= 3,7 Jadi interval untuk menilai rata-rata penilaian kondisi anggota adalah:
Tabel III.7 Interval Rata-Rata Penilaian Kondisi Anggota
Interval Skor
Kategori
22,3 – 26
3 Kondisi anggota mendukung
18,5 – 22,2
2 Kondisi anggota cukup Mendukung
15 – 18,4
1 Kondisi anggota tidak mendukung
Kategori kondisi anggota dapat digolongkan menjadi tiga : a. Kondisi Anggota Mendukung
Kondisi anggota mendukung dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang tinggi terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian keadaan dan latar belakang anggota koperasi yaitu anggota koperasi memiliki watak dan
kepribadian jujur dan bertanggung jawab. Modal anggota mencukupi, kondisi anggota sehat, kemampuan dan kesanggupan anggota tinggi,
serta ada jaminan dari anggota. Anggota dalam pemanfaatan kredit sesuai dengan tujuan awal dan integritas anggota baik.
b. Kondisi Anggota Cukup Mendukung Kondisi anggota cukup mendukung dapat dilihat apabila karyawan
memberikan penilaian yang sedang terhadap jawaban kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian keadaan dan latar
belakang anggota koperasi yaitu anggota koperasi kurang memiliki
watak dan kepribadian jujur dan bertanggung jawab. Modal anggota terbatas, kondisi anggota kurang sehat, kurang mempunyai
kemampuan dan kesanggupan pengembalian kredit, jaminan dari anggota kurang mencukupi. Anggota dalam pemanfaatan kredit sedikit
menyimpang dari tujuan awal dan integritas anggota kurang baik. c. Kondisi Anggota Tidak Mendukung
Kondisi anggota tidak mendukung dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang rendah terhadap jawaban kuesioner. Hal
ini menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian keadaan dan latar belakang anggota koperasi yaitu anggota koperasi memiliki watak dan
kepribadian buruk, modal anggota tidak mencukupi, kondisi anggota tidak sehat, kemampuan dan kesanggupan anggota rendah, serta tidak
ada jaminan dari anggota. Anggota dalam pemanfaatan kredit tidak pada tujuan awal dan integritas anggota buruk.
3. Deskripsi Data Tentang Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan koperasi merupakan gambaran keadaan yang
ada di lingkungan sekitar koperasi. Indikator yang diukur meliputi; keadaan alam, perkembangan perekonomian, persaingan koperasi,
perubahan teknologi, dan perubahan peraturan pemerintah.
Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata Mean untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan pada masing-masing
item pertanyaan. Rumus yang digunakan adalah:
̅=
Keterangan:
̅
= rata-rata mean Σx = jumlah skor
N = jumlah responden Sumber: Partino, 2009: 60 Untuk mengetahui penilaian kondisi lingkungan terhadap
pemberian kredit dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai rata-rata yang diperoleh dengan interval di bawah ini dengan dasar Skala Likert:
Interval
=
Skor tertinggi – skor terendah
Kategori = 24 - 13
3 = 3,7
Jadi interval untuk menilai rata-rata penilaian kondisi lingkungan adalah:
Tabel III.8 Interval Rata-Rata Penilaian Kondisi Lingkungan
Interval Skor
Kategori
20,3 – 24
3 Kondisi lingkungan mendukung
16,5 – 20,2
2 Kondisi lingkungan cukup
mendukung 13
– 16,4 1
Kondisi Lingkungan tidak mendukung
Kategori Kondisi Lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga : a. Kondisi Lingkungan Mendukung
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang tinggi terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa keadaan alam yang mendukung dalam pembayaran kredit, perkembangan perekonomian naik pesat,
persaingan koperasi sangat ketat, perubahan teknologi semakin berkembang dan peraturan pemerintah yang mendukung.
b. Kondisi Lingkungan Cukup Mendukung Kondisi lingkungan yang mendukung dapat dilihat apabila karyawan
memberikan penilaian yang sedang terhadap jawaban kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan alam yang cukup mendukung dalam
pembayaran kredit, perkembangan perekonomian cukup naik, persaingan koperasi cukup ketat, perubahan teknologi cukup
berkembang dan peraturan pemerintah yang cukup mendukung.
c. Kondisi Lingkungan Tidak Mendukung Kondisi lingkungan yang mendukung dapat dilihat apabila karyawan
memberikan penilaian yang rendah terhadap jawaban kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan alam tidak mendukung dalam
pembayaran kredit, perkembangan perekonomian tidak naik, persaingan koperasi tidak mendukung, perubahan teknologi tidak
berkembang dan peraturan pemerintah yang tidak mendukung.
