20
2.1.1 Wirausaha
Wirausaha atau kewirusahaan menjadi semakin populer akhir-akhir ini. Wirausaha atau biasa juga kita dengar dengan sebutan entrepreneur berasal dari
bahasa Prancis, yaitu “entreprende” yang artinya pencipta, petualang, dan pengelola usaha Cantillon dalam Lupiyoadi, 2007:1. Istilah wirausaha semakin
terkenal setelah digunakan oleh J.B.Say pada tahun 1803 untuk mendeskripsikan pengusaha yang mampu mengolah sumber daya yang memiliki tingkat
produkstivitas rendah menjadi semakin lebih tinggi serta memperoleh hasil yang lebih banyak lagi Suwartoyo dalam Lupiyoadi, 2007:10. Smith dalam
Hutagalung et al., 2010:2 menyebutkan wirausaha sebagai orang yang mampu berekasi terhadap perubahan ekonomi yang kemudian menjadi agen ekonomi
yang mengubah permintaan menjadi produksi. Kewirausahaan merupakan sebuah proses untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dari yang sudah ada Kao dalam Lupiyoadi, 2007:3. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah di pasar
melalui proses oengelolaan sumber daya yang ada dengan metode yang baru dan berbeda. Diperoleh melalui pengembangan teknologi, penemuan pengetahuan
ilmiah, perbaikan produk yang sudah ada baik barang maupun jasa, atau melalui penemuan cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan
sumber daya yang lebih efisien Suryana, 2006:3.
a. Wirausaha Muda
Ronstandt dalam Hutagalung et al., 2010:8 menyatakan bahwa wirausaha usaha biasanya mulai mendirikan usaha pada saat mereka berusia 25-30
Universitas Sumatera Utara
21
tahun. Pada jenjang usia ini orang akan dihadapkan pada masalah pekerjaan. Orang harus memilih bidang pekerjaan apa yang akan cocok bagi mereka, apakah
sesuai dengan keahlian, bakat, minat, atau faktor psikologi yang mereka miliki. Hurlock dalam Hutagalung 2010:9 juga berpendapat pada masa dewasa awal
18-40 tahun merupakan usia di mana orang akan mencoba-coba untuk berkarir. Hal ini yang juga menjadi pemengaruh tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang.
Staw dalam Hutagalung 2010:9 menghubungkan usia dengan pengalaman. Bertambahnya usia akan diikuti dengan bertambahnya pengalaman. Dengan
bertambahnya usia dan pengalaman seorang wirausaha maka wirausaha tersebut memiliki bekal lebih untuk mampu mencapai keberhasilan dalam usahanya.
b. Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan diawali oleh adanya tantangan Suryana, 2006:3. Dari tantangan tersebutlah muncul ide, kemauan serta dorongan untuk berpikir
kreatif dan melakukan sesuatu yang inovatif untuk memecahkan tantangan yang sebelumnya ada. Biasanya ide kreatif dan inovatif ini dimulai dengan proses
peniruan imitasi atau duplikasi. Kemudian menjadi proses perkembangan dan mencapai tahap penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda.
2.1.2 Keberhasilan Usaha
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan berhasil sebagai sukses. Usaha diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud pekerjaan perbuatan, prakarsa, akhtiar, daya
Universitas Sumatera Utara
22
upaya untuk mencapai sesuatu http:bahasa.cs.ui.ac.id. Keberhasilan usaha merupakan suatu keadaan di mana usaha mengalami peningkatan hasil dari yang
diperoleh sebelumnya. Setiap usaha pasti memiliki tujuan untuk dapat berhasil. Menurut Anaroga dalam Sazali 2011, keberhasilan usaha dapat tercapai
jika memliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha business plan. Rencana usaha menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan
dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dijalankan. Dengan adanya rencana usaha maka hasil kinerja yang ada dapat diukur keberhasilannya. Suryana
2006:7 menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama pola perilaku dan sikap dengan modal
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis, sehingga dapat dikatakan bahwa pedoman, pengharapan, serta nilai baik yang berasal dari diri sendiri
ataupun kelompok dapat mempengaruhi pembentukan perilaku kewirausahaan. Ranto dalam Daulay dan Ramadini 2013 berpendapat bahwa berhasil
atau tidaknya seseorang dalam berwirausaha tidak tergantung dari jumlah uang atau keuntungan yang diperolehnya dalam berwirausaha. Namun dilihat dari
bagaimana orang tersebut mampu merencakan usaha dan menjalankannya dengan baik atau menjalankan usaha yang sudah ada menjadi lebih berkembang dari
sebelumnya. Wirausaha yang baik tidak cukup hanya memliki kemauan untuk berhasil saja, namun juga harus memiliki pengetahuan serta kemampuan.
