Pengujian Normalitas Uji Statistik

materi menunjukkan bahwa nilai probabilitas ρ 0,681 α = 0,05 berarti distribusi variabel kesiapan materi normal. Hasil pengujian untuk variabel motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa nilai probabilitas ρ 0,720 α = 0,05 berarti distribusi motivasii belajar siswa normal.

C. Uji Statistik

1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur hubungan antara lebih dari satu variabel prediktor variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumusnya adalah : Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +…+b n X n Di mana Y = variabel terikat a = konstanta b 1 ,b 2 = koefisien regresi X 1 , X 2 = variabel bebas Tabel 5.5 Tabel hasil uji analisis regresi ganda Dari hasil dengan perhitungan SPSS di atas maka persamaan regresi sebagai berikut : Y = 32,335 + 0,400X 1 + 0,412X 2 Keterangan : Y : Motivasi Belajar X 1 : Kesiapan Mental X 2 : Kesiapan Materi Interpretasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut: a. Konstanta a Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol 0 maka nilai variabel terikat Motivasi Belajar sebesar 32,335. b. Kesiapan Mental X 1 dengan Motivasi Belajar Y Nilai koefisien Kesiapan Mental untuk variabel X 1 sebesar 0,400. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kesiapan mental satu satuan maka variabel Motivasi Belajar Y akan naik sebesar 0,400 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. c. Kesiapan Materi X 2 dengan Motivasi Belajar Y Nilai koefisien Kesiapan Mental untuk variabel X 2 sebesar 0,412. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Kesiapan Materi satu satuan maka variabel Motivasi Belajar Y akan naik sebesar 0,412 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Parameter Individual Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen secara parsial berhubungan nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Analisis uji t juga dilihat dari tabel ”Coefficient”. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 for windows, didapatkan tabel sebagai berikut : Tabel 5.6 Tabel Uji T Hitung Interpretasi dari output di atas adalah : 1. Kesiapan Mental X 1 dengan Motivasi Belajar Siswa Y H o : β1 = 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Mental tidak berhubungan signifikan dengan Motivasi Belajar siswa. H 1 : β1 ≠ 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Mental berhubungan signifikan dengan Motivasi Belajar siswa. Terlihat pada kolom Coefficients model 1 terdapat nilai sig 0,032. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,0320,05, maka H 1 diterima dan Ho ditolak. Variabel X 1 mempunyai t hitung yakni 2,200 dengan t tabel =1,671. Jadi t hitung t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel X 1 memiliki hubungan terhadap Y. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel X 1 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan Kesiapan Mental memiliki hubungan signifikan terhadap Motivasi Belajar. 2. Kesiapan Materi X 2 dengan Motivasi Belajar Y H o : β1 = 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Materi tidak berhubungan signifikan dengan Motivasi Belajar. H 2 : β1 ≠ 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Materi berhubungan signifikan dengan Motivasi Belajar. Terlihat pada kolom Coefficients model 1 terdapat nilai sig 0,042. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,0420,05, maka H 2 diterima dan Ho ditolak. Variabel X 2 mempunyai t hitung yakni 2,085 dengan t tabel =1,671. Jadi t hitung t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel X 2 memiliki kontribusi terhadap Y. Jadi dapat disimpulkan Kesiapan Materi memiliki hubungan signifikan terhadap Motivasi Belajar. Hipotesis Hasil Pengujian t Hipotesis Pernyataan Nilai Keterangan H 1 Variabel Kesiapan 2,200 H 1 diterima Mental berhubungan signifikan terhadap Motivasi Belajar H o ditolak H 2 Variabel Kesiapan Materi berhubungan signifikan terhadap Motivasi Belajar 2,085 H 2 diterima H o ditolak b. Uji Parameter Serempak Uji Statistik F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berhubungan signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berhubungan signifikan terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini akan diuji apakah secara bersama-sama variabel Kesiapan Mental dan Kesiapan Materi dengan Motivasi Belajar Siswa. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua variabel secara bersama-sama mempunyai hubungan terhadap Motivasi Belajar. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 13.0 diperoleh sebagai berikut: Tabel 5.7 Tabel hasil Uji f Ho : β1 = 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Mental dan Kesiapan Materi secara bersama-sama tidak berhubungan dengan motivasi belajar siswa Ha : β1 ≠ 0, artinya bahwa variabel Kesiapan Mental dan Kesiapan Materi secara bersama-sama berhubungan dengan motivasi belajar siswa Setelah dilakukan uji secara simultan X 1 , X 2 terhadap Y: Dari tabel diperoleh nilai F hitung sebesar 14,784 dengan nilai probabilitas sig=0,000. Nilai F hitung 14,784 F tabel 2,61, dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,0000,05; maka H a diterima, berarti secara bersama-sama simultan Kesiapan Mental dan Kesiapan Materi berhubungan signifikan dengan Motivasi Belajar sedangkan ho ditolak. Dengan kata lain variabel independen Kesiapan Mental X 1 , Kesiapan Materi X 2 secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan variabel dependent Y Motivasi Belajar. c. Uji Koefisien Determinasi Berganda R 2 Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain SantosaAshari, 2005:125. Nilai koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Tapi jika hasil mendekati angka 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 5.8 Uji Koefisien Determinasi Berganda R 2 Berdasarkan Tabel ”Model Summary” dapat disimpulkan bahwa Kesiapan Mental dan Kesiapan Materi dapat dijelaskan dengan 34,2 terkait Motivasi Belajar, sedangkan 64,8 dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square dibawah 5 atau cenderung mendekati nilai 0 maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Dari hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 13.0 menunjukkan koefisiensi korelasi antara Kesiapan Mental X 1 dan kesiapan materi X 2 terhadap Motivasi Belajar Y adalah sebesar 58,4, Sedangkan determinasi berganda yang telah disesuaikan R 2 R Square yaitu 34,2 menunjukkan bahwa Motivasi Belajar Siswa mampu dijelaskan oleh variabel Kesiapan Mental X 1 dan Kesiapan Materi X 2 , sedangkan sisanya 64,8 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

D. Pembahasan Hasil Penelitian 1.

Hubungan Kesiapan Mental dengan Motivasi Belajar Siswa Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kesiapan mental dengan motivasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas ρ = 0,032 lebih kecil dari taraf sig sebesar α = 0,05. Artinya, bahwa tinggi rendahnya kesiapan mental mahasiswa ppl tentu mempengaruhi motivasi belajar siswa. Deskripsi kesiapan mental mahasiswa PPL di SMK Sanjaya Pakem terkategorikan sedang 61,6. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa PPL memiliki kesiapan mental yang optimal dalam mengajar di depan kelas. Beberapa mahasiswa PPL terkadang lebih cenderung merasa gugup saat mengajar, sehingga menimbulkan rasa rendah diri di depan kelas saat mengajar dan akhirnya kurang mampu untuk menguasai kelas. Deskripsi motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dikategorikan sedang 36 siswa atau 60 . Menurut Sardiman 1986:75, motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel kesiapan materi terhadap motivasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai determinan R 2 yaitu sebesar 0,342. Ini berarti bahwa variabel motivasi belajar siswa dijelaskan oleh variabel kesiapan materi sebesar nilai korelasi R 2 0,342 sedangkan 0,648 ditentukan oleh variabel lain. Menurut Nugroho 2005:36 0,342 merupakan kategori dengan tingkat korelasi yang lemah. Hal ini terlihat pada rentang kategori 0,21 – 0,40 yang dikategorikan korelasinya lemah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diketahui bahwa kesiapan mental mahasiswa PPL berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Artinya jika tingkat kesiapan mental mahasiswa PPL tinggi maka motivasi belajar siswa juga tinggi. Sebaliknya jika tingkat kesiapan mental rendah maka motivasi belajar siswa juga akan rendah. Kesiapan mental yang optimal akan menciptakan motivasi belajar siswa yang baik, karena kesiapan mental yang optimal memberikan kepercayaan kepada siswa untuk tidak meragukan mahasiswa PPL dalam mengajar, sehingga siswa akan belajar dengan baik. Kesiapan mental yang harus dibangun yaitu percaya diri yang tinggi, selalu yakin dengan apa yang dikerjakan atau tidak meragukan dan selalu optimis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapan mental berhubungan dengan motivasi belajar siswa. 2. Hubungan Kesiapan Materi dengan Motivasi Belajar Siswa Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kesiapan mental dengan motivasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas ρ = 0,042 lebih kecil dari taraf sig sebesar α = 0,05. Artinya, bahwa tinggi rendahnya kesiapan materi yang harus disiapkan oleh mahasiswa ppl tentu mempengaruhi motivasi belajar siswa. Deskripsi kesiapan materi mahasiswa PPL di SMK Sanjaya Pakem terkategorikan sedang 56,6. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa PPL memiliki kesiapan materi yang optimal dalam mengajar di depan kelas. Beberapa mahasiswa PPL terkadang lebih cenderung merasa gugup saat mengajar, sehingga menimbulkan rasa rendah diri di depan kelas saat mengajar dan akhirnya kurang mampu untuk menguasai kelas. Deskripsi motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dikategorikan sedang 36 siswa atau 60 . Menurut Sardiman 1986:75, motivasi belajar yaitu keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel kesiapan materi terhadap motivasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai determinan R 2