Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi sangat penting bagi manusia. Teknologi mampu membantu perbaikan berbagai sektor baik kesehatan, pangan, militer, ekonomi dan masih banyak lagi. Terlebih lagi dengan kemunculan komputer dan jaringan internet yang kini telah merata di semua kota besar maupun kota kecil. Grove dalam Situmorang et al., 2010:55 mengatakan bahwa perkembangan teknologi melahirkan ekonomi baru yang dicirikan dengan teknologi digital dan tercapainya hubungan global global connectivity. Hal ini didukung oleh jaringan internet serta semakin murahnya harga yang harus dibayarkan oleh masyarakat untuk mendapatkannya. Jika sebelumnya jaringan internet hanya terdapat pada komputer atau laptop, saat ini akses internet juga terdapat pada televisi tertentu, telepon genggam,tablet dan sebagainya. Fenomena yang terjadi adalah hampir semua masyarakat di Indonesia merupakan pengguna telepon genggam handphone, tidak jarang kita menemukan orang yang menggunakan telepon genggam lebih dari satu, maupun gadget lain seperti tablet atau smartphone lainnya. Dukungan jaringan internet yang semakin cepat dan murah membuat para pengguna smartphone, tablet dan lainnya lebih mobile. Hal ini didukung dengan data penjualan telepon pintar di Indonesia pada tahun 2012 sampai 2013 yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjualan dan peningkatan market share berdasarkan sistem operasional yang digunakan oleh masing-masing telepon pintar tekno.kompas.com. Berikut Universitas Sumatera Utara 12 merupakan data penjualan telepon pintar hingga sampai pada pengguna akhir berdasarkan sistem operasional yang digunakan pada tahun 2013. Tabel 1.1 Penjualan Telepon Pintar Sampai pada Pengguna Akhir Berdasarkan Sistem Operasi 2013 Dalam Ribuan Unit Operating System 2013 Units 2013 Market Share 2012 Units 2012 Market Share Android 177.898,2 79,0 98.664,0 64,2 iOS 31.899,7 14,2 28.935,0 18,8 Microsoft 7.407,6 3,3 4.039,1 2,6 Blackberry 6.180,0 2,7 7.991,2 5,2 Bada 838,2 0,4 4.208,8 2,7 Symbian 630,8 0,3 9.071,5 5,9 Others 471,7 0,2 863,3 0,6 Total 225.326,2 100,0 153.772,9 100,0 Sumber: www.tekno.kompas.com Seiring dengan peningkatan jumlah telepon pintar yang semakin canggih di masyarakat maka berbagai hal lain juga ikut bergeser. Misalnya saja dalam hal gaya komunikasi. Dari komunikasi langsung dengan tatap muka menjadi lebih modern dengan gaya hidup digital. Salah satunya dengan berkomunikasi melalui social media seperti facebook, twitter, instagram, dan sejenisnya. Kegemaran berkomunikasi melalui social media ada di hampir semua lapisan masyarakat di Indonesia. Hal ini dipandang sebagai peluang usaha oleh para wirausaha. Melalui social media dan internet jangkauan pasar menjadi lebih luas, lebih produktif, dan lebih aktif Situmorang, 2011:60. Dapat kita lihat pada usaha yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran, baik melalui facebook, twitter, instagram, atau sejenisnya menggunakan orang terdekat sebagai calon pelanggan potensial seperti teman, anggota keluarga, teman dari teman, teman dari anggota keluarga. Universitas Sumatera Utara 13 Model usaha melalui media social media selain lebih mudah untuk dipelajari dan dipraktekkan, modal yang diperlukan juga cenderung lebih kecil dibandingkan jika membuka toko secara fisik, dapat dikerjakan di mana saja dan kapan saja selama jaringan memungkinkan, cukup fleksibel, tidak membutuhkan pengetahuan yang sangat mendalam tentang bisnis. Dapat kita lihat melalui media cetak atau elektronik usaha-usaha apa saja yang telah sukses dengan berawal dari berjualan secara online melalui situs, website ataupun social media. Contohnya Amazon.com yang pertama sekali menjual buku secara onlineSitumorang, 2011:10. Perusahaan besar dari segala bidang usaha kini telah menggunakan media internet untuk menjangkau pasar dan mendekatkan diri langsung pada konsumen mereka. Hal ini juga diikuti oleh usaha-usaha kecil baik yang menghasilkan produk sendiri, menjualkan