Wawasan yang cukup mengenai usaha yang dimasuki, bagaimana harus memulai usaha tersebut, apa peran dan tanggung jawab yang harus dipegang sebagai
seorang wirausaha, serta pengetahuan organisasi bisnis dan manajemen.
Universitas Sumatera Utara
23
Keberhasilan usaha ditunjukkan melalui kinerja yang dihasilkan dari kegiatan wirausaha selama kurun waktu tertentu Moeheriono, 2012.
Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki usaha
tersebut Dalimunthe dalam Tanjung, 2012. Berhasil tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari membesarnya skala usaha yang dimilikinya Adi dalam Al-maqassary,
2013. Yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan usaha seperti bahan baku, pekerja, teknologi, kualitas produk, harga, variasi produk, target pasar,
kemudahan dalam membeli produk, ketersediaan modal dan perputaran piutang. Baik buruknya kinerja yang ditunjukkan oleh seseorang dipengaruhi oleh
kepribadian yang dimilikinya, di samping keterampilan dan kemampuan kerjanya Sedarmayanti, 2004:25. Suatu keberhasilan harus dapat diukur. Hal-hal yang
dapat dijadikan indikator dari kinerja usaha ialah pertumbuhan pendapatan Revenue Growth, jumlah pelanggan baru, kecepatan waktu layanan, tingkat
kepuasan pelanggan dan lain-lain Moeheriono, 2012. Memiliki usaha yang baik saja tidak cukup, untuk dapat mencapai kesuksesan yang berkesinambungan
usaha tersebut harus melakukan quantum leap dari hanya “good” harus menjadi
“great” Collins dalam Situmorang, 2011:83.
Suatu usaha yang baik dapat terus tumbuh dan berkembang jika memiliki sensitivitas yang baik terhadap setiap perubahan yang terjadi, adaktif, memiliki
rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki terhadap identitas usaha yang dijalankan, memiliki toleransi sehingga mampu terbuka pada setiap peluang yang
ada, dan pada umumnya sangat konservatif dalam mengelola keuangan De Geus
Universitas Sumatera Utara
24
dalam Situmorang, 2011:83. Faktor kepemimpinan juga menjadi salah satu syarat suatu usaha menjadi usaha yang luar biasa.
Adapun langkah-langkah menuju keberhasilan usaha menurut Tanjung 2012 yaitu:
1. Adanya ide serta visi misi yang jelas pada bisnis.
2. Membuat perencanaan usaha, pengorganisasian, dan cara menjalankannya
mengimplementasikannya. 3.
Kemauan dan keberanian menghadapi resiko. 4.
Mengembangkan hubungan yanga baik kepada semua pihak yang terkait dengan kepentingan usaha.
Faktor-faktor yang menghambat suatu usaha masuk dalam kategori usaha yang luar biasa menurut Situmorang 2012:84:
1. Faktor psikologis
Pemimpin tidak berani mengambil resiko dan cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang ada berada pada comfort zone.
2. Resitensi karyawan
Sumber daya manusia yang ada tidak merasa tertantang untuk mengembangkan diri, memberikan ide mereka, ataupun melakukan inovasi.
Hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan perusahaan yang membiasakan hal tersebut. Begitu juga jika ditambah dengan masalah pengelolaan SDM
yang kurang baik, misalnya rekruitmen, penempatan karyawan yang tidak berkompenten, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Tekanan dari pihak luar
Tekanan dari pihak luar dapat datang dari orang terdekat seperti keluarga.
a Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha yaitu Tanjung, 2012: -
Faktor Produksi Produk yang dihasilan dapat diproduksi sendiri atau dengan menjual kembali
produk orang lain. Kualitas dan harga produk yang ditawarkan haruslah sesuai. -
Faktor Pemasaran Untuk meningkatkan penjualan wirausaha dapat melakukan promosi dengan
anggaran tertentu yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Produk yang ditawarkan kepada target pasar harus mudah diperoleh atau paling tidak
pelanggan mengetahui bagaimana untuk mendapatkan produk tersebut, misalnya dengan memberikan beberapa alternatif untuk melakukan pemesanan.