4. Deskripsi Data Tentang Pemberian Kredit Pemberian Kredit merupakan keputusan untuk mengucurkan kredit
dengan tingkat suku bunga kredit tertentu, jangka waktu kredit tertentu, cara pemasaran tertentu, nilai-nilai personal SDM, sistem informasi dan
teknologi, dan tingkat kemampuan bekerjasama dengan pihak luar. Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata Mean
untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan pada masing-masing item pertanyaan.
Rumus yang digunakan adalah:
̅=
Keterangan:
̅
= rata-rata mean Σx = jumlah skor
N = jumlah responden Sumber: Partino, 2009: 60 Untuk mengetahui penilaian pemberian kredit, dapat
ditunjukkan dengan memasukkan nilai rata-rata yang diperoleh dengan interval di bawah:
Interval
=
Skor tertinggi – skor terendah
Kategori = 28-17
3 = 3,7
Jadi interval untuk menilai rata-rata penilaian pemberian kredit adalah:
Tabel III.9 Interval Rata-Rata Penilaian Pemberian Kredit
Interval Skor
Kategori
24,3 – 28
3 Pemberian kredit tepatlayak
20,5 – 24,2
2 Pemberian kredit ragu-ragu
17 – 20,4
1 Pemberian kredit tidak tepatlayak
Kategori kepuasan kerja guru dapat digolongkan menjadi tiga : a. Pemberian Kredit TepatLayak
Pemberian kredit yang tepatlayak dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang tinggi terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian bahwa adanya pemberian tingkat suku bunga kredit yang kecilsedikit, pemberian
Jangka waktu kredit longgar, pemasaran kredit di koperasi selalu
inofatif dan kreatif, nilai-nilai personal SDM, baik karyawan maupun anggota bermutu. Karyawan mempunyai kemampuan yang baik dalam
mengaplikasikan informasi
dan teknologi,
serta kemampuan
bekerjasama dengan pihak luar. b. Pemberian Kredit Ragu-ragu
Pemberian kredit yang ragu-ragu dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang sedang terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian bahwa adanya pemberian tingkat suku bunga kredit yang cukup tinggi, pemberian
Jangka waktu kredit terbatas, pemasaran kredit di koperasi terkadang inofatif dan kreatif, nilai-nilai personal SDM cukup baik, kemampuan
karyawan cukup baik dalam mengaplikasikan informasi dan teknologi, serta kemampuan karyawan cukup baik dalam bekerjasama dengan
pihak luar. c. Pemberian Kredit Tidak TepatLayak
Pemberian kredit yang tidak tepatlayak dapat dilihat apabila karyawan memberikan penilaian yang rendah terhadap jawaban kuesioner. Hal ini
menunjukkan bahwa penjelasan dari penilaian bahwa adanya pemberian tingkat suku bunga kredit tinggibesar, pemberian Jangka
waktu kredit sedikit, pemasaran kredit di koperasi tidak pernah inofatif dan kreatif, nilai-nilai personal SDM buruk, kemampuan karyawan
buruk dalam mengaplikasikan informasi dan teknologi, serta kemampuan karyawan buruk dalam bekerjasama dengan pihak luar.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
1.Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas suatu instrumen penelitian dapat diketahui dengan cara menganalisis butir kuesioner, skor-
skor jawaban responden yang ada pada butir pertanyaan dikorelasikan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment
Arikunto, 2002. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
√[ ][ ] Keterangan: r
xy
= Koefisien korelasi Product Moment X
=Skor dari setiap item pertanyaan Y