produk orang lain dengan cara menjadi reseller dan dropshipper, ataupun menawarkan jasa berupa pembuatan web-hosting, website, dan sebagainya bagi para pelaku bisnis. Ferdianto 2006 mengatakan bahwa e-commerce mempunyai masa depan yang cerah. E-commerce perdagangan elektronik merupakan penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui system elektronik seperti internet, televisi atau jaringan computer lainnya www.wikipedia.com. Jika berbagai detail perdagangan online dapat diselesaikan, maka bukan mustahil e-commerce dan internet akan mengubah struktur dunia usaha secara global. Sebuah survei yang diadakan oleh MarkPlus Insight dailysocial.net pada 131112 mencatat bahwa 40 24,2 juta orang pengguna internet di Indonesia mengakses internet setiap harinya lebih dari 3 jam yang kebanyakan dilakukan Universitas Sumatera Utara 14 oleh usia 15 sampai 35 tahun. MarkPlus Insight juga mencatat bahwa sebagian besar pengguna mengakses internet dari mobile ponsel. Dapat kita lihat di sekitar kita bahwa sebagian besar masyarakat pada jenjang usia muda merupakan pengguna telepon pintar smartphone. Mereka memiliki keinginan untuk memiliki usaha dengan apa yang mereka miliki, yaitu smartphone mereka. Alasan memilih berwirausaha dengan melalui social media ialah salah satunya karena kesenangan berbagi apa saja, atau bisa juga karena mereka tidak dapat menemukan apa yang mereka cari tepat seperti yang mereka bayangkan. Sehingga muncul keinginan untuk mewujudkan hal tersebut, namun bisa juga karena ketidakpuasan mereka pada apa yang mereka telah alami. Misalnya adalah seorang wanita yang memiliki ukuran kaki 41 biasanya sedikit kesulitan untuk menemukan sepatu yang sesuai dengan yang diinginkannya karena ukuran sepatu wanita pada umumnya bernomor 36-40. Berawal dari adanya masalah ini si wanita kemudian berinisiatif untuk membuat usaha sepatu yang pembuatan modelnya dapat disesuaikan dengan keinginan Pramiyanti, 2008:52. Perlu kita ketahui walau tanpa pengetahuan dasar mengenai sepatu ia dapat memiliki usaha sepatu dengan bekerjasama dengan pengrajin sepatu dan mencari model sepatu yang sedang banyak disukai. Masalah yang ada ini menjadi peluang usaha yang cukup menarik karena seperti kita ketahui tentu masalah ini juga dialami oleh wanita-wanita lainnya yang mengalami kesulitan yang sama. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui gadget yang dimiliki serta lebih mudahnya para kaum muda untuk beradaptasi dengan Universitas Sumatera Utara 15 kecanggihan teknologi memicu bertambahnya jumlah wirausaha muda di Indonesia. Para wirausaha muda yang menggunakan social media untuk berwirausaha biasanya merupakan pemain tunggal atau berkerja sendiri, terutama pada awal perintisan usaha. Maksudnya di sini adalah segala operasionalisasi usaha berpusat pada satu orang. Wirausaha tersebut bekerja sendiri untuk mencari produk atau jasa apa yang akan ditawarkan kepada calon konsumen, dalam hal pemasaran, pencarian modal, penyusunan keuangan, pengemasan dan lain-lain. Ia berperan sebagai penggerak sekaligus pengambil keputusan langsung untuk usahanya Sedarmayanti, 2004:24. Jika wirausaha tersebut sedang sakit atau ada kegiatan mendesak yang harus dilakukan maka biasanya seluruh kegiatan usaha dapat terhenti. Berdasarkan hal tersebut maka seorang wirausaha muda haruslah memiliki self leadership dan self efficacy yang tinggi. Karena dibutuhkan kemampuan mengenali diri sendiri untuk dapat mencapai kematangan pribadi. Karena dengan mengenal diri sendiri seorang wirausaha mengetahui keunggulan dan kekurangan yang dimilikinya sehingga diharapkan dapat mencapai keberhasilan usaha dengan keunggulan tersebut Sedarmayanti, 2004:25. Self leadership merupakan proses mempengaruhi diri sendiri Manz, 1992. Sedangkan self efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri. Dengan self leadership dan self efficacy pada diri mereka, para wirausaha muda biasanya memiliki keyakinan untuk memulai usaha baru dan membawa