- Faktor Manajemen
Untuk mengantisipasi perubahan, maka wirausaha harus selalu berusaha untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola usahanya. Hal-hal yang dapat
dilakukan di antaranya ialah dengan melakukan TQM Total Quality
Universitas Sumatera Utara
26
Management, benchmarking dengan meniru usaha yang berhasil, performance measurement, empowerment, memiliki nilai tambah tambah dibaningkan dengan
usaha lain yang sejenis competitive advantage, strategi yang lebih unggul dan lain-lain Situmorang, 2011:103.
- Faktor Keuangan
Melakukan sentralisasi pengendalian keuangan dengan cara melakukan efisiensi anggaran, terutama dengan pemotongan biaya-biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi, peramalan arus kas, pengelolaan modal kerja, dan mengurangi penjualan dengan cara piutang.
b Ciri-Ciri Wirausaha Yang Berhasil
Para pakar ekonomi memiliki pendapat yang berbeda-beda untuk mendeskripsikan wirausaha yang berhasil. Sukirno 2006 berpendapat bahwa
seorang wirausaha yang berhasil memiliki kepercayaan diri yang baik, kreatif, berani mengambil resiko, memiliki perencanaan yang baik, berorientasi pada
masa depan, berorientasi pada tugas dan keputusan, berorientasi pada kemanusiaan, memiliki kemampuan manajemen, mampu membuat keputusan,
mampu mendirikan usaha serta memiliki konsep keaslian pada produk yang dihasilkan. Hornaday dalam Riani 2006:14 juga mengungkapkan hal yang sama
yaitu seorang wirausaha yang berhasil memiliki sikap mental yang positif, memiliki daya pikir yang kreatif, inovatif, memiliki motivasi yang tinggi,
kemampuan untuk mengambil resiko dan kemampuan untuk bersaing.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.3 Self Leadership a Konsep
Self Leadership
Kata pemimpin pertama kali muncul pada tahun 1300, sedangkan kata kepemimpinan muncul pada tahun 1800 Arifin, 2012:1. Menurut Fairchild
dalam Arifin 2012:1, seorang pemimpin adalah orang yang mampu membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas persuasif, dan penerimaan
secara sukarela oleh pengikutnya. Kepemimpinan merupakan seni dan praktek dari praktek dan pengaruh yang efektif Bass, 1990. Kepemimpinan diri atau self
leadership menurut Manz et al., dalam Muckhtar dan Lubis 2012 mendeskripsikan proses mempengaruhi diri sendiri melalui suatu tindakan yang
mampu dilakukan orang tersebut dan mencapai suatu arah diri serta motivasi diri yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Self leadership diartikan sebagai
pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap tindakan dalam melakukan pekerjaan yang memotivasi secara alami. Hal
ini juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan namun harus dikerjakan Tabak et al., 2011.
Self leadership meliputi perilaku spesifik dan rancangan strategi kognitif untuk mempengaruhi pribadi secara efektif. Strategi ini secara umum
dikelompokkan ke dalam tiga kategori pokok, yaitu strategi yang berpusat pada perilaku behavior focus strategy, natural focus strategiesstrategi fokus alami,
Universitas Sumatera Utara
28
dan strategi pola berpikir konstruktif constructive thought pattern strategies. Manz dan Neck, 2004.
Sedangkan menurut Mc Shane Von Glinow 2003, self leadership meliputi latihan mental mental practice, merancang penghargaan pribadi
designing natural rewards, pengawasan diri self monitoring, penguatan diri self reinforcement dan isyarat pribadi self cueing. Dari definisi-definisi di atas
maka dapat dikatakan bahwa self leadership merupakan proses mempengaruhi diri sendiri dengan memotivasi diri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dolbier et al., 2001 dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa self leadership secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang karena
seorang wirausaha yang memiliki self leadership cenderung mengalami tingkat tekanan yang dimiliki dalam pekerjaan cenderung dapat diatasi.
