indikator dalam penelitian ini sudah memenuhi target sesuai dengan tabel 3.9 tentang kriteria keberhasilan penelitian. Atas dasar
ketercapaian semua indikator dalam penelitian serta pertimbangan dari guru pamong maka peneliti memutuskan untuk menghentikan kegiatan
penelitian sampai siklus II.
C. Pembahasan
1. Penerapan Metode Role Play
Pembelajaran siswa sekolah dasar dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pembelajaran terpadu untuk kelas atas dan pembelajaran tematik
untuk kelas bawah. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran tematik. Hadi dalam Trianto 2009:84 menjelaskan
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang
dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka
pembelajaran akan lebih bermakna. Kegiatan dalam pembelajaran sangatlah dipengaruhi oleh metode yang diterapkan dalam pembelajaran
baik pembelajaran terpadu maupun pembelajaran tematik. Berdasarkan atas pengertian tersebut bahwa pembelajaran tematik mampu memberikan
bermacam-macam pengalaman
belajar sehingga
akan terbentuk
pembelajaran yang bermakna. Namun, semua itu tidak lepas dari metode-
metode yang
diterapkan dalam
pembelajaran dimana,
metode pembelajaran sangat mempengaruhi corak belajar siswa.
Metode yang diterapkan dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian adalah metode role play. Devi 2010:11 menjelaskan role play
pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran didalam
kelaspertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian, dan kemudian memberikan saranalternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Dalam penelitian ini langkah metode role play dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah
metode role play yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Langkah- langkah metode role play dapat peneliti rinci menjadi beberapa bagian,
diantaranya : a.
Tahap Persiapan Pada tahap persiapan metode role play ini meliputi :
1 Siswa membentuk kelompok berangotakan 4-5 siswa
Pembentukan kelompok dilaksanaakan pada saat awal pertemuan dengan jumlah 4-5 anak. Siklus I maupun siklus II jumlah
kelompok Selalu tetap namun anggota dari masing-masing kelompok selalu
bervariasi. Dibawah ini merupakan contoh gambar siswa saat melakukan pembentukan kelompok.
Gambar 2. Pembentukan kelompok 2
Peneliti menetapkan masalah sosial, pada siklus I masalah sosial yang dipelajari mengenai kedudukan dan peran anggota keluarga.
Pada siklus II tentang kegiatan musyawarah dan pemungutan suara. Contoh gambar saat menentukan masalah dalam role play :
Gambar 3. Menentukan Masalah Sosial 3
Peneliti menceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah- masalah dalam konteks masalah sosial tersebut. Pada siklus I dan
siklus II, peneliti selalu menjelaskan isi dari masalah sosial yang akan dipelajari dengan tujuan agar siswa lebih mengerti tentang
kegiatan role play yang akan dilaksanakan. Masalah sosial pada siklus I yaitu tentang kedudukan dan peran anggota keluarga,
sedangkan pada siklus II tentang tata cara kegiatan musyawarah
dan pemungutan suara. Berikut merupakan gambar saat peneliti menjelaskan salah satu isi dari masalah yang dipelajari yaitu
tentang kedudukan dan peran ayah dalam rumah tangga.
Gambar 4. Menceritakan isi masalah sosial 4
Peneliti menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. Penjelasan kompetensi ini dilaksanakan setelah
selesai menceritakan isi dari masalah sosial dalam role play. Pada siklus I kompetensi yang akan dicapai yaitu mengtahui kedudukan
dan peran anggota keluarga sedangkan pada siklus II tentang tata cara kegiatan musyawarah dan pemungutan suara.
Gambar 5. Menjelaskan Kompetensi Yang Akan Dicapai 5
Peneliti menyusun skenario yang akan ditampilkan
Penyusunan skenario dilaksanakan pada setiap siklus, bertujuan untuk agar siswa lebih mengerti dengan apa yang harus
dilaksanakan pada setiap role play dalam pembelajaran. Pada siklus I siswa lebih diarahkan untuk melaksanakan dialog atau percakapan
seperti dalam drama. Saat siklus II siswa lebih diarahkan untuk melaksanakan role play musyawarah atau pemungutan suara
seperti musyawarah yang sesungguhnya. Berikut contoh gambar siswa saat pembentukan skenario pada siklus I :
Gambar 6. Menyusun Sekenario 6
Peneliti memberikan naskah drama yang akan diperagakan. Pemberian naskah dialog diberikan pada siklus I, sedangkan pada
siklus II tanpa adanya naskah dialog. Setelah naskah dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa membagi peranan dan berlatih
berdialog.
