Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi uraian 1 latar belakang masalah, 2 rumusan masalah, 3 tujuan penelitian, 4 manfaat penelitian, 5 spesifikasi produk yang diharapkan, dan 6 definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen pokok, yaitu : tujuan, isi atau materi, organisasi dan strategi atau kegiatan belajar dan pembelajaran, dan evaluasi Undang-undang Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003. Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pengembangan Kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan Kurikulum 2013, tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai komponen yang mempengaruhinya. Seperti guru, siswa, buku pelajaran, dan administrasi guru. Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab, sehingga proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa student centered approach. Di dalam pembelajarannya, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, danatau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra- operasional, operasional konkrit, dan operasional formal Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013.Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam kurikulum 2013 ada lima tahapan yang harus dilalui oleh siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Terdapat enam mata pelajaran yang diajarkan yaitu Bahasa Indonesia, PPKn, Agama, Matematika, dan muatan lokal yang dibagi dua prakarya dan pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan. Enam mata pelajaran ini terintegrasi secara tematik sehingga siswa tidak perlu membawa banyak buku ke sekolah. Buku tulis cukup satu dan digunakan pertema, untuk membantu siswa belajar terdapat buku siswa sebagai acuan dan untuk guru disediakan buku guru. Dengan adanya perubahan kurikulum ini siswa tidak hanya belajar di dalam kelas ataupun laboratorium. Setiap apa yang dilihatnya dan ada di sekelilingnya menjadi bahan belajar karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Menurut Joni, T.R 1996:3, pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa- peristiwa otentik atau eksplorasi topiktema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi temaperistiwa tersebut siswa belajar sekaligus berproses dengan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. Banyak yang harus dipersiapkan dalam penerapan kurikulum 2013 mulai dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku siswa, buku guru, penilaian, dan masih banyak admnistrasi yang lain. Dalam praktiknya, tidak sedikit guru yang masih mengalami kesulitan dalam memahami Kurikulum 2013 maupun penerapannya saat pembelajaran di kelas. Peranan guru sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang sesuai dan situasi yang kondusif agar tujuan pembelajaran tercapai. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 menuntut guru kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran. Dibutuhkan media yang tepat untuk menyampaikan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan dapat memahami apa yang telah disampaikan guru. Sebagai contohnya, peneliti mengambil sampel SD Jetis Bantul yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V A SD Jetis pada tanggal 22 September 2014. Dari hasil wawancara diketahui pemahaman guru tentang kurikulum 2013 masih kurang, antara teori dan praktiknya masih sulit. Dalam proses pembelajaran, penyampaian materi belum maksimal karena banyak yang harus disampaikan padahal kemampuan siswa berbeda-beda. Jadi guru sering mengulang-ulang pembelajaran yang sama dan belum beranjak ke pembelajaran berikutnya. Mengamati dan menilai siswanya guru juga masih kesulitan, karena ada beberapa aspek yang harus dinilai. Guru merasa kerepotan dengan administrasi yang banyak dan penilaian bermacam- macam yang harus dipenuhi dengan waktu yang terbatas. Guru kesulitan dalam mengembangkan dan menyampaikan pembelajaran di kelas, biasanya guru menggunakan buku pembelajaran dan papan tulis. Beliau memerlukan media pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah saintifik dan belum mampu mengembangkan secara mandiri sesuai Kurikulum 2013. Hasil wawancara dari siswa kelas V A di SD Jetis Bantul juga menunjukkan adanya keterkaitan dengan hasil wawancara dari guru. Dalam menyampaikan pembelajaran di kelas, guru hanya menjelaskan saja lalu mencatat di papan tulis. Guru tidak menggunakan media pada setiap pembelajaran di Kurikulum 2013, hanya sesekali saja beliau menggunakannya. Media yang sering digunakan oleh guru adalah gambar, untuk alat pembelajarannya menggunakan papan tulis, buku dan lembar kerja siswa. Saat siswa ditanya perlu atau tidak apabila pembelajaran itu menggunakan video, siswa menjawab perlu dan dikembangkan dengan unsur gambar, teks, musik, dan narasi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mencoba memberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan melakukanPengembangan media video tematik. Peneliti memilih media video karena media ini masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran di SD Jetis pada kelas V A. Peneliti memilih kelas V karena di kelas ini belum pernah dilakukan penelitian dalam hal pengembangan video tematik. Video tematik yang akan dikembangkan berisi materi pada buku siswa kelas V yaitu Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 1. Dengan demikian, maka peneliti mengambil judul penelitian ” P engembangan Media Video Tematik kelas V Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 1Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 20142015” .

B. Rumusan Masalah