Langkah pertama dalam menyusun self leadership adalah menyusun cita- cita untuk pekerjaan personal goal setting. Langkah ini meliputi
pengidentifikasian cita-cita khusus yang ingin dicapai, cita-cita yang relevan dan menantang. Hal yang membuat ini berbeda adalah cita-cita ini disusun sendiri,
bukan merupakan hasil diskusi bersama dengan atasan atau rekan Mc Shane Von glinow, 2003 . Langkah selanjutnya adalah pola berfikir yang konstruktif
constructive thought patterns. Sebelum memulai suatu tugas dan ketika melaksanakannya, wirausaha sebaiknya memiliki pemikiran yang postif mengenai
apa yang dilakukannya dan begitu juga dengan penyelesaian pekerjaan. Wirausaha akan lebih termotivasi dan siap untuk menyelesaikan pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
29
setelah ia melakukan „positive self talk’ mampu menyemangati diri sendiri dan
„mental imagery’gambar diri.
Pada positive self talk mengacu kepada suatu situasi ketika wirausaha berbicara pada dirinya sendiri mengenai pemikiran-pemikiran atau tindakan-
tindakan yang dilakukannya. Beberapa dari komunikasi internal yang dilakukan akan membantu proses pengambilan keputusan, seperti menimbang keuntungan
suatu pilihan tertentu Mc Shane Von Glinow, 2003. Tahapan selanjutnya pada self leadershipkepemimpinan diri adalah self
monitoring pemantauan diri. Self monitoring adalah proses agar diri dapat memantau kemajuan dari suatu pekerjaan. Self monitoring meliputi pengawasan
secara regular, perencanaan serta umpan balik. Orang yang membuat umpan balik terhadap tugasnya lebih baik daripada umpan balik yang dibuat oleh orang lain
Mc Shane Von Glinow, 2003. Setelah self monitoring pemantauan diri, selanjutnya adalah self
reinforcement penguatan diri. Self reinforcement penguatan diri terjadi ketika seorang wirausaha memiliki kendali penuh untukmenguatkan dirinya namun tidak
menggunakannya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya dengan mengambil waktu istirahat setelah mencapai target yang telah ditetapkan. Istirahat
kerja di sini termasuk dalam bentuk dorongan diri yang positif. Self reinforcement penguatan diri juga terjadi ketika memutuskan untuk melakukan hal yang
menyenangkan setelah menyelesaikan pekerjaan yang tidak disenangi. Misalnya setelah menyelesaikan laporan yang sulit, wirausaha memutuskan untuk
Universitas Sumatera Utara
30
melakukan hal yang lebih menyenangkan seperti berjalan-jalan sejenak untuk menenangkan pikiran Mc Shane Von Glinow, 2003.
b Dimensi Self Leadership
Secara umum strategi self leadership dibagi menjadi tiga kategori besar Houghton dan Neck, 2002 yaitu:
a. Behavior focus strategy
Tindakan yang dilakukan diinginkan yang berdampak positif yang mengarah pada keberhasilan, serta menekan perilaku negatif yang dapat mengarah pada
kegagalan. Behavior focus strategies strategi perilaku fokus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, menuntun pada pengaturan perilaku termasuk
untuk tugas-tugas yang tidak disenangi oleh wirausaha itu sendiri. Behavior focus strategy strategi perilaku fokus terbagi menjadi:
- Visualizing successful performance membayangkan kesuksesan - Self talk komunikasi pada diri sendiri
- Self goal settingpenentuan tujuan pribadi Penentuan tujuan pribadi yang mengarah pada peningkatan kinerja.
b. Natural focus strategy
Tindakan yang dilakukan dengan memasukkan sesuatu yang menyenangkan ke dalam pekerjaan yang dilakukan agar pekerjaan tersebut terasa lebih
menyenangkan. Misalnya dengan meletakkan foto keluarga atau orang yang berarti di meja kerja, adanya barang yang unik, bekerja sambil mendengarkan
Universitas Sumatera Utara
31
musik, dan sebagainya. Natural focus strategy strategi fokus alami dibagi atas:
- Self reward penghargaan diri Tindakan yang dilakukan seorang wirausaha ketika mencapai tujuan yang
ditetapkannya, misalnya dengan memberikan hadiah bagi dirinya sendiri. - Self punishment hukuman diri
Hukuman yang diberikan bisa dengan tidak melakukan hal yang disenangi jika tujuan tidak tercapai sesuai harapan atau hasil pekerjaan tidak baik.