= Skor sub total dari semua item N
= Jumlah sampel Pengujian
tingkat validitas
kuesioner dilakukan
dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5
atau 0,05. Apabila nilai r hitung output hasil olahan SPSS 17.0 for
windows yang diperoleh lebih besar dari r tabel, menunjukkan bahwa alat
pengukur tersebut valid. Pengujian validitas menggunakan 33 responden untuk jumlah responden n = 32 dan besarnya df dapat dihitung 32-2 = 30
dengan df=30 dan alpha = 0,05 didapat r tabel = 0,361 Ghozali, 2007. Dengan demikian jika suatu r hitung r tabel
= 0,361 maka item pernyataan dinyatakan valid. Hasil uji validitas adalah sebagai berikut:
1 Variabel Kondisi Internal Koperasi X1
Tabel III.10 Pengujian Validitas Kondisi Internal Koperasi X1
No. Butir
Pernyataan r hitung
t hitung Status
1 X1_P1
0,386 0,361
Valid 2
X1_P2 0,421
0,361 Valid
3 X1_P4
0,398 0,361
Valid 4
X1_P6 0,583
0,361 Valid
5 X1_P7
0,624 0,361
Valid 6
X1_P11 0,490
0,361 Valid
7 X1_P12
0,518 0,361
Valid 8
X1_P13 0,394
0,361 Valid
9 X1_P14
0,495 0,361
Valid Sumber Data SPSS 17.0 Tahun 2012
Variabel Kondisi Internal Koperasi X1 dari 14 item peryataan yang nilai signifikansi lebih dari 0,05 adalah 9 item dan 5 item lainya kurang
dari 0,05. Jadi ke 9 item pernyataan tersebut dinyatakan valid dan ke 5 item peryataan lainya dinyatakan tidak valid sehingga harus dibuang.
2 Variabel Kondisi Anggota Koperasi X2
Tabel III.11 Pengujian Validitas Kondisi Anggota Koperasi X2
No. Butir
Pernyataan r hitung
t hitung Status
1 X2_P2
0,712 0,361
Valid 2
X2_P3 0,475
0,361 Valid
3 X2_P4
0,605 0,361
Valid 4
X2_P5 0,611
0,361 Valid
5 X2_P6
0,498 0,361
Valid 6
X2_P7 0,629
0,361 Valid
7 X2_P8
0,529 0,361
Valid 8
X2_P9 0,405
0,361 Valid
9 X2_P10
0,569 0,361
Valid Sumber Data SPSS 17.0 Tahun 2012
Variabel Kondisi Anggota X2 dari 10 item peryataan yang nilai signifikansi lebih dari 0,05 adalah 9 item dan 1 item lainya kurang dari
0,05. Jadi ke 9 item pernyataan tersebut dinyatakan valid dan ke 1 item peryataan lainya dinyatakan tidak valid sehingga harus dibuang.
3 Variabel Kondisi Lingkungan Koperasi X3
Tabel III.12 Pengujian Validitas Kondisi Lingkungan Koperasi X3
No. Butir
Pernyataan r hitung
t hitung Status
1 X2_P1
0,374 0,361
Valid 2
X2_P2 0,399
0,361 Valid
3 X2_P3
0,608 0,361
Valid 4
X2_P4 0,472
0,361 Valid
5 X2_P5
0,497 0,361
Valid 6
X2_P7 0,538
0,361 Valid
Sumber Data SPSS 17.0 Tahun 2012
Variabel Kondisi Lingkungan Koperasi X3 dari 7 item peryataan yang nilai signifikansi lebih dari 0,05 adalah 6 item dan 1 item lainya
kurang dari 0,05. Jadi ke 6 item pernyataan tersebut dinyatakan valid dan ke 1 item peryataan lainya dinyatakan tidak valid sehingga harus dibuang.
4 Variabel Pemberian Kredit Y
Tabel III.13 Pengujian Validitas Pemberian Kredit
No. Butir
Pernyataan r hitung
t hitung Status
1 Y_P1
0,497 0,361
Valid 2
Y_P2 0,579
0,361 Valid
3 Y_P3
0,566 0,361
Valid 4
Y_P4 0,427
0,361 Valid
5 Y_P5
0,477 0,361
Valid 6
Y_P6 0,380
0,361 Valid
7 Y_P7
0,428 0,361
Valid Sumber Data SPSS 17.0 Tahun 2012
Variabel Pemberian Kredit Y dari 7 item peryataan yang nilai signifikansi lebih dari 0,05. Jadi ke 7 item pernyataan tersebut dinyatakan
valid semua sehingga dapat diteliti.
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
peraga dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama.
