39
yang dipersiapkan maupun yang tidak disiapkan untuk suatu penelitian. Djamal 2015: 86 mengungkapkan bahwa dokumentasi dapat menjadi bukti pengujian
untuk data-data yang telah diperoleh. Dokumentasi juga merupakan sumber informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang digunakan oleh
peneliti yaitu anecdotal record yaitu agar setiap kegiatan yang dilakukan partisipan yang diamati dengan baik dan tidak ada yang terlewatkan. Dalam
metode anecdotal record, observer mencatat dengan teliti dan merekam prilaku- prilaku yang dianggap penting.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, kamera, alat tulis, dan perekam suara.
3.5 Instrumen Penelitian
Afrizal 2015 : 134 mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama pengumpulan data adalah manusia yaitu peneliti
sendiri atau orang lain yang membantu peneliti melakukan penelitian. Peneliti sebagai instrumen kunci mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi,
observasi perilaku, atau wawancara dengan para partisipan. Peneliti memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pengumpulan data, sehingga seakan-akan
peneliti menjadi instrumen tunggal dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus dapat beradaptasi dengan perubahan fenomena yang
terjadi di lapangan dan memiliki kemampuan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan informan, sehingga dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Moleong 1989 : 21 mengemukakan bahwa pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat
pengumpulan data. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif peneliti berperan
40
sebagai instrument itu sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti akan membahas latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan dan pengalaman
berdinamika yang mempengaruhi cara pandang peneliti dalam menganalisis data. Sejak kelas I SD peneliti sudah tidak menyukai pelajaran matematika
disebabkan karena guru yang galak, suka mencubit dan hampir setiap hari mempelajari matematika. Sejak kelas I SD, peneliti sudah mendengar dari guru,
bahwa pelajaran matematika itu adalah pelajaran yang utama dan sangat penting. Jika tidak bisa belajar matematika, maka akan dianggap bodoh dan tidak bisa naik
kelas. Hal itulah yang menyebabkan peneliti selalu merasa pusing setiap belajar matematika. Peneliti tidak pernah lupa saat peneliti diminta untuk membawa lidi
dari rumah sebanyak 3 batang dan ternyata lidi tersebut digunakan memukul betis peneliti ketika tidak bisa mengerjakan soal.
Pengalaman diatas membuat peneliti membenci matematika. Tapi, karena matematika merupakan pelajaran yang utama, peneliti selalu berusaha untuk
belajar di rumah. Ketika peneliti duduk di kelas III SD, setiap hari guru matematika selalu memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan perkalian.
Jika tidak bisa menjawab dengan benar, peneliti tidak bisa masuk ke dalam kelas. Peneliti harus menanggung malu dengan teman-teman. Setiap menerima hasil
raport, nilai matematika selalu memperoleh hasil yang paling rendah. Setelah duduk dibangku SMP, pandangan peneliti terhadap pelajaran
matematika tidak berubah. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit, membuat kepala pusing dan otak panas. Setiap hari selalu ada pelajaran
matematika. Peneliti pernah bolos sebanyak dua kali karena ada PR yang tidak dikerjakan. Guru matematika juga tidak jauh berbeda ketika duduk di bangku SD;
41
galak, suka mencubit dan jarang tersenyum. Hal ini membuat peneliti semakin tidak menyukai pelajaran matematika. Matematika menjadi momok bagi peneliti.
Setiap berhadapan dengan pelajaran matematika, peneliti merasa cemas. Kecemasan yang dirasakan oleh peneliti ditandai dengan telapak tangan
berkeringat, jantung berdebar-debar, kepala pusing, bibir pucat dan kerongkongan terasa kering. Kecemasan yang dialami oleh peneliti menimbulkan peneliti
semakin membenci matematika. Peneliti merasa cemas karena dihantui pengalaman yang sudah lewat. Jika dihadapkan dengan pelajaran matematika,
yang teringat adalah guru yang galak, suka mencubit dan materi yang sulit. Peneliti merasakan kecemasan ini hingga perguruan tinggi. Semester I hingga
semester IV peneliti dihadapkan pada mata kuliah matematika dan hasilnya juga tidak memuaskan.