- Natural reward penghargaan alami Penguatan dengan memberikan hadiah kecil pada diri sendiri, misalnya
dengan pergi dengan teman atau yang lainnya. c.
Construction tought pattern konstruksi pola pikir - Self observation pengamatan sendiri
Perilaku seseorang yang dapat mengarah pada kesadaran kapan dan mengapa seorang wirausaha melakukan suatu perilaku tertentu.
- Evaluating belief and assumptions evaluasi keyakinan dan anggapan - Self cueing isyarat sendiri
2.1.4 Self Efficacy
Universitas Sumatera Utara
32
a Pengertian Self Efficacy
Bandura dalam Muhdiyanto 2013 mendefiniskan self efficacy sebagai keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau
tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Bandura dan Woods menjelaskan bahwa self efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampuan
individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk untuk memenuhi tuntutan situasi. Bandura dalam Punnet et al.,
juga menyatakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan memiliki kemampuan untuk menunjukkan keberhasilan di area tertentu. Hal ini dibuktikan bahwa
motivasi dan keberhasilan ditentukan oleh seberapa efektif seseorang percaya bahwa mereka bisa. Seseorang yang memiliki nilai self efficacy yang tinggi
cenderung untuk mencoba lebih keras untuk menguasai tantangan dalam situasi sulit, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi hambatan, menanggapi umpan
negatif dengan meningkatkan usaha dan motivasi, menentukan lebih banyak tujuan yang menantang, dan bekerja lebih keras dan lebih panjang untuk
mencapainya. Self efficacy telah terbukti untuk memprediksi efektifitas penggunaan strategi dalam pembuatan keputusan manajerial Wood et al., dalam
Punnet et al., 2007. Sementara itu, Baron dan Byrne 1991 mendefinisikan self efficacy
sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Pernyataan-
pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Cromie dalam Indarti dan Rostiani 2008, yang menjelaskan self efficacy mempengaruhi kepercayaan seseorang pada
Universitas Sumatera Utara
33
tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Maka, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa self efficacy merupakan
keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan atau kompetensi dirinya dalam melakukan tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Bandura et al., 2010, berpendapat bahwa keyakinan keberhasilan seseorang memediasi pola-pola pikir berikutnya, respon kreatif, dan tindakan,
bahwa self efficacy berhubungan positif dengan pola motivasi yang positif. Secara langsung self efficacy dapat berpengaruh pada:
1. Pola pemikiran Self efficacy mempengaruhi perkataan pada diri wirausaha.
2. Pemilihan perilaku Keputusan seorang wirausaha didasarkan pada efikasi yang dirasakan terhadap
pilihannya, misalnya pada usaha yang dijalankan. 3. Usaha motivasi
Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugasnya dengan baik.
4. Daya tahan
Universitas Sumatera Utara
34
Wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan bangkit dan bertahan ketika menghadapi kegagalan, sedangkan wirausaha dengan tingkat self
efficacy lebih rendah cenderung menyerah pada tantangan dan resiko. 5. Daya tahan terhadap stres
Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah pada kegagalan. Sedangkan wirausaha
yang memiliki self efficacy yang rendah cenderung mengalami stres dan perasaan mudah gagal.
b Sumber Self Efficacy
Self efficacy yang dimiliki oleh wirausaha dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, namun dapat juga timbul karena lingkungan sekitarnya. Keyakinan akan
self efficacy terbentuk dari empat prinsip utama Bandura dalam Muhdiyanto, 2013 yaitu:
Enactive Mastery Experience Pengalaman yang paling berkesan Pada prinsip ini dijelaskan bahwa kesuksesan akan membangun keyakinan
yang kuat akan self efficacy, sedangkan kegagalan dapat menjatuhkan, terutama jika self efficacy belum terbangun dengan kuat. Namun, kesulitan
atau kegagalan juga dapat menjadi kesempatan untuk belajar bagaimana mengubah kegagalan menjadi kesuksesan dengan berdasarkan pada suatu
kemampuan untuk berlatih dalam mengontrol setiap keadaan menjadi lebih baik Bandura dalam Kawuryan, 2007. Maka berdasarkan hal ini,
apabila seorang wirausaha pernah berhasil menyelesaikan masalah atau
Universitas Sumatera Utara
35
tantangan yang besar, maka di masa yang akan datang jika ia mengalami keadaan yang kurang lebih sama, maka wirausaha tersebut akan lebih
optimis menyelesaikan tugas barunya tersebut. Vicarious Experience Pengalaman orang lain
Vicarious experience pengalaman orang lain ialah tipe self efficacy yang dipengaruhi oleh pengalaman orang lain. Contohnya ialah seorang
wirausaha yang mengamati wirausaha lain yang memiliki kemampuan yang hampir sama dengannya mampu berhasil menyelesaikan
tantangannya, maka hal tersebut dapat meningkatkan self efficacy wirausaha tersebut. Tipe ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh
Bandura dalam Kawuryan 2007 yang mengatakan bahwa dampak dari perceived self efficacy cukup kuat, yaitu dengan mempersepsikan
kesamaan dengan model atau orang yang menjadi contoh. Social Persuassion Pengaruh sosial
Social persuassion Bandura dalam Kawuryan, 2007 merupakan cara untuk memperkuat keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki sesuatu
yang dapat digunakan untuk mencapai keberhasilan. Tindakan-tindakan yang sifatnya persuasi dapat mempersepsikan self efficacy yang dimiliki,
sehingga membuat wirausaha berusaha cukup keras untuk mampu mengembangkan keahlian dan sense of personal efficacy yang
dimilikinya. Peningkatan keyakinan diri yang tidak realitis dengan kompetensi wirausaha dapat dilihat dari hasil usaha yang jauh dari yang
diharapkan. Tetapi para wirausaha muda yang telah mempersuasikan
Universitas Sumatera Utara
36
bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang cukup cenderung akan menghindari aktivitas yang menantang yang dapat menggali potensi
sebenarnya dari dirinya, dan lebih mudah menyerah. Phisicological And Affective State Psikologi dan kecenderungan
Dalam menilai kemampuannya wirausaha percaya bahwa informasi somatis didapat melalui kondisi psikologis dan emosi. Pada prinsip ini
kondiri perasaan wirausah muda juga mempengaruhi self efficacy yang dimilikinya. Fisiologis sebagai indikator dari self efficacy memiliki peran
utama dalam fungsi kesehatan dan aktivitas yang membutuhkan stamina dan kekuatan Bandura dalam Kawuryan, 2007.
c Dimensi Self Efficacy
Pemikiran self efficacy pada umumnya didefinisikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kewirausahaan dengan fokus
evaluasi kemampuan manajerial, fungsional dan teknik seseorang Naktiyok et al.,2009. Terdapat dua skala yang digunakan oleh para peneliti untuk
menunjukkan hubungan antara self efficacy dengan kemampuan mendirikan usaha baru. Skala pertama yang digunakan adalah entrepreneurial self efficacy belief
keyakinan self efficacy berwirausaha. Skala ini digunakan oleh Chen dalam Naktiyok 2009 untuk mengevaluasi kemampuan seseorang dalam hal
manajerial, inovasi, pengambilan resiko dan pengendalian keuangan. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 140 orang mahasiswa menemukan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keyakinan diri berwirausaha
Universitas Sumatera Utara
37
entrepreneurial self efficacy. Penelitian tersebut berpendapat bahwa seseorang dengan self efficacy yang lebih tinggi mampu mengevaluasi peluang berwirausaha
lebih baik dan mampu melihat hasil yang lebih positif. Skala kedua yang digunakan adalah self evaluation capability
kemampuan mengevaluasi diri, skala ini dikembangkan oleh De Noble et al., 1991 pada sebuah penelitian terhadap 272 mahasiswa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, diindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pemikiran self efficacy resiko dan kemampuan mengatasi keadaan
yang tidak terduga, inovasi dan pengembangan produk, kemampuan hubungan dan jaringan, kemampuan untuk melihat peluang, kemampuan untuk menemukan
sumber daya, kemampuan untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan bisnis yang inovatif dan keinginan berwirausaha.
