2. Accountability akuntabilitas
Kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada
kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.
3. Responsibility pertanggung jawaban
Kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan
kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip
ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab
selain kepada shareholder juga kepada stakeholders.
4. Indepandency kemandirian
Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.
5. Fairness kesetaraan dan kewajaran
Adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak shareholder dan stakeholders
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan
Universita Sumatera Utara
jaminan perlakuan yang setara di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang baik GCG diperlukan agar perilaku bisnis mempunyai arahan yang baik. Prinsip responsibility sebagai salah satu dari
prinsip GCG merupakan prinsip yang mempunyai hubungan yang dekat dengan CSR. Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
GCG sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.
92
Prinsip GCG yang dianut OECD menempatkan prinsip pertanggung jawaban sebagai pilar tegaknya GCG. Prinsip pertanggung jawaban diwujudkan dengan
kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, kesadaran adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan
kekuasaan, dan menciptakan profesionalisme dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
93
Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang
termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan stakeholders
yang termasuk didalamnya masyarakat dan lingkungannya. Prinsip pertanggung jawaban adalah kesesuaian atau kepatuhan dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip perusahaan yang sehat serta peraturan perundangan yang
92
Ibid. hal. 12
93
http:teguharifiyadi.blogspot.com200908memahami-makna-corporate-social. Di
akses tanggal 20 Juli 2011
Universita Sumatera Utara
berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan
kerja, standar penggajian, serta persaingan yang sehat.
P
rinsip pertanggung jawaban juga mencakup hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian tak terpisahkan dari
masyarakat.
94
Prinsip pertanggung jawaban ini juga mengkritik ajaran Milton Friedman yang mengajarkan bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab
moral. Jika bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut Friedman, itu adalah tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan.
Alasannya, tanggung jawab moral tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, dan karena itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab moral.
Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab moral
perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.
95
Prinsip pertanggung jawaban juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah
sosial dan lingkungan. Menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah entitas
94
Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Fests chrift in honor Stephen Tong
, Jakarta: Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007, hal 650.
95
Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1998, hal. 118.
Universita Sumatera Utara
publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak.
96
Menurut Vernon A. Musseleman dan John H. Jackson bahwa istilah tanggung jawab sosial perusahaan pada awalnya berarti sumbangan keuangan
pada seni atau masyarakat setempat, dan mungkin perilaku etis.
97
Sejalan dengan perkembangan jaman, perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial, meskipun masih tidak mudah untuk memberikan batasan atau
ruang lingkup dari tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. Sejalan dengan perkembangan jaman pengertian tanggung jawab
mengalami penambahan arti dan sekaligus merupakan ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan meliputi
kesehatan, informasi konsumen, tidak menjalankan diskriminasi serta memelihara lingkungan.
98
A Sonny Keraf melihat ruang lingkup tanggung jawab sosial, dengan menyebutkan ada dua jalur tanggung jawab sosial sesuai dengan dua jalur
kerjasama perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi sekunder, yang dirumuskan sebagai berikut:
96
Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan”, Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III Persero
tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hal 4.
97
Vernona Musselman dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Kesembilan, Jilid 1,
Jakarta: Erlangga, 1988, hal. 34.
98
Basu Swasitha, D. A dan Ibnu Sukotjo W, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Peusahaan Modern,
Yogyakarta: Liberty, 1983, hal. 66.
Universita Sumatera Utara
a. Relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan
perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang, memberi pelayanan pada konsumen dan pelanggan secara memuaskan, bertanggung jawab dalam
menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan mutu yang baik, memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan karyawan dan keluarganya,
meningkatkan keterampilan dan pendidikan karyawan, dan sebagainya.
b. Relasi sekunder, adalah bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis
terhadap masyarakat pada umumnya, atau masalah-masalah sosial seperti: lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak dan sebagainya.
99
Terdapat dua hal yang berkaitan dengan ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:
1. Internal merupakan tanggung jawab kedalam perusahaan itu sendiri,
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawannya, terhadap mutu bahan yang dipergunakan agar menghasilkan barang yang
baik atau hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi.
2. Eksternal merupakan tanggung jawab keluar perusahaan. Perusahaan harus
bertanggung jawab terhadap lingkungan yang berada di sekitar perusahaan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, bertanggung jawab terhadap
barang-barang yang dibuat dipasarkan atau pasca produksi.
100
99
A. Sonny Keraf, Op. Cit. hal. 97-98.
100
Habib Adjie, Op. Cit. hal. 68.
Universita Sumatera Utara
Tanggung jawab perusahaan internal adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap karyawan, yaitu dengan membina hubungan kerja yang baik
di berbagai tingkatan kedudukan mulai dari tingkat bawah sampai ke tingkat atasan. Menciptakan keterbukaan, baik dari masalah informasi peraturan
perusahaan maupun yang berkaitan dengan kemajuan dan kemunduran perusahaan. Keterbukaan transparency dapat memudahkan dilakukan
pengontrolan fungsi manajemen dimana karyawan dari semua jenjang kedudukan dapat ikut serta dalam pengawasan jalannya perusahaan.
Hal ini juga berkaitan dengan pengungkapan disclosure terhadap semua kebijakan perusahaan. Dalam menjalankan roda perusahaan secara internal,
terjadi interaksi dengan pihak-pihak diluar perusahaan eksternal, seperti pemerintah, pemasok dan masyarakat. Hubungan dengan pihak-pihak di luar
perusahaan mempengaruhi aktivitas perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjalankan
hubungan dengan stakeholder. Pertama, perusahaan haruslah memberikan
informasi yang benar dan jujur kepada investor, Informasi yang tidak benar
dapat menjerumuskan para investor dalam mengambil keputusan. Kedua, dalam
mengadakan kerjasama kedua belah pihak harus mempunyai itikat baik dan kepercayaan, sehingga kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik serta
menguntungkan kedua belah pihak.
101
101
I. Nyoman Tjager, dkk., Corporate Governance, Jakarta: PT. Prehalindo, 2003, hal. 146
Universita Sumatera Utara
B. Pelaksanaan
Good Corporate Governance Melalui Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan
GCG adalah suatu terminologi yang dapat juga mencakup segala aturan hukum yang bertujuan agar suatu perusahaan dapat diminta pertanggung
jawabannya di hadapan pemegang saham dan publik. Istilah GCG juga dapat mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat
mengacu pada keaktifan pemegang saham. Secara lebih sempit, istilah GCG itu dapat digunakan untuk
menggambarkan peran dan praktik dewan direksi. Termasuk pengelolaan perusahaan berkaitan dengan hubungan antara dewan direksi pengelola
perusahaan dan pemegang saham, yang didasarkan pada pandangan bahwa dewan direksi merupakan perantara para pemegang saham untuk memastikan
suatu perusahaan dikelola demi kepentingan pemegang saham. Hal ini sejalan dengan paradigma bahwa para direksi bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dan dewan komisaris bertanggung jawab kepada pemegang saham.
102
102
Bismar Nasution I. ”Penerapan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Kredit”, Disampaikan pada “Seminar Hukum Perkreditan,” PT. Bank Rakyat
Indonesia, Medan, tanggal 12-13 Maret 2002, hal. 5.
Istilah “pengelolaan perusahaan” memiliki banyak definisi. Istilah tersebut dapat mencakup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan
Universita Sumatera Utara