4. Prinsip Saling Menguntungkan
Mutual Benefit Principle menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam
diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Pengertian tanggung jawab sosial dan lingkungan Perusahaan menurut World Business Council for Sustainable Development
adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada
umumnya.
182
Versi lain mengenai definisi tanggung jawab sosial diberikan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang tanggung jawab sosial sebagai: The
commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to
improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development
.”.
183
Pengertian tanggung jawab sosial dan lingkungan Perusahaan, walaupun telah menjadi sebuah isu global, namun belum ada suatu definisi tunggal tentang tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang diterima secara global. Tanggung
182
Muh Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi.
Salemba Empat, Jakarta, 2009, hal. 107
183
Yusuf Wibisono, Op. Cit. hal. 7-8.
Universita Sumatera Utara
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
184
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak
lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap
manusia lain dan terhadap alam lingkungannya. Manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia dan antara
manusia dan lingkungan.
185
Tanggung jawab itu bersifat kodrat, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung
jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan
demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang
184
Widyo Nugroho dan Achmad Muhcji, Ilmu Budaya Daya, Seri Diktat Kuliah, Cetakan kelima, Jakarta: Universitas Gunadarma 1996, hal. 153.
185
Ibid. hal. 15
Universita Sumatera Utara
akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
186
Tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat
dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat
sendiri, atau pihak lain. Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan
selalu dipelihara dengan baik.
187
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab berbudaya. Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu,
dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung
jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
188
Pemahaman pengertian tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan ini telah mempengaruhi motivasi dalam pelaksanaannya, terutama terkait dengan
kata “sosial” dalam istilah tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tujuan tanggung jawab sosial dan lingkungan Perusahaan adalah untuk memberdayakan
masyarakat agar mandiri, bukan memperdaya masyarakat.
186
Ibid. hal. 154.
187
Ibid. hal. 154-155.
188
Ibid. hal. 155.
Universita Sumatera Utara
Tanggung jawab sosial dan lingkungan terkait dengan sustainability dan acceptability
, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha di suatu tempat, dan pengusaha ingin usahanya berkelanjutan dalam jangka panjang. Jadi
tanggung jawab sosial dan lingkungan juga dilihat dalam lingkup stakeholders atau lingkungan di mana perusahaan berada. Selama ini tanggung jawab sosial
dan lingkungan kebanyakan diukur dari sudut berapa besar uang yang perusahaan keluarkan. Sebenarnya bukan uang saja, uang itu hanya sebagian
nilai karena ada nilai intangible yang sangat penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai sejauh mana
perusahaan aktif dan proaktif dengan lingkungan. Persoalannya kata sosial sering hanya dipahami sebagai bentuk kedermawanan, Padahal, kedermawanan
itu adalah sebagian kecil dari tanggung jawab sosial dan lingkungan, itu sebabnya ada perusahaan yang hanya mau menggunakan kata Corporate
Responsibility .
Corporate Responsibilty ada dua: pertama, yang sifatnya ke dalam atau
internal, kedua, yang sifatnya mengatur keluar atau eksternal. Kalau internal
menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya Good Corporate Governance
GCG. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi.
189
Regulasi CSR menyatakan bahwa belum semua perusahaan melakukan CSR sehingga perlu ada payung hukum yang memaksa agar mereka mau
189
Hendrik Budi Untung, Op. Cit, hal. 9-10.
Universita Sumatera Utara
melakukannya. Tidak hanya itu, dengan adanya regulasi tentang CSR, maka akan memberikan keseragamanstandarisasi dalam aplikasi CSR Pandangan ini
dilatar belakangi oleh beragamnya definisi CSR sehingga beraneka ragam pula aplikasinya di lapangan, diharapkan dengan adanya standarisasi ini, maka akan
memudahkan dalam pelaksanaan audit sosial perusahaan terhadap lingkungan internal dan eksternalnya
190
Sisi yang lain, ada pandangan yang menganggap regulasi CSR merupakan hal yang sia-sia. Ini muncul karena CSR merupakan kegiatan yang bersifat
discretionary, yang mendorong perusahaan untuk mau tidak mau melakukan
CSR. Jika CSR tidak dilakukan maka perusahaan sendirilah yang akan mengalami kerugian akibat dampak sosial yang muncul. Dengan kata lain, CSR
bukanlah suatu hal yang perlu dipaksakan, mengingat ini adalah sebuah keberpihakan bisnis yang bersifat sukarela untuk membangun masyarakat dan
lingkungannya. .
191
Secara etimologi CSR berarti tanggung jawab sosial, bukan kewajiban sosial perusahaan. Pengertian ini berimplikasi bahwa dalam pelaksanaan CSR,
perusahaan tidak dapat dibebani dengan biaya tambahan yang akan muncul akibat peraturan secara formal. Tahun 2003 dikeluarkan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disebut BUMN.
190
Ibid
191
Ibid
Universita Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang ini konsep CSR dimaknai sebagai sebuah usaha untuk peningkatan pelaku usaha kecil dan menengah. Sejumlah keputusan
menteri memperjelas teknik pelaksanaan. Keputusan Menteri BUMN No Kep- 236MBU2003 melahirkan istilah Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan PK dan BL yang diperkuat dengan surat edaran Menteri BUMN No SE-433MBU2003 yang mensyaratkan agar BUMN memiliki unit tersendiri
untuk mengawal pelaksanaan PK dan BL. Terkait dengan dana yang dialokasikan untuk PK dan BL diambilkan dari laba bersih sebesar 2.