Dari kedua skala tersebut ditemukan enam dimensi utama pemikiran self efficacy. Dimensi-dimensi tersebut adalah keyakinan pada kemampuan
mengembangkan produk baru dan peluang pasar, keyakinan untuk dapat mengatasi tantangan yang tidak terduga, keyakinan untuk dapat mengembangkan
sumber daya yang ada, keyakinan untuk dapat mendefinisikan tujuan inti, keyakinan pada kemampuan membangun lingkungan yang inovatif, keyakinan
pada kemampuan membangun hubungan dengan investor.
d Self Efficacy Dan Keberhasilan Wirausaha
Semakin tinggi tingkat self efficacy pada diri seorang wirausaha pada masa awal berkarir, maka intensi kewirausahaan yang dimiliki akan semakin kuat Betz
Universitas Sumatera Utara
38
dan Hacket dalam Indarti dan Rostiani, 2008. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku yang diharapkan dari seseorang tidak cukup bernilai untuk mendapatkan
umpan balik yang positif. Ketika seseorang memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan memiliki kompetensi sosial yaitu dengan memiliki
empati kepada orang lain biasanya orang ini cenderung akan bekerja keras dengan didasarkan pada kehati-hatian. Keberhasilan peluang menyelesaikan tugas akan
semakin besar jika diikuti dengan self efficacy yang tinggi Muhdiyanto, 2013. Seseorang dengan self efficacy tinggi lebih befokus pada peluang yang lebih baik
dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang harus diatasi.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Tahun Judul
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Kesimpulan
1. Daulay
dan Ramadini
2013 Efikasi
Diri dan
Motivasi pada
Keberhasilan Usaha pada
Usaha Fotocopy dan Alat
Tulis Kantor
di Kecamatan
Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal Efikasi Diri
X
1
Motivasi X
2
Keberhasilan usaha Y
1. Metode analisis
deskriptif. 2. Metode
regresi linier berganda
Variabel efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan
usaha. Namun
variabel motivasi
member pengaruh
negatif yang
signifikan terhadap keberhasilan usaha. Dari nilai keofisien beta yaitu sebesar
3.028 maka faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan usaha ialah
efikasi diri.
2. Firdaus
Efektivitas Penggunaan
Analisis Sebagian besar pengusaha muda di kota
Universitas Sumatera Utara
39
2013 Penggunaan
Smartphone dalam Mendukung
Kegiatan Bisnis
Pengusaha Muda di Kota
Bandung Menggunakan
Teknologi Acceptance Model
TAM smartphoneX
Kegiatan bisnis Y
deskriptif dengan metode
survey melalui metode paper-
based questionnaire
dan computer based
quetionnaire Bandung telah merasakan manfaat
smartphone dalam
mendukung bisnisnya. Pengusaha muda dengan usia
di bawah 2 tahun sudah cukup banyak, ini
menunjukkan bahwa
adanya kesadaran untuk menciptakan lapangan
kerja sendiri tanpa bergantung kepada orang lain terus-menerus.
3. Rachmat
2012 Entrepreneur
sebagai Pilihan
Karir Mahasiswa Maluku
Utara: Peran Efikasi Diri
dan Kepribadian Sikap X
1
Norma subjektif X
2
Efikasi diri
X
3
Openness to
experience X
4
Niat menjadi entrepreneur
Y Menggunakan
SEM berbasis
komponen component
based dengan
program SmartPLS
ver.2.M3 Sikap, norma subjektif, dan openness to
experience berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat
menjdi entrepreneur.
Sebaliknya, self efficacy tidak signifikan terhadap niat menjadi entrepreneur.
4.
No.
