Pemerintah Sebagai Pihak Pembuat Regulasi

community development, pendidikan dan pelatihan kegiatan keagamaan dan olahraga. Kedua, pembuatan produk yang bisa dipertanggung jawabkan secara sosial adalah kesehatan dan keselamatan kerja dari proses dan produk yang ramah lingkungan termasuk kepedulian terhadap konservasi lingkungan hidup. Ketiga , employee relations berupa kesejahteraan dan keterlibatan pekerja. 238 Hambatan dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan CSR ini tidak mungkin hanya diselesaikan oleh satu pihak saja, artinya hal ini tidak hanya merupakan tanggung jawab perusahaan saja. Hal yang paling diharapkan adalah adanya kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas atau masyarakat yang disebut kemitraan tripartit.

1. Pemerintah Sebagai Pihak Pembuat Regulasi

Berbagai kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari pendidikan, kesehatan hingga pengentasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur, tidak dapat dipungkiri program-program tersebut tampak seperti mengambil alih tugas dan fungsi pemerintah. Namun, bila dilihat secara komprehensif, wajar jika hal ini terjadi, mengingat begitu besarnya masalah sosial, hingga bisa dipastikan bahwa pemerintah tidak akan sanggup mengatasinya sendiri, termasuk karena anggaran yang kecil serta konsentrasi pemerintah ke beragam persoalan. Oleh sebab itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh perusahaan, sangatlah besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat. 238 Yusuf Wibisono, Op. Cit, hal, 120 Universita Sumatera Utara Dalam penerapan konsep CSR di berbagai bidang program, pemerintah dapat mengambil peran sebagai partisipan, convener atau fasilitator dan sebagainya. Sehingga pemerintah pun tidak lepas tangan begitu saja, tetapi pemerintah juga aktif terlibat untuk terus mendorong program CSR Pemerintah pusat dan daerah, juga diharapkan tidak hanya menetapkan sejumlah besaran laba yang perlu disetorkan perusahaan, hal ini sepertinya hanya pemenuhan kewajiban perusahaan kepada pemerintah saja, dan akan menyebabkan kekhawatiran bagi investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia. 239 Agar terjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan, pemerintah seyogyanya memikirkan optimalisasi perannya dalam mendukung program tersebut. Pemerintah beserta segenap jajarannya sebaiknya berusaha untuk memahami konteks CSR ini agar ada keterpaduan dengan pemahaman dunia usaha karena bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak inline, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan dengan kebijakan dunia usaha. Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama dengan pelaku usaha memperbincangkan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, bila perlu diberikan blue print rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Setidaknya, tidak terjadi overlapping program antara pemerintah dan dunia usaha. Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat rnemberikan penghargaan bahkan insentif bagi perusahaan yang aktif menggelar program CSR, misalnya 239 Andi Firman, Ibid,. Universita Sumatera Utara dalam bentuk pengurangan pajak tax deductive. Apabila inisiatif ini dapat dilakukan pemerintah, maka bukan tidak mungkin perusahaan mau mengalokasikan budget yang lebih besar untuk program CSR. Semakin banyak anggaran yang dikeluarkan perusahaan untuk CSR, kemanusiaan, dan lingkungan, seharusnya semakin besar pula insentif yang diperoleh perusahaan. Selain itu, pemerintah juga membuat ruang bagi jalannya program sosial apapun tanpa birokrasi yang berbelit dan menghindari ekonomi biaya tinggi. Peran pemerintah sangat menentukan dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, tidak manipulatif dan tidak KKN, serta menerapkan prinsip good governance. Pemerintah seyogyanya juga menyediakan jaminan keamanan, terutama dalam berinvestasi, mempersiapkan berbagai produk hukum dan regulasi yang menjamin dunia usaha agar mampu menjalankan roda usahanya sekaligus memberikan kontribusi sosial secara berkelanjutan serta menerapkan standar audit kepada perusahaan dan penerima manfaat. Pemerintah juga perlu terlibat untuk mengembangkan regulasi yang terkait dengan CSR misalnya pemerintah harus menciptakan sistem yang dapat mengeliminasi para free rider untuk menjamin fairness bagi masyarakat maupun perusahaan. Pemerintah harus mampu menjamin bahwa perusahaan terlindung dari para oknum masyarakat atau pejabat yang ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan cara memeras perusahaan atau dengan memanfaatkan kesempatan. Pemerintah diharapkan