Pengalokasian dana ini didasarkan pada Permen Negara BUMN No 42007. Dalam Peraturan menteri ini pula disebutkan persyaratan bahwa hanya pihak
yang memiliki aset 200 juta atau omzet 1 milyar setahun yang berhak mendapat bantuan ini.
Mengkritisi hal ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan filosofi CSR. Dalam pengembangan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, konsep
CSR tidak mengenal adanya persyaratan minimal assetomset yang dimiliki. Program PK dan BL, yang dianggap sebagai program CSR BUMN, hanyalah
program pemberian kredit bagi kelompok usaha kecil menengah yang tidak jauh beda dengan apa yang sudah dilakukan oleh jasa perbankan lain dan
pembangunan sarana prasarana untuk masyarakat. Hal ini berarti pemberdayaan ekonomi bukan didorong oleh inisiatif untuk
memberdayakan masyarakat tetapi ada unsur lain yang berperan yaitu pinjam- meminjam yang didasarkan pada aspek pengembalian modal oleh perusahaan.
Universita Sumatera Utara
Ini akan berbeda jika pinjaman mudah dan ringan yang diberikan kepada pengusaha kecil menengah tidak mensyaratkan adanya batas minimal
asetomzet. Gambar : Skema Landasan Hukum Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan BUMN
UU No. 192003 tentang BUMN Pasal
2, Maksud dan tujuan pendirian BUMN
adalah
Butir e: Turut aktif memberikan bimbingan
dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
236MBU2003
Mengikat BUMN untuk menyelenggarakan
program kemitraan dan program bina
lingkungan PKBL
Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-
433MNU2003 BUMN disyaratkan
membentuk unit tersendiri yang
bertugas secara khusus menangani
PKBL
Permen Negara BUMN No. 42007
Sumber dana PKBL berasal dari
penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2
persen
Pihak-pihak yang berhak mendapat
pinjaman adalah pengusaha beraset
bersih maksimal Rp200 juta atau beromset
paling banyak Rp1
miliartahun
Universita Sumatera Utara
Empat tahun berikutnya muncul Undang-Undang tentang penanaman modal sebagaimana dalam bagan dibawah ini:
Undang-Undang ini mewajibkan bagi setiap penanam modal di bidang eksplorasi SDA tidak terbarukan untuk melaksanakan CSR. Secara tegas pada
pasal 15 butir b tercantum kewajiban tentang tanggung jawab sosial perusahaan. CSR diaplikasikan dalam bentuk pelaksanaan green mining di mana segala
bentuk jenis usaha pada sektor tak terbarukan pertambangan dan sejenisnya diwajibkan untuk melakukan secara bertahap pemulihan lokasi operasional
sesuai dengan standar kelayakan lingkungan. Bagi yang melanggar Undang- Undang ini sanksi administratif berupa teguran sampai pembatalan kontrak akan
UU No. 252007 tentang penanaman modal
Pasal 15 butir b: “Setiap penanaman modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”
Pasal 17 “Penanaman modal yang
mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan
dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan” Pasal 34
“Badan usaha atau perorangan tidak memenuhi kewajiban melaksanakan
tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi administratif”
Universita Sumatera Utara
diberikan. Undang-Undang ini dikritik tidak komprehensif karena hanya mengikat pelaku usaha pada Sumber Daya Alam yang tak terbarukan. Meskipun
mereka memang berpotensi untuk menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang lebih besar, bukan berarti pelaku usaha untuk sumber daya yang terbarukan
tidak memiliki tanggung jawab sosial. Selanjutnya, pada tahun yang sama juga muncul Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas yang masih menyoroti
perusahaan pada bidang Sumber Daya Alam tak terbarukan dan menyebut tentang kisaran dana yang dialokasikan dalam program CSR. Pelaksanaan CSR
menurut Undang-Undang ini dananya disesuaikan dengan kelayakan dan kepatutan dari masing-masing perusahaan. Berikut adalah ilustrasi selengkapnya
tentang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas:
UU No. 402007 Tentang Perseroan Terbatas PT pasal 74
Ayat 1 “perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”
Ayat 2 “Tanggung jawab sosial dan
lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
Ayat 3 “Perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban dikenakan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”
Universita Sumatera Utara
Menurut A. B. Susanto dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, antara lain sebagai berikut:
192
1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab
sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya.
CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Mana kala terdapat pihak-pihak
tertentu yang menuduh perusahaan melakukan prilaku serta praktik-praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan
pun akan berdiri di belakang perusahaan, membela tempat institusi-institusi mereka bekerja.
2. Corporate Social Responsibility CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan
suatu krisis. Demikian pula ketika suatu perusahaan diterpa kabar miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah
memahami dan memanfaatkannya. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen consumer goods yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan
berbahaya dalam produknya. Namun karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, maka masyarakat
192
A. B. Susanto, Op.Cit. hal 28-31
Universita Sumatera Utara
dapat memaklumi dan memaafkannya sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas kinerjanya.
3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara
konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan
perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.
4. Corporate Social Responsibility CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan
dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak
yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholders senang
dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan. 5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search
Worldwide konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan
oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.
Universita Sumatera Utara
6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat
lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. Konsep piramida Corporate Social Responsibility yang dikembangkan
Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan Corporate Social Responsibility bagi masyarakat
di sekitarnya. Dalam pandangan Carrol, Corporate Social Responsibility adalah puncak piramida yang erat terkait, dan bahkan identik dengan tanggung jawab
filantropis.
193
1. Tanggung jawab ekonomi, Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif