19 respronsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap
akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan,
serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan terhadap tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik.
Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah proses tender telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive
Tendering CCT, ataukah dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN.
3. Akuntabilitas Program
program accountability
terkait dengan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternative program yang memberikan
hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. 4.
Akuntabilitas kebijakan
policy accountability
terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR DPRD dan
masyarakat luas.
J. Akuntabilitas dalam Sektor Publik
Akuntabilitas sektor publik lebih kompleks daripada di sektor swasta Sinclair, 1995; Mulgan, 1997; Parker dan Gould, 1999; Ryan Walsh,
20 2004.
Ketika pemerintah pusat maupun daerah menyelanggarakan “
Joined-
up” yaitu pemerintah bekerja sama antar departemen lain, misalnya pemerintah daerah atau organisasi
nonprofit
Prime Minister and the Minister for the Cabinet Office, 1999; Ryan dan Walsh, 2004. Hal tersebut
mewujudkan akuntabilitas horizontal sehingga menjadi tantangan bagi pemerintah, bagaimana melaporkan program sesuai kerangka pelaporan yang
ada. Akuntabilitas dengan model tradisional berdasarkan
“hierarchical model” dengan
top-down
atau
bottom-up
yang berfokus dengan pengendalian dalam bentuk keuangan, sehingga sistem manajemen keuangan pemerintah
cenderung berfokus pada pengeluaran anggaran dengan begitu dilakukan pengendalian anggaran diperketat Ryan, 1993; Glynn and Murphy, 1996;
O’Faircheallaigh
et al
, 1999; Ryan Walsh, 2004. Namun dengan pengenalan tentang pendekatan
“New Public Management”, saat ini setiap lembaga pemerintahan diwajibkan untuk menjelaskan
output
mereka dan menghubungkan
output
terssebut dengan pelaksanaan dari kebijakan pemerintah.
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik
untuk menekankan pada pertanggungjawaban horizontal horizontal accountability
bukan hanya
pertanggungjawaban vertikal
vertical accountability. Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat
21 laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga
sektor publik Mardiasmo, 2009: 21. Melaporkan hasil kinerja secara horizontal merupakan suatu tantangan
dalam mengungkapkan tata kelola yang efektif sesuai dengan kerangka kerja sehingga dapat melampaui silo tradisional vertikal dari pemerintahan Ryan
Walsh 2004. Kerangka kerja dalam pengaturan kolaborasi seperti departemen yang ditunjuk untuk memimpin pengelolaan program secara horizontal.
Pemimpin berperan penting untuk memastikan bahwa kegiatan dari program dikelola dengan cara yang memenuhi tujuan mitra dan kewajiban.
Pemimpin harus melaksanakan tanggung jawabnya dalam memastikan informasi kepada mitra, pengawasan kinerja, serta mitra memenuhi
komitmennya. Program bersama mengandalkan harapan yang jelas dan masing-masing mitra mengetahui secara konkret apa yang diharapkan dari
mereka. Hal tersebut awalnya memerlukan perjanjian kerangka kerja dan pelaporan yang dapat dipercaya. Pelaporan yang dapat dipercaya tergantung
pada pengumpulan serta berbagi data yang dapat dipercaya serta data yang sesuai The Auditor General of Canada, 2000; Ryan Walsh, 2004.
Konsep “Jaringan Birokrasi” atau “Jaringan Pemerintahan” sebagai cara untuk memastikan penggabungan yang tepat dan koordinasi dari kegiatan
bersama Barrett, 2001a; Ryan Walsh, 2004. Tata kelola dari kerangka kerja yang lebih formal diperlukan dibandingkan dengan model birokrasi
tradisional, koordinasi dapat melalui pembentukan tugas antar instansi atau panitia Barrett, 2001a; Ryan Walsh, 2004. Jika tidak ada pengawasan dari