Gambar 7. Pemberian naskah dialog 7
Peneliti menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu role play sedang berlangsung. Penjelasan ini
dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Para pendengar lebih diarahkan untuk mengamati dan mendengarkan dengan seksama
skenario yang sedang dimainkan. Akan tetapi tetapi ada siswa yang kurang mengerti tentang tugas pendengar sehingga menyebabkan
ramai di kelas.
Gambar 8. Menjelaskan Peranan Pendengar 8
Peneliti memberikan waktu kepada para siswa untuk berunding sebelum mereka memainkan peranannya. Hal ini bertujuan agar
siswa mempersiapkan diri sebelum menampilkan role play dari
kelompok masing-masing. Baik pada siklus I maupun II pembagian peran berjalan dengan baik sebab tanpa ditunjuk siswa sudah
mengajukan diri untuk memainkan peran yang dikehendakinya. Sehingga kegaduhan dalam pembagian peran dapat dikurangi.
Gambar 9. Berunding Sebelum Role Play b.
Tahap Pelaksanaan 1
Role play dilaksanakan sesuai skenario yang disusun oleh siswa bersama peneliti. Peneliti akan mengarahkan jika ada siswa yang
bingung melaksanakn role play, dengan tujuan agar role play dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berjalan dengan baik. Role play
baik pada siklus I maupun siklus II dapat terlaksana sesuai dengan skenario.
Gambar 9. Pelaksanaan Role Play 2
Siswa yang berlaku sebagai audien dihimbau untuk memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan. Peneliti
sesering mungkin menegur siswa yang tidak memperhatikan sebab jika tidak ditegur selalu menimbulkan kegaduhan di dalam kelas.
Gambar 10. Mengamati Skenario 3
Setelah pementasan
selesai, masing-masing
kelompok mendiskusikan kembali kegiatan di LKS. Baik pada siklus I atau II
pengerjaan LKS selalu dilaksanakan di dalam kelompok dengan tujuan agar siswa dapat berdiskusi untuk membahas setiap kegiatan
belajar pada setiap pertemuan.
Gambar 11. Mendiskusikan LKS 4
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi. Setelah selesai berdiskusi, dari masing-masing kelompok
mengajukan satu perwakilan siswa untuk membaca hasil diskusi. Kegiatan ini dilaksanakan baik pada siklus I maupun siklus II.
Gambar 12. Menyampaikan Hasil Diskusi c.
Tahap Evaluasi. 1
Menilai hasil role play sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut. Pada siklus I, kegiatan penilaian peneliti laksanakan didalam
kelompok dengan cara memberi masukan-masukan setelah melaksanakn role play kedudukan dan peran anggota keluarga.
Sedangkan pada siklus II penilaian dilaksanakan secara bersama- sama siswa satu kelas, sebab pemeran dalam kegiatan musyawarah
dan pemungutan suara dilaksanan bersama oleh satu kelas sehingga penilaiannyapun harus bersama.
Gambar 13. Menilai hasil role play 2
Peneliti memberikan kesimpulan secara umum setelah pembelajaran selesai. Kesimpulan selalu dilaksanakan setelah
kegiatan role play terlaksana baik pada siklus I atau siklus II. Kesimpulan siklus I lebih pada untuk mengetahui kedudukan dan
peran anggota keluarga. Kesimpulan siklus II lebih kearah tata cara melaksanakan kegiatan musyawarah dan pemungutan suara.
Gambar 14. Kesimpulan
3 Peneliti memberikan soal evaluasi pada akhir pertemuan disetiap
siklusnya. Soal evaluasi yang digunakan adalah soal pilihan ganda, pada siklus I berisi tentang materi IPS dan Matematika berjumlah
30 soal sedangkan pada siklus II berjumlah 20 soal tentang materi PKn.
Gambar 15. Evaluasi 4
Kegiatan penutup diisi dengan salam penutup Salam penuitup dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai dan saat
selesai mengerjakan soal evaluasi. Berikut ini merupakn gambaran suasana saat kegiatan penutup dalam role play.
Gambar 16. Penutup
Dalam penelitian ini, peran yang dihadirkan dalam pembelajaran siklus I pertemuan I adalah peran anggota keluarga inti yang terdiri dari
sosok ayah, ibu, adik. Pada pertemuan II sosok yang dihadirkan adalah sosok seorang kakek, nenek, paman, bibi. Sedangkan pada siklus II peran
yang dihadirkan adalah peran menjadi anggota ataupun ketua musyawarah dan juga peran menjadi peserta pemilu ketua kelas. Seluruh siswa
mengalami peran-peran diatas dengan tujuan agar siswa mengetahui gambaran mengenai tugas dari masing-masing peran yang dibawakan.
