3.  Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Main  peran  tidak  akan  bermanfaat  dan  berhasil  seandainya  guru  hanya menyodorkan suatu masalah tanpa ditempuh sejumlah kegiatan yang bertahap.
Shaftel  dalam  Hidayat  dan  Muhyidin  1980:30-35  menyarankan  9  tahap kegiatan    langkah-langkah  yang  harus  dilakukan  dalam  bermain  peran.
Tahap-tahap tersebut antara lain : 1.
Tahap pemanasan Tahap ini bermaksud membawa situasi kelas ke suatu masalah agar
anak-anak mengenal masalah itu dan mereka merasa bahwa mereka harus ikut memecahkan masalah itu.
2. Pemilihan peserta
Pada  dasarnya  siswa  diberi  kebebasan  untuk  memilih  peran  yang cocok  bagi  dirinya.  Walaupun  demikian  guru  tidak  boleh  terbawa  arus
oleh  keinginan  siswa.  Ia  harus  tetap  mengatur  sehingga  situasi  tetap dalam  pengontrolannya.  Hal  terpenting  ialah  bahwa  pemegang  peran  itu
sanggup  menghayati  dan  dapat  dengan  tepat  menggambarkan  perasaan, sikap dan nilai-nilai tertentu dari orang yang diperankan itu.
3. Mengatur tempat main
Pada  tahap  ini  para  pemain  merancang  segala  sesuatu  yang  akan dilakukan. Sebegitu jauh belum terasa perlu mempersiapkan suatu dialog.
Garapan  utama  dalam  tahap  ini  ialah  membuat  jalannya  permainan, bentuk  tempat  bermain  persegi  empat,  lingkaran  setengah  lingkaran,
setengah  lingkaran,  kurva  dan  lain-lain.  Guru  bertindak  sebagai pembantu.
4. Mempersiapkan pengamat
Seperti halnya dengan para pelaku, para pengamat juga harus secara serius  merasa  terlihat  dalam  permainan  agar  mereka  dapat  secara  tepat
menganalisa perilaku para pemain, dan  melihat dengan tajam kelancaran berbahasa,
penggunaan tekanan
yang tepat
sesuai dengan
permasalahannya. 5.
Mencobakan permainan Para pemain harus beranggapan bahwa seluruh kegiatan yang akan
mereka  lakukan  itu  benar-benar  terjadi,  berlangsung  spontan,  berdialog secara  realistis.  Tetapi,  janganlah  kita  terlalu  tergesa-gesa  dan  mengira
bahwa  tidak  akan  terjadi  kemandegan,  bahwa  penggunaan  bahasa  akan selalu  lancar  tanpa  kesulitan.  Bahkan  kita  akan  menemui  kejadian  yang
persis terjadi di masyarakat sehari-hari, dan inilah sebenarnya wajar. 6.
Diskusi dan evaluasi Supaya  tidak  simpang  siur,  maka  pembicaraan  harus  diarahkan
dengan menggunakan suatu pedoman antara lain yaitu : a.
penampilan kegiatan b.
pengungkapan perasaan c.
sikap
d. pemecahan masalah
e. penggunaan bahasa
7. Mengulang permainan
Pengulangan  ini  dapat  berlangsung  berkali-kali.  Murid  dan  guru bertukar  pendapat  tentang  peran  atau  sikap  tertentu.  Tidak  mustahil
diadakan penggantian pemain tertentu. 8.
Diskusi dan evaluasi Supaya  tidak  simpang  siur,  maka  pembicaraan  harus  diarahkan
dengan menggunakan suatu pedoman antara lain yaitu : a.
penampilan kegiatan b.
pengungkapan perasaan c.
sikap d.
pemecahan masalah e.
penggunaan bahasa 9.
Pengungkapan pengalaman dan generalisasi Pada  tahap  ini  tidak  perlu  tergesa-gesa  menarik  suatu  rumusan
umum tentang hubungan manusia itu sendiri. Hal ini memerlukan banyak pengalaman.  Guru  harus  berusaha  membawakan  diskusi  ini  sedemikian
rupa sehingga, setelah siswa  mempuyai  cukup pengalaman dengan  main peran  ini,  para  siswa  dapat  mempunyai  pendekatan-pendekatan  terhadap
masalah dan akibat-akibat yang timbul dari penggunaan pendekatan itu.
C.  Hakikat PKn
Pada  hakikatnya  PKn  adalah  pendidikan  nilai  dan  moral.  Sebagai pendidikan  nilai  PKn  akan  membantu  siswa  dalam  mengembangkan
pertimbangan-pertimbangan  ke  arah  obyek  tertentu  baik  moral  maupun nonmoral.  Tujuannya  adalah  menjajaki  nilai-nilai  yang  ada,  melalui  pengujian
secara  kritis  agar  para  siswa  dapat  meningkatkan  atau  memperbaiki  kualitas berfikir dan perasaannya.
Berdasarkan  konsep  yang  mendasari  PKn,  maka  PKn    dapat  diartikan sebagai  mata  pelajaran  yang  digunakan  sebagai  wahana  untuk  mengembangkan
dan  melestarikan  nilai  luhur  dan  norma  yang  berakar  pada  budaya  Bangsa Indonesia.  PKn  merupakan    Penggabungan  antara  bahan  kajian  Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Fungsi  PKn  adalah  mengembangkan  dan  melestarikan  nilai-nilai  dan
moral  Pancasila  secara  dinamis  dan  terbuka.  Dinamis  dan  terbuka  dalam  arti bahwa  nilai  dan  moral  yang  dikembangkan  mampu  menjawab  tantangan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa  kehilangan jati diri sebagai bangsa  Indonesia,  yang  merdeka,  bersatu  dan  berdaulat,  mengembangkan  dan
membina  manusia  Indonesia  seutuhnya  yang  sadar  politik  dan  konstitusi  NKRI berlandaskan  Pancasila  dan  UUD  1945,  membina  pemahaman  dan  kesadaran
terhadap  hubungan  antar  warga  negara  dengan  negara,  antara  warga  negara dengan  sesama  warga  negara,  dan  pendidikan  pendahuluan  bela  negara  agar