dapat mengambil inisiatif mendukung dan membantu pengembangan program CSR perusahaan misalnya dalam bentuk Universita Sumatera Utara fasilitasi terhadap pertemuan-pertemuan antar pelaku CSR multy stakeholders forum sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang nyata, bekerjasama dengan organisasi terkait, melakukan diseminasi best practices dan sebagainya. Selanjutnya paling penting adalah perlunya kesadaran dan pemahaman para pembuat kebijakan pemerintah menghilangkan ketidakpastian, mempermudah perijinan-perijinan, memberikan perlindungan dan pembelaan paling tidak sebagai penengah pada saat perusahaan menghadapi krisis. Menurut Tom Fox, Halina Ward dan Bruce Howard tahun 2002 memberikan laporan studi mengenai implementasi CSR di negara-negara berkembang yang memfokuskan peran pemerintah bahwa adanya 2 dua poros yang bisa dimainkan oleh pemerintah. Poros pertama berkaitan dengan peran dan poros kedua berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Pada poros pertama, peran pemerintah adalah: 240 1. Pemberian mandat mandating Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa penyusunan standar minimum kinerja bisnis yang masuk ke dalam kerangka peraturan perundang-undangan seperti standar emisi gas buangan, standar penerapan implementasi CSR, dan lain-lain. 2. Memfasilitasi fasilitating 240 Yusuf Wibisono, Op.Cit. hal 110-111 Universita Sumatera Utara Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa pemberian suasana yang kondusif bahkan insentif bagi perusahaan yang terlibat dalam agenda- agenda CSR sehingga mendorong perbaikan sosial dan lingkungan. 3. Kemitraan partnering Kemitraan strategis antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat madani untuk menangani permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan yang kompleks. Dalam hal ini, pemerintah dapat mengambil peran sebagai partisipan, convener atau fasilitator. 4. Dukungan endorsing Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa dukungan politik, dukungan melalui kebijakan atau dukungan lainnya. Sedangkan untuk poros kedua, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: 241 1. Menetapkan dan menjamin pencapaian standar minimal 2. Kebijakan publik tentang peran bisnis 3. Tata pamong perusahaan 4. Investasi yang mendukung dan bertanggung jawab 5. Filantropi dan Community Development 6. Keterlibatan dan representasi stakeholder 7. Produksi dan konsumsi yang mendukung CSR 8. Sertifikasi yang mendukung CSR ,standar beyond compliance, sistem 241 Ibid. hal. 111 Universita Sumatera Utara manajemen 9. Transparansi dan pelaporan yang mendukung CSR 10. Proses multi pihak pedoman dan konvensi Selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu pajak maupun besaran laba dana CSR yang diberikan oleh suatu perusahaan haruslah benar-benar dikelola dengan baik termasuk berupaya mengeliminir dan mengantisipasi potensi- potensi terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan oleh pemerintah. Selanjutnya pemerintah dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai pembuat regulasi dengan menyusun standar dan aturan tentang pelaksanaan CSR melalui Peraturan Pemerintah selain memperhatikan prinsip GCG juga memperhatikan kaidah-kaidah atau asas-asas pemerintahan yang baik dalam pembuatan kebijakannya. Pembuatan kebijakan ini harus bebas, tanpa pengaruh siapapun dan mampu mengakomodir kepentingan para pihak yaitu kalangan pengusaha dan masyarakat secara adil dan transparan. 242 242 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993, hal. 279 bahwa Prof. Kuntjoro Purbopranoto dalam bukunya berjudul “Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara” menguraikan 13 tiga belas dasar-dasar atau asas-asas umum pemerintahan yang baik” general principle of good administration dalam membuat aturan hukum, yaitu: 1. Asas kepastian hukum principle of legal security 2. Asas keseimbangan principle of proportionality 3. Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan pangreh-principle of equality 4. Asas bertindak cermat principle of carefuleness 5. Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh principle of motivation 6. Asas jangan mencampur adukkan kewenangan principle of non misuse of competence 7. Asas permainan yang layak principle of fair play 8. Asas keadilan atau kewajaran principle of resonanbleness or prohibition of arbitrariness 9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar principle of meeting raised expectation 10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal principle of undoing the Universita Sumatera Utara

2. Perusahaan Sebagai Pelaku Bisnis