Selain itu, tujuan dari metode role play ini adalah untuk memecahkan permasalahan yang sedang dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh
Surjadi 2012:81, Beliau menyatakan bahwa tujuan metode role play adalah untuk memecahkan suatu masalah dan agar memperoleh
kesempatan untuk merasakan perasaan orang lain. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan,
kelebihan-kelebihan dari metode role play nampak jelas dialami siswa pada saat belajar. Kelebihan metode role play tersebut seperti yang
diutarakan oleh Djamarah 2010:89 : a.
Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan dimainkan. Melalui role play, siswa saat mengikuti
pembelajaran dapat berlatih memainkan peran sosok dari anggota keluarga misalnya sosok seorang ayah, ibu, nenek, kakek. Selain itu,
siswa juga berlatih mengingat isi materi dari peran dari sosok yang mereka perankan.
b. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Siswa saat
melakukan role play ada siswa yang meniru gaya dari sosok yang mereka bawakan. Misalnya menirukan suara dari sosok seorang ayah,
ibu, kakek, nenek, dll. c.
Bakat yang ada pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul bibit seni drama dari sekolah.
d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan baik.
Kerja sama siswa ini mulai muncul saat bekerja kelompok, mereka membagi peran-peran yang akan dibawakan oleh masing-masing
siswa. e.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk membina dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. Masing-masing siswa bertanggung jawab
atas peran yang mereka bawakan. f.
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Dari kegiatan role play saat
pembelajaran, para siswa berlatih berbicara didepan umum. Sehingga dapat menambah kepercayaan diri masing-masing individu.
Selaian kelebihan diatas, metode role play memiliki berbagai macam karakteristik diantaranya yaitu dengan bermain peran atau role play siswa
akan terlibat langsung atau mengalami sendiri masalah sosial dalam kajian-kajian mata pelajaran terkait. Dari keterlibatan siswa dalam
memainkan peran maka akan menciptakan suatu kegiatan belajar yang bervariasi dan bermakna. Sehingga dengan mengaktifkan siswa maka akan
memudahkan siswa dalam memahami masalah sosial yang sedang dipelajari bukan hanya sekedar menghafal konsep-konsep abstrak dalam
mata pelajaran. Dengan bekal pemahaman terhadap kajian-kajian mata pelajaran yang dipelajari maka akan memudahkan siswa dalam menjawab
tes evaluasi. Selain kelebihan diatas, metode role play juga memiliki berbagai
macam karakteristik diantaranya yaitu dengan bermain peran atau role play siswa akan terlibat langsung atau mengalami sendiri peristiwa dan
juga mengalami masalah sosial dalam kajian-kajian mata pelajaran terkait. Semua siswa terlibat langsung saat melakukan role play baik pada siklus I
maupun siklus II. Dari keterlibatan siswa dalam memainkan peran maka akan menciptakan suatu kegiatan belajar yang bervariasi dan bermakna.
Sehingga, dengan mengaktifkan siswa maka akan memudahkan siswa dalam memahami masalah sosial yang sedang dipelajari bukan hanya
sekedar menghafal konsep-konsep abstrak dalam mata pelajaran. Dengan bekal pemahaman terhadap kajian-kajian mata pelajaran yang dipelajari
tersebut maka akan memudahkan siswa dalam menjawab tes evaluasi. Berdasarkan seluruh data yang diperoleh baik data keaktifan
belajar maupun data prestasi belajar siswa, penelitian ini mampu menunjukkan bahwa pembelajaran tematik dengan menerapakan metode
role play mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Kledokan. Peningkatan tersebut telah memenuhi target yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sehingga peneliti dapat menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode role play ini, berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SD N
Kledokan. Keberhasilan penelitian dengan menerapkan metode role play didukung oleh penelitian dari Nina Oktarina, Marimin, dan Indah Tri
Lestari 2012, bahwa dengan menerapakan metode role play dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X AP SMK Hidayah Semarang
Tahun Ajaran 20112012. Selain penelitian tersebut, ada pula penelitian yang pernah dilaksanakan oleh Hartati, Tri, Widiyanti, dan Nina
Oktarina, 2012, bahwa dengan menerapakan metode role play dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa SMA N 1 Wadaslintang.
2. Peningkatan Keaktifan Siswa