Kerjasama yang penuh fully cooperation: Ketika MPI telah menetapkan bahwa MPI memiliki
kewajiban untuk melaksanakan yurisdiksinya berdasarkan prinsip komplementer, Negara pihak
setuju untuk berkerjasama penuh dengan MPI dalam hal penyelidikkan dan penuntutan terhadap