Deskripsi Informan Penelitian Latar belakang Informan IV

72 cukup tinggi. Beliau menambahkan bahwa hal itu tidak baik untuk perkembangan Ian. Menurut penuturan Ibu Sri, beliau juga kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan kepada orangtua Ian “gimana ya suster,,,serba salah, nanti kita sampaikan takut tersinggung, ya sudahlah yang penting kita dampingi Ian dengan baik, kita ajari sekuat tenaga kita,,heheheh ”.

4.1.8 Deskripsi Informan Penelitian Latar belakang Informan IV

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan ke tiga adalah Ibu Arum pseudonyum yang merupakan ibu dari partisipan. Ibu Arum lahir di Surabaya pada tanggal 17 Mei 1983. Ibu Arum berprofesi sebagai seorang dosen di salah satu perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Peneliti melaksanakan wawancara di rumah Ibu Arum. Dalam pelaksanaan wawancara bersama dengan Ibu Arum, kesabaran peneliti sungguh diuji. Selama tiga jam peneliti menunggu kedatangan Ibu Arum di rumahnya, karena Ibu Arum sedang ada rapat. Wawancara dengan orangtua partisipan dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2017, pukul 14.30-14.45 di rumahnya. Wawancara ini sangat berjalan dengan baik, karena kedua orangtua Ian ikut hadir pada wawancara tersebut, walaupun hanya Bu Arum yang memberikan keterangan. Pak Suyud dan Bu Arum, sangat ramah menyambut peneliti dan menyajikan makanan siang untuk peneliti. Wawancara pada umumnya berjalan dengan lancar, walaupun terkadang wawancara harus kami hentikan karena ada pesawat bolak-balik melintas di lokasi rumah informan. Penyebab Kecemasan Matematika Menurut penuturan Ibu Arum, Ian seorang anak yang penurut. Selain itu juga Ian seorang anak yang pendiam. Setiap hari Ibu Arum mendampingi Ian 73 belajar di rumah. Selama ini Ibu Arum belum mengetahui pelajaran apa yang menjadi kesukaan dari Ian. Ibu Arun mengungkapkan “jika saya perhatikan nilai rapotnya selama ini, tidak ada mata pelajaran yang paling menonjol. Semuanya biasa-biasa saja. Tapi untuk matematika memang lebih rendah dibanding mata pelajaran yang lain meskipun tidak berada di bawah KKM ”. Menurut Ibu Arum, selama ini kesulitan yang dihadapi dalam mendampingi Ian belajar di rumah adalah pelajaran matematika. Ibu Arun mengakui bahwa dalam mendampingi Ian belajar di rumah, kerap kali Ibu Arum marah dan bahkan tidak jarang memberikan cubitan. “Biasanya kalau sudah ada PR matematika, Ian sudah siapkan buku di atas meja sebelum saya menany akan”. Ibu Arum mengakui bahwa dari seluruh mata pelajaran yang paling mengkhawatirkan adalah pelajaran matematika. Ibu Arum menjelaskan bahwa dalam pelajaran matematika, Ian sering mengeluh karena materinya sulit. Menurut penuturan Ibu Arum, jika Ian diminta untuk belajar matematika, biasanya akan banyak alasan, termasuk alasan sakit perut. Begini penuturan Ibu Arum, “terkadang saya berpikir, jangan-jangan Ian ini merasa stress karena saya terlalu memaksa untuk belajar matematika, karena beberapa kali saya paksa dia untuk belajar matematika, Ian sampai muntah-muntah. Tapi mau gimana lagi, kalau gak dibuat gitu ya tidak berkembang”. Menurut Ibu Arum, Ian adalah pribadi yang terbuka termasuk dalam menceritakan kesulitan belajar yang dialaminya. Kesulitan yang dialami oleh Ian diutarakan kepada ibunya. Jika ibunya tidak memahami materi, ibu Arum akan merekomendasikan Ian belajar sama Bu Le yang tinggal dekat rumah mereka yang juga guru matematika di salah satu sekolah negeri. Tidak sampai disini 74 usaha Ibu Arum untuk membantu Ian dalam belajar matematika. Ibu Arum juga mendaftarkan Ian di Kumon khusus belajar matematika. Berulangkali Ian mengungkapkan bahwa Ian tidak senang belajar matematika. Namun Ibu