2002:27 bahwa siswa merupakan faktor utama menentukan derajat keaktifan siswa. Jadi, frekuensi antara siswa yang satu dengan yang
lainnya sangat berbeda, tergantung dari masing-masing siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
3. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Menurut Gagne dalam Baharudin 2002:18 prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa, hasil belajar tersebut dapat berupa
keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas. Berdasarkan hasil evaluasi dari siklus I
menunjukkan ada 3 nilai siswa yang belum mencapai nilai KKM mata pelajaran IPS dan ada 3 nilai siswa yang belum mencapai nilai KKM mata
pelajaran Matematika. Dari penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I ini prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu perolehan rata-
rata kelas untuk mata pelajaran IPS dan Matematika sebesar 80,09 dengan ketuntasan klasikal mencapai 88,46 .
Pada hasil evaluasi siklus II menunjukkan masih ada 2 nilai siswa yang belum mencapai nilai KKM mata pelajaran PKn. Dari data tersebut
diketahui bahwa siklus II ini nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi sebesar 82,69 dengan ketuntasan klasikal mencapai 92,30 .
Mengenai data lengkap prestasi siswa pada keadaan awal sebelum penelitian dan juga pada siklus I maupun siklus II terdapat pada lampiran
28 tentang rekap data prestasi belajar. Dibawah ini merupakan tabel
mengenai rangkuman peningkatan prestasi belajar siswa dari keadaan awal sebelum penelitian hingga siklus II :
Tabel 4.2. Rangkuman Data Ketercapaian Prestasi Belajar Siswa
Peubah Indikator
Keadaan Awal
Siklus I Siklus II
Prestasi Belajar
Siswa Nilai rata-rata kelas
69,50 80,09
82,69 Persentase jumlah siswa
yang mencapai nilai KKM
58,33 88,46
. 92,30
Pada bagian selanjutnya akan peneliti jelaskan mengenai peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase jumlah siswa yang nilainya mencapai nilai
KKM melalui grafik.
Gambar 3. Grafik Tentang Nilai Rata-rata Belajar Siswa Dari grafik diatas dapat diketahui nilai rata-rata kelas telah
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa sebelum diadakan tindakan sebesar 69,50 kemudian setelah diadakan siklus I meningkat menjadi
80,09 dan pada akhir siklus II menjadi sebesar 82,69. Mengenai persentase nilai siswa yang mencapai nilai KKM akan peneliti jelaskan melalui grafik
dibawah ini :
69.5 80.09
82.69
60 65
70 75
80 85
Keadaan Awal Siklus I
Siklus II
Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Gambar 4. Grafik Tentang Persentase Nilai Yang Mencapai KKM Persentase jumlah siswa yang nilainya mencapai KKM juga
mengalami peningkatan. Pada keadaan awal hanya sebesar 58,33, setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 88,46 dan pada akhir siklus
II menjadi sebesar 92,30.
58.33 88.46
90.30 20
40 60
80 100
Keadaan Awal Siklus I
Siklus II
Persentase Nilai Yang Mencapai Nilai KKM
Persentase Nilai Yang Mencapai Nilai KKM
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab sebelumnya mengkaji tentang pendahuluan, kajian teori, metode penelitian, dan hasil penelitian beserta pembahasan. Bab V ini merupakan bab
terakhir yang akan membahas mengenai kesimpulan, saran, dan keterbatasan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini. Hal-hal diatas akan peneliti
jabarkan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan metode role play dalam pembelajaran tematik kelas II SD
Negeri Kledokan Tahun Ajaran 20122013 dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah metode role play yang telah ditentukan. Rangkaian
langkah metode role play tersebut adalah sebagai berikut : a tahap persiapan, b tahap pelaksanaan, c tahap evaluasi. Berdasarkan atas
penelitian yang telah terlaksana, melalui tahap-tahap tersebut siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dan juga mengalami masalah sosial dalam
materi pelajaran. Sehingga keaktifan siswa meningkat dan tercipta kegiatan belajar yang bermakna. Dimana, kegiatan belajar bermakna akan
lebih berkesan dan membekas atau meninggalkan pengetahuan- pengetahuan yang telah dipelajari siswa. Sehingga, dengan mengaktifkan
siswa maka memudahkan siswa dalam memahami masalah sosial yang sedang dipelajari bukan hanya sekedar menghafal konsep-konsep abstrak
95