Pengukuran reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha. Pertanyaan akan diuji reliabilitasnya apabila nilai r alpha r
tabel. Sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha, caranya yaitu dengan membandingkan nilai r
hitung
dengan r
tabel
. Kuesioner dikatakan reliabel apabila r
hitung
r
tabel
, sedangkan kuesioner dinyatakan tidak reliabel apabila r
hitung
≤ r
tabel
Hastono, 2001.Alpha memiliki rumus sebagai berikut :
r
II
=
2 2
1 1
t b
k k
Keterangan: r
II
= Reliabilitas instrument σt2 = Variabel total
σb2 = Jumlah varian butir k
= Banyaknya butir pertanyaan Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan melihat
Cronbach’s Alpha
pada masing-masing variabel. Apabila nilai Cronbach’s Alpha 0,6
maka butir-butir pernyataan tersebut dinyatakan reliabel, dan sebaliknya.
Tabel III.14 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian
No. Koefisien Alpha
Tingkat Keterandalan
1 0,800 - 1,00
Sangat Tinggi 2
0,600 - 0,799 Tinggi
3 0,400 - 0,599
Cukup 4
0,200 - 0,399 Rendah
5 0,0 0,199
Sangat Rendah
Tabel III.15 Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Nilai r
hitung Nilai r
tabel Keterangan
Tingkat Keterandalan
Kondisi Internal
Koperasi X1 0,786
0,6 Reliabel
Tinggi Kondisi
Anggota X2 0,832
0,6 Reliabel
Sangat Tinggi Kondisi
Lingkungan X3
0,722 0,6
Reliabel Tinggi
Pemberian Kredit Y
0,749 0,6
Reliabel Tinggi
Sumber Data SPSS 17.0 Tahun 2012 1 Uji Reliabilitas Variabel Kondisi Internal Koperasi
Berdasarkan hasil dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari 9 butir pernyataan pada variabel kondisi internal koperasi
diperoleh nilai sebesar 0,786. Pengambilan kesimpulan
dilakukan dengan membandingkan nilai, bila dan
. Dengan jumlah data n sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan
sebesar 0,6 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
0,786 0,6. Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel kondisi internal koperasi
dapat dikatakan andal.
2 Uji Reliabilitas Kondisi Anggota Koperasi Pada variabel Kondisi Anggota diperoleh nilai
sebesar 0,832. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai,
bila dan
. Dengan jumlah data n sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan sebesar 0,6 sehingga dapat
dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
0,832 0,6. Ini berarti bahwa butir-butir pernyataan pada variabel kondisi anggota dapat dikatakan andal.
3 Uji Reliabilitas Variabel Kondisi Lingkungan Koperasi Pada variabel Kondisi Lingkungan Koperasi diperoleh nilai
sebesar 0,722.
Pengambilan kesimpulan
dilakukan dengan
membandingkan nilai, bila dan
. Dengan jumlah data n sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan sebesar 0,6
sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
0,722 0,6. Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel kondisi lingkungan
koperasi dapat dikatakan andal. 4 Uji Reliabilitas Variabel Pemberian Kredit
Pada variabel pemberian kredit diperoleh nilai sebesar 0,749.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai, bila
dan . Dengan jumlah data n sebanyak 30
responden dan derajat keyakinan sebesar 0,6 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai 0,749 0,6. Ini berarti bahwa butir-butir
pertanyaan pada variabel pemberian kredit dapat dikatakan andal.
J. Uji Prasyarat
1.Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini digunakan
rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel skor observasi dan distribusi
teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik di mana teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi sampling
yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis Ghozali, 2002. Alat statistik untuk pengujian normalitas
data penelitian ini adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas sebagai berikut Ghozali, 2002:
X S
X F
maksimum D
n o
Keterangan: D
= Deviasi maksimum
F = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
X S
n
= Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Kriteria penerimaan:
a. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari nilai probabilitas ρ =
0,05 maka H diterima.
b. Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas ρ =
0,05 maka H ditolak.
Dengan kata lain bila probabilitas yang diperoleh melalui
perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5, berarti sebaran data variabel normal. Apabila probabilitas
yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf 5 berarti sebaran data variabel tidak
normal. 2. Uji Linieritas
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linier tidaknya suatu hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pengujian
linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus Sudjana, 1996:
S S
G TG
F
2 2
Kriteria pengujian linieritas yaitu dengan membandingkan nilai F
hitung
dengan F
tabel
. Distribusi F
hitung
menggunakan derajat kebebasan pembilang = k-2 dan derajat kebebasan penyebut = n-k. apabila diperoleh F
hitung
lebih kecil daripada F
tabel
, maka hubungan kedua variabel tersebut dikatakan linier.