Arum selalu meyakinkan Ian bahwa pelajaran matematika itu sangat penting. Lebih lanjut Ibu Arum menceriterakan, bahwa meskipun Ian merasa terpaksa mengikuti les, Ian tetap bisa mengikuti les dan menunjukkan hasil yang baik. Khusus untuk belajar matematika, Ibu Arum mengakui lebih memberi perhatian. Menurut cerita dari Ibu Arum, tahun yang lalu ada tetangga tidak lulus SMA karena nilai matematikanya rendah. Hal ini membuat Ibu Arum harus memaksa Ian untuk ikut les di kumon meskipun dia tahu Ian tidak menyukainya. “Saya tahu Ian itu tidak suka belajar matematika, hehehe,,makanya saya minta dia untuk ikut les di kumon”. Ibu Arum mengungkapkan kepada peneliti bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Beliau mengungkapkan bahwa untuk saat ini, Ian belum bisa melihat hasil dari usaha ibunya untuk dia, tapi suatu hari nanti Ian akan mengakuinya dan bersyukur. Ibu Arum juga menceritakan kepada peneliti, bahwa sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang disukainya. Nilai Bu Arum tidak pernah dibawah KKM. Menurut beliau hal inilah juga yang membuat Ibu Arum mencari segala cara supaya Ian juga bisa berprestasi dalam belajar matematika. Ibu Arum mengatakan bahwa semasa sekolah dulu, Ibu Arum beberapa kali mengikuti pertandingan di bisang sains matematika. Peneliti juga menanyakan kepada Ibu Arun tentang lingkungan tempat tinggal Ian. “Ian seorang anak yang pendiam, selama ini saya perhatikan Ian 75 jarang keluar dari rumah. Biasanya Ian tinggal di rumah, menonton TV, main game, atau pergi naik sepeda sendirian”. Menurut penuturan Ibu Arun, Ian cepat merasa bosan bila belajar. Berbagai alasan akan diungkapkan jika Ian sudah mengalami rasa bosan. Selain rasa bosan, Ian juga kurang fokus dalam belajar. “Selama ini yang saya lihat, sebenarnya Ian itu bisa, hanya saja kurang fokus, konsentrasinya cepat buyar kalau sudah ada hal yang mengganggu, contohnya jika pesawat lewat, Ian sudah tidak akan bisa lagi fokus mengerjakan tugasnya ”. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada Ibu Arum, pribadi Ian yang kurang fokus apakah hanya berlaku dalam pelajaran matematika saja atau untuk pelajaran yang lain juga. Ibu Arum mengungkapkan “yang saya perhatikan selama ini, Ian ini memang kurang fokus bukan hanya pada saat pelajaran matematika saja, akan tetapi untuk pelajaran yang lain juga, namun yang saya lihat, porsi kurang fokus itu lebih besar pada saat belajar matematika ”. Menurut penjelasan Ibu Arum, Ian kurang fokus saat belajar matematika dikarenakan adanya kecemasan. Saat Ian belajar matematika dan ada yang mengganggu konsentrasinya, yang ada dalam bayangan Ian kegagalan dalam belajar matematika. Hal ini juga senada dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika belajar matematika di dalam kelas. Rasa bosan itu juga terlihat selama peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Arum. Berulangkali Ian keluar masuk dan tidak tahu apa yang dilakukannya. Pak Suyud yang juga ada bersama kami menegur Ian supaya duduk tenang, namun hal itu hanya bertahan sebentar. Ibu Arum juga mengungkapkan bahwa dalam diri Ian belum ada motivasi. “saya melihat Ian ini kurang ada motivasi, kalau tidak disuruh belajar maka dia 76 tidak akan belajar”. Menurut penuturan Ibu Arum, Ian termasuk anak yang manja karena Ian anak yang paling kecil. Ibu Arum menambahkan “tapi, saya heran juga ya,,,kenapa nilai-nilainya bisa bagus, ini yang menjadi pertanyaan untuk saya”. Peneliti bertanya kepada Ibu Arum usaha yang dilakukan untuk mendampingi Ian belajar khususnya belajar matematika. “Sebenarnya saya juga bingung harus menggunakan strategi apa, yah,,,yang saya lakukan hanya memberikan motivasi aja, bahwa belajar itu san gat penting”. Setiap hari Ibu Arum selalu memberi nasihat kepada Ian bahwa belajar itu sangat penting. Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti tidak mengalami kesulitan bertanya kepada informan karena profesi beliau serang dosen, sehingga sangat paham dengan maksud peneliti. Peneliti menanyakan kepada Ibu Arum tentang apa kemungkinan yang menyebabkan Ian mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Ibu Arum mencoba memberikan pendapatnya. Menurut Ibu Arum, faktor lingkungan bisa menjadi salah satu penyebabnya. ”Ya…saya itu memang harus paksa dia belajar, kalau tidak ya…dia juga gak akan pegang bukunya”. Ibu Arum menambahkan “saya juga sering bilang ke dia, kalau kamu gak bisa matematika ya gak lulus ”. Menurut penuturan Ibu Arum, jika beliau sudah mengatakan demikian, biasanya Ian akan kelihatan serius. Ibu Arum juga menambahkan “mungkin guru juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi untuk hal ini ”. Peneliti mencoba menggali lebih dalam lagi tentang pendapat Ibu Arum di a tas. Beliau mengungkapkan “yah,,,saya juga seorang guru, hanya bedanya yang saya ajari mahasiswa, memang beda cara pendampingannya, kalau di SD itu butuh metode yang lebih banyak dan strategi juga harus dikuasai ”. 77 Pendapat yang diutarakan oleh Ibu Arum menarik perhatian peneliti untuk menggali lebih dalam lagi tentang peran guru matematika. Peneliti mencoba bertanya kepada Ibu Arum bagaimana selama ini beliau memandang guru matematika Ian . “saya melihat sih sudah bagus, hanya mungkin masih perlu melakukan pendekatan ”. Ibu Arum juga menambahkan “saya rasa guru yang dulu dengan yang sekarang sudah jauh berbeda, zaman saya dulu metode yang dipakai itu-itu saja, sekarang mungkin sudah lebih variatif. Ibu Arum menambahkan terkadang beliau juga bertanya kepada Ian tentang guru matematikanya, dan jawaban Ian membuat beliau untuk tidak bertanya lebih banyak lagi. “biasanya kalau saya tanya, Ian guru matematikamu mau gak ngajari kalau kamu tanya, biasanya jawabannya kadang mau, kadang gak ”. Peneliti jugaa bertanya lebih kepada Ibu Arum terkait dengan punishment ataupun reward yang diberikan kepada Ian. Ibu Arum mengatakan “sebagai orangtua, yahhh,,kita berusahalah supaya anak kita ini jadi orang, biasanya punishment yang saya berikan yaitu tidak bisa main game, kalau tugasnya belum selesai ”. Peneliti bertanya kepada Ibu Arum apakah punishment tersebut hanya berlaku untuk pelajaran matematika. Ibu Arum mengatakan hal tersebut tidak hanya untuk pelajaran matematika, melainkan untuk pelajaran yang lain juga. Sebaliknya reward yang diberikan oleh Ibu Arum jika Ian memperoleh nilai yang bagus yaitu membawa jalan-jalan ke mall atau ke waterpark. Ibu Arum menambahkan, posisi Ian sebagai anak yang paling kecil di rumah, membuat dia terkadang manja. “Jika disuruh belajar biasanya Ian ini ngeyel”. Peneliti juga bertanya kepada Ibu Arum dengan prestasi yang diperoleh Ian yang tidak mengecewakan. Peneliti memberitahukan kepada Ibu Arum bahwa 78 Ian termasuk siswa yang berprestasi di dalam kelas termasuk dalam pelajaran matematika, meskipun menurut pengakuan Ian, dia mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Ibu Arum mengatakan, “saya juga jadi heran, kenapa bisa. Kalau begitu, bagus jugalah kalau Ian ini cemas, heheheheh ”. Ibu Arum menambahkan jangan-jangan kecemasan yang dialami oleh Ian selama ini berdampak bagi kesehatannya. “Selama ini saya perhatikan, kalau saya paksa dia belajar matematika, Ian ini sering bilang mau kencinglah, sakit perutlah”. Ibu Arum menambahkan, bahwa jika Ian sudah bertingkah demikian, Ibu Arum berpandangan bahwa Ian hanya cari alasan saja supaya tidak belajar.

4.2. Pembahasan