Selama mengikuti perkuliahan tujuh semester, peneliti dilatih untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang handal melalui kegiatan-kegiatan dari
program studi. Semester I peneliti mengikuti KMD Kursus Mahir Dasar yang melatih peneliti untuk bisa mendampingi siswa SD dalam pelaksanaan pramuka.
Semester dua, peneliti terjun ke sekolah untuk melaksanakan kegiatan pramuka. Semester tiga peneliti melakukan bimbingan belajar untuk mendampingi siswa
yang kurang mampu dalam belajar. Pada kegiatan bimbel ini, peneliti menemukan bahwa banyak siswa yang mengikuti program bimbingan belajar ini karena lemah
dalam belajar matematika. Selanjutnya semester IV peneliti melaksanakan kegiatan bimbel II yang merupakan lanjutan dari bimbel I. Dalam bimbingan ini
yang didampingi adalah kelas atas. Dalam kegiatan ini juga, peneliti menemukan banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
42
Semester V peneliti diberi kesempatan untuk mengalami langsung menjadi seorang guru melalui Program Pengakraban Lingkungan I Probaling. Selama
melaksanakan kegiatan Probaling I ini, peneliti juga menemukan banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Hampir di setiap kelas terdapat siswa
yang tidak menyukai pelajaran matematika. Semester VI peneliti melanjutkan kegiatan magang Kepala Sekolah. Dalam kegiatan ini, peneliti belajar
administrasi dari Kepala Sekolah. Ketika peneliti melaksanakan kegiatan ini, peneliti juga memeriksa berkas hasil Ujian Nasional yang sudah lewat.
Dari berkas tersebut, peneliti melihat bahwa dari seluruh mata pelajaran yang dimasukkan ke dalam UN hasil belajar matematika memperoleh nilai yang
paling rendah. Semester VII, peneliti melaksanakan kegiatan PPL. Kegiatan PPL ini memberikan pengalaman yang menarik. Dalam kegiatan ini, peneliti belajar
menjadi guru yang sesungguhnya. Setiap hari pergi ke sekolah dan mengikuti semua aturan yang ada di sekolah. Selama melaksanakan kegiatan PPL ini,
peneliti juga menemukan banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Peneliti mencari informasi dari siswa apa yang menjadi penyebab
tidak menyukai pelajaran matematika. Berbagai pendapat diutarakan. Ada yang tidak suka karena harus berpikir keras, matematika membuat kepala pusing,
matematika sulit,ada yang tidak suka karena merasa bosan. Dengan adanya pengalaman yang kurang mengenakkan dengan pelajaran
matematika membuat peneliti tertarik untuk mendalami sekaligus untuk menemukan apa yang menyebabkan Ian cemas belajar matematika. Berikut
gambar alur instrument penelitian.
43
Gambar 3.2. Tabel Alur instrument penelitian
No Partisipan
Aspek yang
diteliti Teknik
pengumpulan data
Sumber Data
1. Anak
yang mengalami
kecemasan dalam belajar
matematika Faktor-faktor
yang menyebabkan
Ian mengalami kecemasan
dalam belajar
matematika Wawancara
mendalam dan
observasi Anak
yang mengalami
kecemasan dalam belajar
matematika
2. Guru
matematika kelas V
Faktor-faktor yang
menyebabkan Ian mengalami
kecemasan dalam
belajar matematika
Wawancara mendalam
Guru matematika kelas V
3. Guru kelas V
Faktor-faktor yang
menyebabkan Ian mengalami
kecemasan Wawancara
mendalam Guru kelas V
44
dalam belajar
matematika 4.
Guru matematika
kelas III Faktor-faktor
yang menyebabkan
Ian mengalami kecemasan
dalam belajar
matematika Wawancara
mendalam Guru matematika
kelas III
4. Orangtua
partisipan Cara belajar Ian
di rumah
khususnya belajar
matematika Wawancara
mendalam Orangtua
anak yang mengalami
kecemasan dalam belajar matetika
45
3.6 Teknik Keabsahan data