7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan prestasi belajar
Istilah prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi didefininsikan
sebagai suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh seseorang dari hasil yang dilakukan Winkel:1945. Lebih jauh Winkel mengemukakan bahwa prestasi
adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Prestasi dapat diukur dengan tes sehingga bersifat sementara dan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang ada.
Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual maupun kelompok. Belajar adalah suatu aktifitas yang telah dipelajari. Dari uraian tersebut dapat dibuat pengertian bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar Djamarah, 1994:23.
Peningkatan prestasi belajar adalah kondisi dimana suatu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
B. Metode Bermain Peran 1. Sejarah dan Pengertian
Metode berasal dari bahasa Greeka, metha = melalui atau melewati sedangkan hodos = jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan tertentu Karo-karo,1984:3. Metode adalah cara penyampaian bahan untuk mencapai tahapan-
tahapan tujuan dalam usaha mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan Purwadi, 1980:1.
Metode bermain peran berperan disebut juga metode sosiodrama. Istilah sosiodrama berasal dari istilah sosio = sosial yang artinya masyarakat,
dan istilah drama. Drama adalah keadaan orang, peristiwa yang dialami orang, sifat tingkah lakunya, hubungan orang dengan orang lain, bagaimana orang
melakukan sesuatu dan sebagainya. Bermain peranan sama artinya dengan memegang fungsi Karo-karo, 1984:60.
Metode berperan atau sosiodrama adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan
memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sosial Djajadisastra, 1982:34.
Menurut Suharto 2005:15 pada prinsipnya bermain tidak dapat dilepas dari kehidupan siswa karena bermain dalam kehidupan anak-anak
merupakan proses yang sangat mendasar dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta sosial seorang siswa. Permainan dapat
mengembangkan kecerdasan
siswa dan
merupakan sarana
untuk mengungkapkan rasa gembira, susah serta perasaan lainnya.
Permainan bila sesuai dengan materi, situasi dan kondisi siswa, dapat digunakan untuk menyingkirkan keseriusan, menghilangkan stress, mengajak
orang terlibat penuh, serta meningkatkan proses belajar. Selain itu, permainan dapat membuat pelajaran menyenangkan dan menarik bahkan dapat menjadi
semacam ujian dan ukuran bagi keberhasilan suatu pembelajaran.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain peran
Djajadisastra 1982:41-44 menjelaskan bahwa dalam metode bermain peran terdapat kelebihan dan kelemahannya, antara lain sebagai
berikut :
a. Kelebihan Metode Bermain peran
1. Murid belajar dididik untuk memecahkan suatu problema sosial
menurut pendapatnya sendiri. 2.
Memperkaya murid dalam berbagai pengalaman situasi sosial yang bersifat problematis
3. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua murid mengenai
cara menghadapi dan memecahkan suatu problema sosial yang diperoleh dari hasil-hasil diskusi.
4. Murid-murid yang memainkan peranan memperoleh kesempatan
untuk belajar mengekspresikan mencurahkan penghayatan mereka
mengenai suatu problema di depan orang banyak murid-murid lainnya yang menjadi penonton sekaligus penilai.
5. Murid-murid yang memainkan peranan belajar berbahasa dengan
baik, menyatakan pikiran dan perasaan denagn menggunakan bahasa yang diucapkan dengan lafal yang tepat, ucapan yang jelas dan
dimengerti orang lain, sesuai dengan tuntutan situasi pada saat itu. 6.
Menanamkan dan memupuk keberanian untuk tampil di depan umum atau orang banyak tanpa kehilangan keseimbangan pribadi.
7. Belajar menerima pendapat orang lain, terutama ketika diskusi
sedang dilakukan sehubungan dengan keputusan pemecahan masalah yang diambil pada waktu memainkan lakon peran.
8. Sebagai suatu variasi dalam penggunaan berbagai metode mengajar,
metode ini dapat merupakan suatu hiburan bagi murid-murid dan menikmati suatu permainan peranan dari lakon tertentu.
b. Kelemahan Metode Bermain peran
1. Suatu pemecahan problema sosial yang pernah dilakonkan dalam
metode berperan belum tentu akan cocok diterapkan jika murid kelak menghadapi problema semacam itu di masyarakat karena banyaknya
faktor-faktor baru yang mempengaruhi pemecahan problema situasional.
2. Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan keputusan
dalam memecahkan suatu problema sosial di kelas, adalah lebih besar jika dibandingkan dengan didalam situasi sosial yang sebenarnya di
masyarakat. 3.
Jika dikelas taraf pengetahuan dan pengalaman murid rata-rata sama, sehingga pendapat-pendapatnyapun memiliki kesamaan. Akibatnya,
pemecahan suatu problema di masyarakat menjadi lebih sulit daripada jika dilakukan di kelas.
4. Murid-murid yang belum memiliki kematangan psikhis tidak
mungkin akan menghasilkan suatu keputusan yang mantap, yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari sudut nilai-nilai
kesusialaan, keagamaan maupun hukum. 5.
Keterbatasan waktu yang disediakan untuk memainkan suatu peranan lakon tidak akan memeberikan kesempatan yang cukup kepada para
pemeran untuk menentukan langka-langkahnya dengan wajar. 6.
Kekurangan dalam pengalaman meghadapi situasi-situasi sosial yang berisi problema-problema dapat menimbulkan sikap ragu-ragu dalam
menentukan langkah tindakan keputusan yang harus dilakukan. 7.
Rasa malu yang timbul karena ditonton oleh murid-murid lainnya ditambah dengan rasa takut mengambil keputusan yang salah atau
keliru merupakan hambatan bagi kewajaran bertingkah laku memainkan suatu lakon.
3. Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Main peran tidak akan bermanfaat dan berhasil seandainya guru hanya menyodorkan suatu masalah tanpa ditempuh sejumlah kegiatan yang bertahap.
Shaftel dalam Hidayat dan Muhyidin 1980:30-35 menyarankan 9 tahap kegiatan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam bermain peran.
Tahap-tahap tersebut antara lain : 1.
Tahap pemanasan Tahap ini bermaksud membawa situasi kelas ke suatu masalah agar
anak-anak mengenal masalah itu dan mereka merasa bahwa mereka harus ikut memecahkan masalah itu.
2. Pemilihan peserta
Pada dasarnya siswa diberi kebebasan untuk memilih peran yang cocok bagi dirinya. Walaupun demikian guru tidak boleh terbawa arus
oleh keinginan siswa. Ia harus tetap mengatur sehingga situasi tetap dalam pengontrolannya. Hal terpenting ialah bahwa pemegang peran itu
sanggup menghayati dan dapat dengan tepat menggambarkan perasaan, sikap dan nilai-nilai tertentu dari orang yang diperankan itu.
3. Mengatur tempat main
Pada tahap ini para pemain merancang segala sesuatu yang akan dilakukan. Sebegitu jauh belum terasa perlu mempersiapkan suatu dialog.
Garapan utama dalam tahap ini ialah membuat jalannya permainan, bentuk tempat bermain persegi empat, lingkaran setengah lingkaran,
setengah lingkaran, kurva dan lain-lain. Guru bertindak sebagai pembantu.
4. Mempersiapkan pengamat
Seperti halnya dengan para pelaku, para pengamat juga harus secara serius merasa terlihat dalam permainan agar mereka dapat secara tepat
menganalisa perilaku para pemain, dan melihat dengan tajam kelancaran berbahasa,
penggunaan tekanan
yang tepat
sesuai dengan
permasalahannya. 5.
Mencobakan permainan Para pemain harus beranggapan bahwa seluruh kegiatan yang akan
mereka lakukan itu benar-benar terjadi, berlangsung spontan, berdialog secara realistis. Tetapi, janganlah kita terlalu tergesa-gesa dan mengira
bahwa tidak akan terjadi kemandegan, bahwa penggunaan bahasa akan selalu lancar tanpa kesulitan. Bahkan kita akan menemui kejadian yang
persis terjadi di masyarakat sehari-hari, dan inilah sebenarnya wajar. 6.
Diskusi dan evaluasi Supaya tidak simpang siur, maka pembicaraan harus diarahkan
dengan menggunakan suatu pedoman antara lain yaitu : a.
penampilan kegiatan b.
pengungkapan perasaan c.
sikap
d. pemecahan masalah
e. penggunaan bahasa
7. Mengulang permainan
Pengulangan ini dapat berlangsung berkali-kali. Murid dan guru bertukar pendapat tentang peran atau sikap tertentu. Tidak mustahil
diadakan penggantian pemain tertentu. 8.
Diskusi dan evaluasi Supaya tidak simpang siur, maka pembicaraan harus diarahkan
dengan menggunakan suatu pedoman antara lain yaitu : a.
penampilan kegiatan b.
pengungkapan perasaan c.
sikap d.
pemecahan masalah e.
penggunaan bahasa 9.
Pengungkapan pengalaman dan generalisasi Pada tahap ini tidak perlu tergesa-gesa menarik suatu rumusan
umum tentang hubungan manusia itu sendiri. Hal ini memerlukan banyak pengalaman. Guru harus berusaha membawakan diskusi ini sedemikian
rupa sehingga, setelah siswa mempuyai cukup pengalaman dengan main peran ini, para siswa dapat mempunyai pendekatan-pendekatan terhadap
masalah dan akibat-akibat yang timbul dari penggunaan pendekatan itu.
C. Hakikat PKn
Pada hakikatnya PKn adalah pendidikan nilai dan moral. Sebagai pendidikan nilai PKn akan membantu siswa dalam mengembangkan
pertimbangan-pertimbangan ke arah obyek tertentu baik moral maupun nonmoral. Tujuannya adalah menjajaki nilai-nilai yang ada, melalui pengujian
secara kritis agar para siswa dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas berfikir dan perasaannya.
Berdasarkan konsep yang mendasari PKn, maka PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan norma yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia. PKn merupakan Penggabungan antara bahan kajian Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Fungsi PKn adalah mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai dan
moral Pancasila secara dinamis dan terbuka. Dinamis dan terbuka dalam arti bahwa nilai dan moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, yang merdeka, bersatu dan berdaulat, mengembangkan dan
membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi NKRI berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, membina pemahaman dan kesadaran
terhadap hubungan antar warga negara dengan negara, antara warga negara dengan sesama warga negara, dan pendidikan pendahuluan bela negara agar
mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
PKn memiliki misi yang penting dalam mempersiapkan individu warga negara untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
tuntutan nilai dan moral Pancasila. Sebagai pendidikan nilai dan moral, isi PKn tersebut adalah nilai-nilai moral Pancasila yang diperlukan oleh warga negara
dalam kehidupan sebagai warga negara yang dan warga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
PKn tidak hanya menanamkan nilai-nilai moral pancasila dan UUD 1945, namun juga memberi kemungkinan kepada siswa SD untuk memahami dan
membiasakannya dalam kehidupan siswa di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, di rumah dan di lingkungan kehidupannya. Melalui PKn diharapkan
dapat menumbuhkan pengertian dan pemahaman siswa mengenai peran warga negara dalam berbagai lingkup kehidupan. Salah satu peran utamanya adalah
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
D. Penerapan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn SD