K. Uji Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas Uji multikolinieritas adalah masalah yang timbul berkaitan
dengan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas Sumodiningrat, 2004:282. Masalah ini tidak akan terjadi pada hubungan
nir-linier di antara variabel-variabel bebas. Cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas salah satunya dengan Variance Inflation Factor dan
Tolerance, jika terdapat sejumlah k variabel independen tidak termasuk
konstanta di dalam sebuah model, maka varian dari koefisien regresi parsial dapat ditulis sebagai berikut Widarjono, 2009:
R
2 j
merupakan R
2
yang diperoleh dari regresi auxiliary antara variabel independen dengan variabel independen sisanya k-1, sedangkan
VIF adalah Variance Inflation Factor. Ketika R
2 j
mendekati satu atau dengan kata lain kolinieritas antar variabel independen maka VIF akan
naik dan mendekati tak terhingga jika nilainya R
2 j
= 1. VIF
dapat digunakan
untuk mendeteksi
masalah multikolinearitas dalam model regresi berganda. Jika nilai VIF semakin
membesar maka diduga ada multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF melebihi angka 10 maka dikatakan ada multikolinearitas karena nilai R
2 j
melebihi dari 0,90. Selain VIF juga digunakan nilai tolerance untuk mendeteksi
multikolinearitas dalam model regresi berganda, nilai tolerance TOL dapat dicari menggunakan rumus Widarjono, 2009:
TOL = 1 - R
2 j
Jika R
2 j
= 0 berarti tidak ada kolinearitas antara variabel independen, maka nilai TOL = 1 dan sebaliknya jika R
2 j
= 1 berarti ada kolinearitas antar variabel independen maka nilai TOL = 0.
2. Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana nilai
residualnya tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas Supranto. J, 2004:51. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas digunakan teknik White dengan mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas
pada variabel gangguan. Langkah-langkah untuk uji metode White sebagai berikut Widarjono, 2009:
a. Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya ê
i
b. Lakukan regresi auxiliary pada persamaan sehingga mendapatkan nilai koefisien determinasi R
2
:
1 Regrasi auxiliary tanpa perkalian antar variabel independen no cross terms
2 Regresi auxiliary dengan perkalian antar variabel independen cross terms
c. Hipotesis nol dalam uji White adalah tidak ada heterokedastisitas, uji White
didasarkan pada jumlah sampel n dikalikan dengan R
2
yang akan mengikuti distribusi chi-squares dengan degree of freedom
sebanyak variabel independen tidak termasuk kosntanta dalam regresi auxiliary. Nilai hitung chi-squares X
2
dapat dicari dengan rumus:
d. Jika nilai chi-square hitung n.R
2
lebih besar dari nilai X
2
kritis dengan derajat kepercayaan tertentu
maka ada heterokedastisitas dan sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai X
2
kritis menunjukkan tidak adanya heterokedastisitas.
3. Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan berdasarkan data time seriecross section. Autokorelasi muncul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya, masalah ini sering ditemukan apabila kita menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan karena gangguan pada seorang individu
atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya, masalah autokorelasirelatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari
individu atau kelompok yang berbeda Kuncoro, 2007. Cara untuk mendeteksi masalah autokorelasi, salah satunya
menggunakan uji Durbin-Watson d
2
. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, maka Durbin-Watson mengembangkan distribusi probabilitas
yang berbeda. Uji statistik Durbin-Watson tersebut didasarkan dari residual metode OLS Widarjono, 2009:
Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik yang disebut uji statistik d, sehingga berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah
d
L
dan batas atas d
U
sehingga jika nilai d terletak di luar nilai kritis maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui.
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.1 atau dengan menggunakan gambar 3.2 Widarjono, 2009.
Autokorelasi Ragu-Ragu Tidak Ada Ragu-Ragu Autokorelasi Positif
Autokorelasi Negatif
O d
L
d
U
2 4 - d
U
4 - d
L
4 Gambar III.1. Statistik Durbin-Watson d