Deskripsi Informan Penelitian Latar belakang Informan I

58 biasanya teman-temannya berteriak dan berebutan unjuk jari untuk menggantikannya mengerjakan di papan tulis. Peneliti bertanya kepada Ian sudah berapa kali hal yang demikian dialami, dan Ian menjawab baru sekali. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, Ian memiliki standard nilai dalam matematika. Ian akan merasa kecewa jika nilai yang diperolehnya di bawah KKM. Selain itu , ibu Ian juga selalu mengharapkan agar nilai Ian selalu bagus. “Kalau saya memperoleh nilai yang rendah biasanya Ibu marah ”. Ian juga menambahkan, jika Ian maju ke depan kelas bayangan diteriaki selalu menghantuinya. Hal itu juga yang membuat Ian semakin tekun belajar. “Hmmm..kalau belajar matematika saya ingat teman saya yang dulu mengejek saya, makanya saya belajar lagi”.

4.1.5 Deskripsi Informan Penelitian Latar belakang Informan I

Dalam penelitian ini yang menjadi informan I adalah Pak Martin pseudonyum. Pak Martin adalah guru kelas Ian. Peneliti melakukan wawancara terhadap Pak Martin pada tanggal 13 Maret 2017. Wawancara ini berlangsung hanya sebentar saja, selama 11 menit saat jam istirahat I. Selain guru kelas, Pak Martin juga mengajar bidang studi Bahasa Indonesia di kelas IV sampai kelas VI. Saat ini Pak Martin berusia 29 tahun. Beliau merupakan lulusan dari salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta. Pak Martin lahir di Klaten pada tanggal 21 Februari 1988 dan saat ini tinggal di daerah Kalasan, Yogyakarta. Setelah Pak Martin lulus pada tahun 2014 dan mulai mengajar di SD Maju pada tahun 2005. SD Maju merupakan sekolah pertama tempat Pak Martin mengajar setelah lulus dari bangku kuliah. Pak Martin dalam penelitian ini tidak terlalu banyak 59 memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Beliau mengakui bahwa yang lebih banyak tahu tentang kecemasan siswa terhadap maetmatika adalah guru matematika kelas V. Pak Martin merekomendasikan lima nama anak yang menurut pengamatannya mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Dari nama-nama yang diberikan oleh Pak Martin, peneliti memilih seorang siswa. Namun setelah peneliti melakukan wawancara dengan siswa yang direkomendasikan ternyata tidak mengalami kecemasan terhadap matematika. Pak Martin tidak merekomendasikan Ian karena menurut pengamatan beliau Ian tidak memiliki kecemasan terhadap matematika. Hal ini juga yang membuat peneliti semakin tertarik melakukan penelitian ini, karena guru Ian sendiri tidak mengetahui kalau Ian mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Penyebab Kecemasan Matematika Peneliti melakukan wawancara singkat dengan Pak Martin sehubungan dengan pandangannya terhadap kecemasan matematika yang dialami oleh Ian. Peneliti juga menyampaikan bahwa ada istilah yang telah umum dipakai di dunia pendidikan untuk menyebutkan segala kecemasan dan ketakutan matematika dengan segala indikator-indikatornya, yaitu kecemasan matematika mathematic anxiety. Pak Martin memberikan sedikit tanggapan tentang istilah mathematic anxiety. Beliau menyampaikan “di dunia pendidikan istilah kecemasan hanya digunakan untuk pelajaran matematika saja. Belum pernah terdengar ada kecemasan terhadap pelajaran Bahasa, kecemasan terhadap pelajaran IPA. Penelitian ini memang cukup menarik untuk di dalami. Pandangan orang terhadap matematika selama ini sudah tertanam dalam konsep siswa bahwa matematika itu pelajaran yang sulit. Dan tidak jauh berbeda dengan pengalaman 60 saya sendiri”. Beliau menjelaskan bahwa karena tes matematika beliau tidak jadi masuk seleksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Untuk seleksi yang lain beliau bisa lolos, tapi saat tes matematika beliau tidak bisa lulus. “Sejak duduk di bangku SD saya sudah tidak suka belajar matematika karena ditambah lagi guru matematika yang galak .” Pak Martin menceritakan pengalamannya sambil tertawa. Peneliti bertanya kepada Pak Martin tentang partisipan yang menurut hasil observasi dan juga berdasarkan wawancara mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Beliau mengatakan “saya agak bingung, karena selama ini saya perhatikan dia termasuk siswa yang cerdas, ”. Pak Martin juga menambahkan “kita bisa lihat didaftar nilai ini, hampir di semua mata pelajaran nilai Ian bagus, tapi kog bisa ya mengalami kecemasan ”. Peneliti menanyakan kepada Pak Martin tentang pandangannya terhadap siswa yang mengalami kecemasan matematika. Beliau mengatakan bahwa “menurut pemahaman saya selama ini, siswa yang mengalami kecemasan matematika itu adalah mereka yang mendapat nilai yang rendah ”. Dari hasil observasi maupun dari hasil wawancara terhadap partisipan, peneliti bertanya tentang penyebab Ian mengalami kecemasan dalam matematika “menurut saya faktor orangtua sangat berpengaruh”. Beliau juga menambahkan “nanti bisa ditanya lagi lebih dalam sama guru matematikanya, tapi guru matematika juga saya rasa berpengaruh terhadap kecemasan matematika yang dialami Ian ini, tapi guru matematikanya gak galak loh, heheheh ”. Pak Martin menambahkan bahwa Ian ini adalah sosok yang pendiam, hampir tidak pernah mendapat teguran, di dalam kelas tidak pernah ribut, selalu mengerjakan tugas- 61 tugas yang diberikan. Pak Martin mengatakan “hal ini juga menjadi perhatian bagi saya ”. Pak Martin mengatakan bahwa beliau sangat kenal dengan orangtua Ian karena kebetulan ayah Ian seorang wiraswasta yang menyewakan tenda yang sering dipakai oleh se kolah. “jangan-jangan Ian ini dipaksa belajar sama orangtuanya, saya tahu ibu Ian juga seorang dosen di fakultas ekonomi, kan berhubungan sama yang namanya matematika, siapa tahu aja Ian juga dipaksa harus bisa matematika hehehehhe ”. Pak Martin mengatakan bahwa biasanya orangtua selalu mengharapkan lebih dari seorang anak, maksudnya jika orangtuanya pintar matematika, orangtua mengharapkan anaknya lebih pintar daripada mereka. Peneliti juga memperoleh informasi dari Pak Martin bahwa di semua mata pelajaran Ian selalu memperoleh hasil yang memuaskan. Menurut penuturan Pak Martin pribadi Ian yang pendiam dan juga pemalu membuat Pak Martin kesulitan untuk melakukan pendekatan dengan Ian. “Ian ini orangnya pendiam dan pemalu juga, kalau kita tanya jawabannya singkat-singkat saja, jadi saya tidak tahu apa yang menjadi kesulitannya, tapi sejauh yang saya perhatikan, Ian ini sosok yang dewasa, maksudnya dia tahu apa yang kita mau”. Pak Martin mengatakan “biasanya kalau di dalam kelas, sudah rame kelasnya, dia hanya diam saja, dan hanya memperhatikan kita. Nanti yang pertama dia tegur adalah teman sebangkunya yang kebetulan agak suka ribut ”. Menurut Pak Martin, kecemasan matematika yang dialami oleh Ian ini cukup menarik untuk diteliti. 62

4.1.6 Deskripsi Informan Penelitian Latar belakang Informan II