Firda 2010
Peneliti Tahun
Pengaruh Motivasi,
Self efficacy,
dan Locus of Control
terhadap Minat
Berwirausaha Studi pada Siswa
Judul
Motivasi X
1
Self Efficacy X
2
Locus of Control X
3
Minat Berwirausaha
Variabel Penelitian
Analisis regresi berganda
Teknik Analisis Motivasi dan self efficacy berpengaruh
positif terhadap minat berwirausaha dengan nilai siginfikansi dari motivasi
X
1
0.000 dan variabel self efficacy X2 0.046 di mana nilainya lebih kecil
α=0.5. Variabel internal locus of control X
3
dan external locus of
Kesimpulan
SMK Kota
Padang Y
control X
4
memiliki signifikansi 0.983 dan 0.473 di mana nilainya lebih besar
dari α=0.05, variabel internal locus of control X
3
dan external locus of control X
4
tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap
minat berwirausaha.
Universitas Sumatera Utara
40
5. Indarti
dan Rostiani
2008 Intensi
Kewirausahaan Mahasiswa: Studi
Perbandingan antara Indonesia,
Jepang,
dan Norwegia
Kebutuhan akan prestadi
X
1
Efikasi diri
X
2
Kesiapan instrumen X
3
Jender X
4
Umur X
5
Latar belakang pendidikan
X
6
Pengalaman kerja X
7
Intensi kewirausahaan
Y Teknik
pengambilan sampel dengan
menggunakan purposive
sampling. Kuisioner
Variabel-variabel yang berhubungan dengan kepribadian, instrument, dan
demografi sama-sama
menentukan intensi kewirausahaan secara signifikan,
namun hanya mampu menjelaskan sebesar 28,2 untuk Indonesia, 14,2
untuk Jepang,
dan 24,8
untuk Norwegia.
6. Punnet,
Nurse, Duffy, Fox, Gregory,
Lituchy, Monserrat,
Olivas-Lujan, Santos 2007
Professionally Successful
Women: Some
Evidence From
The English-
Speaking Caribbean
Self efficacy
X
1
Lokus Kontrol X
2
Kebutuhan Akan
Pretasi X
3
Mentoring Nilai
kebudayaan X
4
Wanita Sukses Y
Analisis kualitatif
dan kuantitatif
Perempuan profesional sukses dinilai tinggi pada perlunya prestasi, lokus
internal kontrol, dan keyakinan diri sendiri
dibandingkan melakukan
perbandingan kelompok
pelajar. Bertentangan dengan yang diharapkan,
pembimbingan tidak diartikan sebagai sesuatu
yang signifikan
dalam pencapaian
kesuksesan. Tetapi
dukungan keluargalah yang dipandang penting. Dalam variabel budaya, wanita
yang sukses dan kelompok pelajar pembanding dinilai sama. Persamaan
dan perbedaan di antara tiga negara termasuk
dalam cakupan
diskusi penelitian tersebut.
No. Peneliti
Tahun Judul
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Kesimpulan
7. Cull 2006
Mentoring Young Entreprenuers:
What Leads to Success?
Faktor kesuksesan
X
1
Hubungan X
2
Tantangan X
3
Kemampuan pelatih X
4
Dukungan X
5
Kesuksesan Y
Analisis deskriptif
dengan menggunakan
metode survei Tema yang muncul menunjukkan bahwa
sifat dari hubungan antara mentor dan wirausaha
muda yang
dimentori dipengaruhi pada tiga fase penting,
permulaan, pertengahan dan akhir. Mentor harus menggunakan pendekatan
terhadap wirausaha
tang dapat
mengurangi ketergantungan
dan meningkatkan kepercayaan diri. Gaya
mentoring yang kurang instruksional dan lebih memberikan dorongan sebagai
pelanggan bisnis mulai berkembang.
Universitas Sumatera Utara
41
8. Dolbier,
Soderstrom, Steinhart
2001 The Relationships
Between Self
Leadership and
Enhanced Psychological,
Health, and Work Outcomes
Self leadership X
1
Peningkatan psikologis X
2
Kesehatan X
3
Hasil kerja Y Analisis
deskriptif dengan
menggunakan survei
Self leadership
secara positif
berpengaruh terhadap hasil kesehatan dan berhubungan terhadap tingkat stres
pada pekerjaan. Self leadership berpengaruh positif
terhadap hasil kerja atas anggapan kepuasan kerja, komunikasi organisasi,
kualitas manajemen, hubungan dengan pimpinan, dan budaya kelompok.
Sumber: Data Diolah
2.3 Kerangka Konseptual