Gejala Klinis Demam Berdara Dengue DBD

hetorotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus dari serotype yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi saat kompleks antibody virus dengue masuk ke dalam sel WHO, 2005. Walaupun demam dengue DD dan demam berdarah dengue DBD disebabkan virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD. Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi, pada demam dengue ini tidak terjadi, manisfestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Soegeng, 2006.

2.1.4. Gejala Klinis Demam Berdara Dengue DBD

Gambaran klinis demam berdarah dengue sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya di dapatkan demam dengan ruam mukulopapular saja. Pada anak besar dan dewasa mungkin hanya di dapatkan demam ringan, atau gambaran klinis lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam, tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan leukopeni dan kadang – kadang trambositopeni. Pada waktu wabah tidak jarang demam dengue dapat disertai perdarahan hebat Soegeng, 2006. Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet untuk menegakkan Universitas Sumatera Utara diagnosis klinis DBD, WHO 1886 menentukan beberapa patokan gejala klinis dan laboraratorium. a. Gejala Klinis 1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung 2 – 7 hari 2. Manifestasi perdarahan 3. Hepatomegali 4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun 20 mmHg atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah. Soegeng, 2006. b. Laboratorium 1. Trombositopenia dan respons leukosit Trombisitopenia dan hemokonsentrasi merupakan 2 keadaan yang hampir selalu muncul pada penyakit akibat infeksi virus dengue. Trombositopenia adalah keadaan dimana hitung trambosit darah tepi ditemukan sebesar = 100000mm disertai dengan gejala peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan hematokrit dan serum protein yang rendah. Pada pasien DBD hitung trambosit ditemukan rendah selama fase demam dan pada beberapa pasien ditemukan pada 2 hari atau lebih sebelum onset hipovelemik.trombositopenia juga ditemukan pada pasien anak tanpa disertai peningkatan hematokrit.dengan demikian trambositopenia merupakan test screening paling peka untuk DBD meskipun spesifitasnya belum diketahui. Jumlah trambosit meningkat dengan cepat selama fase penyumbuhan, mencapai 25 – 50 di atas normal. Trambositopenia pada pasien DBD Universitas Sumatera Utara diduga terjadi akibat penurunan produksi trambosit oleh sumsum tulang. Djunaedi,2006 Menurut Soegijanto tanda dan gejala klnik laboratorium yaitu : Trambositopeni 100.000 sel ml , Hemokonsentrasi kanaikan Ht 20 dibandingkan fase konvalesen Bila patokan hemokonsentrasi dan trambositopeni menurut kritia WHO dipakai secara murni, maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Untuk mengentisipasi ini kelompok kerja DBD sepakat jumlah trombosit 150.000 sel ml sebagai batas trambositopeni. 2. Diagnosis Laboratoris DBD a. Pemeriksaan Serologis didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. b. HI Hemaglutination Inhibition pemeriksaan HI dianggap sebagi tes standar gold standard. Namun pemeriksaan ini memrlukan 2 sampel darah serum dimana spimen kedua harus diambil pada fase konvalensen penyembuhan sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat. c. ELISA IgM IgG Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan menetukan rasio limit antibody dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibody dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan satu sampel darah serum saja yaitu darah akut sehingga hasil Universitas Sumatera Utara cepat di dapat saat ini tersedia Dengu Rapid Test dengan prinsip pemeriksaan ELISA. Deteksi Antigen, virus dengue atau bagiannay RNA dapat ditemukan dengan cara hibridisasi DNA-RNA dan amplikasi segmen tertentu dengan metode PCR polymerase chain reaction. Cara ini dapat mengetahui serotype virus, namun pemeriksaan ini cukup mahal, rumit dan membutuhkan peralatan khusus, biasanya digunakan untuk penelitian. Isolasi Virus, penemuan virus dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif untuk menunjukkan infeksi dengue dan seretopenya, namun perlu perlakuan khusus, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil, sulit dan mahal Depkes RI , 2005. Menurut WHO pentahapan demam berdarah dengue DBD diklasifikasikan menjadi empat tingkat keparahan, dimana derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi membedakan derajat I dan II DHF dari DF. a. Derajat I : Demam disertai dengan gejala konsititusional non-spesifik; satu- satunya maifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan atau mudah memar. b. Derajat II : Perdarahan spontan selain menifestasi pasien pada derjat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain. c. Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah. d. Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. Universitas Sumatera Utara

2.2. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue DBD