Faktor Agent Penyebab Faktor Environment Lingkungan

signifikansi epidemiologik dan observasi tersebut tetap dibuktikan, strain virus dengue dapat tumbuh dengan baik pada jaringan serangga dan sel mammalian setelah diadaptasikan WHO, 2005. Penting untuk mengenali beberapa aspek dasar intraksi virus-pejamu aspek- aspek tersebut meliputi : infeksi dengue tidak jarang menimbulkan kasus ringan pada anak, infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, yang interfeksi tersebut pada beberapa epidemik rasio kesakitan yang tampak akan tetapi beberapa stain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat, infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal yang parah begitu juga kasus peningkatan permeabilita pembuluh darah. Contoh tahun 1988 di Taiwan, banyak orang dewasa yang mengalami perdarahan yang berat yang dihubungkan dengan DEN-1 WHO,2005.

2.3.2. Faktor Agent Penyebab

Agent penyebab penyakit DBD adalah virus dengue, virus ini adalah anggota dari Group B arbovirus, yaitu arthropod- borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda, virus ini termaksud genus flavivirus. David bylon 1779 melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia disebabkan oleh tiga factor utama, yaitu virus, manusia dan nyamuk Widoyona, 2008. Sejauh ini dikenal 4 jenis virus dengue 4 serotipe virus dengue, yaitu virus dengan tipe 1 DEN-1, virus dengue tipe 2 DEN-2, virus dengue tipe 3 DEN-3, Universitas Sumatera Utara virus dengue tipe 4 DEN-4. virus dengue ditemukan tetap intact setelah dilakukan sentrifuse dalam medium sucrose maupun oxide-sucrose selain itu, virus dengue dapat disimpan dalam temperature -70°C malalui pembekuan kering freeze-drying. Djunaedi, 2006.

2.3.3. Faktor Environment Lingkungan

Ae.aegypti tersebar luas di wilayh tropis dan suptropis, dan terutama disebagian besar wilayah perkotaan. Penyebaran Ae. Aegyti di pedesaan akhir-akhir ini relative sering terjadi yang dikaitkan dengan pembangunan system persedian air pedesaan dan perbaikan system tranportasi. Pada Negara Asia Tenggara yang curah hujannya melebihi 200 cm per tahun, dan di temukan di daerah pekotaan, pingiran kota, dan daerah pedesaan. Karena kebiasaan penyimpanan air secara tradisional di Indonesia, Myanmar, dan Thailand, kepadatan nyamuk mungkin lebih tinggi di daerah pinggiran kota daripada di daerah perkotaan WHO, 2005. Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di negara-negara yang terletak antara 35 ⁰ lintang selatan pada temperature udara paling rendah sekitar 10 ⁰C. Pada musim panas spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut. Biasanya spesies ini tidak ditemukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000m di atas permukaan laut.dengan ciri highly anthropophilic dan kebiasaan hidup di dekat manusia Aedes Aegypti dewasa menyukai tempat yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat beristirahtnya Djunaedi, 2006. Universitas Sumatera Utara Menyimpan air dalam berbagai jenis wadah hal ini akan memperbanyak tempat perkembangan nyamuk Ae.Aegypti, sebagian wadah yang digunakan memiliki ukuran yang besar dan berat dan tidak mudah untuk dibuang atau dibersihkan, di daerah pedesaan sumur tidak terpakai dan tidak tercemar akan menjadi tempat perkembangan Ae.Aegypti dan dapat sebagai tempat habitat larva yang paling produktif. Pot bunga, Vas bunga dan jebakan semut merupakan tempat utama perkembangbiakan Ae.Aegypti WHO, 2005. Di Asia Tenggara epidemik DBD terutama terjadi pada musim penghujan. Di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippnes epidemi, DBD terjadi beberapa minggu setelah datangnya musim penghujan. Epidemi mencapai angka tertinggi pada sebulan setelah curah hujan mencapai puncak tertinggi untuk kemudian menurun sejalan dengan menurunnya curah hujan. Periode epidemik yang terutama berlangsung selama musim penghujan erat kaitannya dengan kelembaban tinggi pada musim penghujan yang memberikan lingkungan optimal bagi masa inkubasi dan peningkatan aktivitas vector itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD umumnya sejalan dengan pola musim penghujan Djunaedi, 2006.

2.4. Vektor Penyakit DBD