usaha tersebut menuju keberhasilan. Sumber daya yang ada pada diri mereka seringkali dijadikan bisnis yang mereka jalankan sesuai kebutuhan dan hobi atau Universitas Sumatera Utara 16 kesenangan mereka Hurlock dalam Hutagalung, 2010:9 ; Nasution et al., 2007:32. Wirausaha muda yang memiliki self leadership dan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan yang lebih kuat bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dengan mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya bila dibandingkan dengan wirausaha yang kurang memiliki self leadership serta self efficacy. Wirausaha muda dengan self efficacy rendah cenderung mudah menyerah, menghindari resiko atau berhenti sama sekali ketika menghadapi masalah. Sehingga dalam kewirausahaan, self leadership dan self efficacy merupakan kombinasi yang tepat untuk mencapai keberhasilan usaha. Menurut Hutagalung et al., 2010:3, wirausaha muda yang memiliki self leadership dan self efficacy selalu terdorong untuk mengubah kemampuan yang dimilikinya menjadi sebuah tindakan yang dapat memberi nilai tambah bagi dirinya. Dengan kata lain, ia mampu mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya serta berkelanjutan. Sebuah usaha harus memiliki keunggulan tertentu untuk dapat bersaing di dunia usaha karena perkembangan usaha kian waktu kian berkembang dengan sangat cepat. Keunggulan bersaing atau yang biasa kita kenal dengan sebutan competitive advantage ini harus benar-benar dipilih sebaik mungkin oleh wirausaha muda selaku pengambil keputusan dan pelaku sesuai dengan tantangan dan permasalah yang dihadapi dalam berwirausaha. Universitas Sumatera Utara 17 Penjelasan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Cunningham dalam Riyanti 2003:22, bahwa 178 wirausaha dan manajer profesional di Singapura menunjukkan keberhasilan, yang dipengaruhi oleh sifat- sifat kepribadian sebesar 49. Sebagai contoh ialah keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, memotivasi diri, percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar. Ada bukti yang menyatakan bahwa motivasi dan keberhasilan ditentukan oleh dari bagaimana seseorang percaya bahwa mereka mampu Punnett et al., 2007. Kemampuan untuk berhubungan dengan pelanggan menyumbang keberhasilan usaha sebesar 17, kemampuan memahami lingkungan bisnis sebesar 15, kemampuan untuk mengembangkan dan mempertahankan kemajuan teknologi sebesar 28,1, tingkat pendidikan, pengalaman, dan usia. Hal ini diungkapkan para peneliti seperti Cunningham et al., dalam Riyanti 2003. Usia yang dimaksud bukanlah usia dari wirausahawan, namun yang dimaksud dengan entrepreneurial age ialah lamanya usaha tersebut telah berjalan Staw dalam Hutagalung et al., 2010:9. Seseorang yang beranjak dewasa selalu diperhadapkan dengan sebuah pertanyaan yang mempertanyakan apa pekerjaan yang akan mereka lakukan setelah selesai atau lulus menempuh bangku sekolah atau perkuliahan. Sehingga orang tersebut kemudian mulai mencari bidang pekerjaan apa yang cocok dengan kebutuhan, minat, bakat, atau hobi mereka. Pada masa dewasa awal kecenderungan yang sering muncul adalah keinginan untuk mencoba-coba hal yang baru. Usia dewasa awal berkisar 18 sampai 40 tahun. Sehingga usia dapat Universitas Sumatera Utara 18 mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang Hurlock dalam Hutagalung, 2010:9. Semakin tinggi tingkat self leadership dan self efficacy pada diri seseorang pada masa awal berkarir, maka intensi kewirausahaan yang dimiliki akan semakin kuat untuk dapat mencapai keberhasilan usaha Betz dan Hacket dalam Indarti dan Rostiani, 2008. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha Studi Kasus pada Wirausaha Muda yang Menggunakan Social Media sebagai Media Pemasaran Usaha. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik pertanyaan sebagai landasan penelitian ini, yaitu: Apakah self leadership dan self efficacy berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha?

1.3 Tujuan Penelitian