78
Ian termasuk siswa yang berprestasi di dalam kelas termasuk dalam pelajaran matematika, meskipun menurut pengakuan Ian, dia mengalami kecemasan dalam
belajar matematika. Ibu Arum mengatakan, “saya juga jadi heran, kenapa bisa.
Kalau begitu, bagus jugalah kalau Ian ini cemas, heheheheh ”. Ibu Arum
menambahkan jangan-jangan kecemasan yang dialami oleh Ian selama ini berdampak bagi kesehatannya.
“Selama ini saya perhatikan, kalau saya paksa dia belajar matematika, Ian ini sering bilang mau kencinglah, sakit perutlah”. Ibu
Arum menambahkan, bahwa jika Ian sudah bertingkah demikian, Ibu Arum berpandangan bahwa Ian hanya cari alasan saja supaya tidak belajar.
4.2. Pembahasan
Peneliti melaksanakan penelitian terhadap siswa kelas V, yakni tentang kecemasan yang terjadi pada diri Ian terhadap pelajaran matematika. Selama
kurang lebih empat bulan peneliti melakukan observasi di sekolah. Penelitian ini diawali pada bulan Desember 2016 dan berakhir bulan Maret 2017.
Kecemasan matematika math anxiety berdasar dari pelajaran umum tentang kecemasan psikologi. Durand Barlow 2006: 158 menyebutkan bahwa
kecemasan adalah keadaan suasana perasaan mood yang ditandai oleh gejala- gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan.
Supratiknya 1995 : 39, menyampaikan bahwa ada tiga aspek yang menjadi indikator adanya kecemasan dalam diri siswa: Aspek fisik sulit bernapas, jantung
berdebar keras, dan pusing, ada gangguan pencernaan, gangguan tidur, gangguan makan dan ekspresi wajah, Aspek mental terjadi baik secara afektif maupun
kognitif, Aspek perilaku menghindar, melekat dan dependen, terguncang serta
79
melakukan gerakan-gerakan neurotik. Kecemasan yang dialami oleh Ian ditandai juga dengan ketegangan fisik seperti, membolak balik buku catatan dan buku
paket saat guru meminta Ian mengerjakan soal, sering meminta izin kepada guru untuk minum dengan alasan tenggorokan kering, dan menolak untuk mengerjakan
soal di papan tulis dengan alasan belum selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, dan suara Ian terdengar bergetar dan bibir kelihatan pucat. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan terhadap Ian, ada dua faktor yang menyebabkan Ian mengalami kecemasan dalam belajar matematika yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor kepribadian. Faktor lingkungan sosial antara lain dari orangtua, guru dan teman, faktor kepribadian yaitu kurang percaya diri dan kurang fokus.
Lingkungan sosial Ian menjadi salah satu penyebab munculnya kecemasan matematika yang dialami oleh Ian. Menurut informasi yang diperoleh oleh
peneliti, lingkungan kelas yang sempit membuat Ian tidak bisa fokus dalam belajar matematika. Adanya suara yang ribut juga ternyata mengganggu bagi Ian.
Hal inilah yang menyebabkan Ian menunjukkan beberapa perilaku, seperti memukul-mukul meja dengan menggunakan pulpennya, menutup telinga dengan
telapak tangan saat sudah mulai ribut dan sering menengadah ke atas. Hal tersebut dilakukan oleh Ian untuk mengurangi ketegangan yang dialaminya. “Kadang-
kadang mukul meja karena suka aja, daripada dengar suara berisik ”. Ian juga
menambahkan bahwa suara yang ribut dapat mengganggu konsentrasi belajarnya. Hal ini diungkapkan oleh Ian,
“Kalau sedang belajar di dalam kelas, suasana rame, teman-teman banyak yang mengobrol membuat saya sulit untuk
berkonsentrasi ”. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Kos guru matematika
Ian. Menurut pengamatan beliau, Ian kerap terlihat memukul-mukul meja dengan
80
menggunakan pulpen, dan bahkan memasukkan pulpen tersebut ke dalam mulut. Ibu Arum juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Ian dan juga Pak Kos.
Tindakan yang ditunjukkan oleh Ian merupakan satu cara yang Ian temukan untuk menghilangkan kecemasan yang Ian miliki. Tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh Ian ini merupakan ciri-ciri kognitif dari kecemasan yang diungkapkan oleh Nevid, dkk 2005 : 164 yaitu orang yang mengalami kecemasan akan sulit untuk
berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran. Selain lingkungan kelas, kehadiran orangtua juga menjadi kontribusi yang
paling besar bagi kecemasan matematika yang dialami oleh Ian. Menurut pengakuan Ian, orangtua Ian yang dalam hal ini adalah Ibu menanamkan satu
pemikiran dalam diri Ian bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sangat penting. Hal ini terbukti dari sikap Ibu Arum jika Ian memperoleh hasil di bawah
KKM “Kalau saya memperoleh nilai yang rendah biasanya Ibu marah”.
Ungkapan dari Ian juga dibenarkan o leh Ibu Arum “saya juga sering bilang ke
dia, kalau kamu gak bisa matematika ya gak lulus”. Ungkapan tidak lulus jika tidak bisa matematika menjadi ancaman bagi Ian yang mengakibatkan timbulnya
kecemasan dalam dirinya. Meskipun Ian tergolong cerdas di kelasnya, namun menurut pengakuannya kepada peneliti, matematika merupakan salah satu
pelajaran yang tidak disukainya. Ian mengatakan bahwa matematika itu membuat kepala pusing. Namun, adanya tekanan dari orangtua membuat Ian selalu
berusaha untuk bisa mengikuti pelajaran matematika. Tingginya harapan orangtua Ian terhadap kemampuan matematika Ian juga
diungkapkan oleh guru matematika Ian. Pak Kos mengatakan demikian ““Menurut saya, ada kemungkinan Ian mempelajari matematika karena desakan
81
dan tuntutan orangtua. Ayah Ian seorang wiraswasta yaitu menyewakan peralatan pesta yang hampir setiap hari dihadapkan pada hitung-
hitungan”. Ketika orangtua memaksa anak untuk memperoleh hasil belajar seperti yang
diinginkan, hal inilah menjadi salah satu penyebab timbulnya kecemasan dalam diri anak. Hal yang sama juga dialami oleh Ian. Orangtua Ian yang setiap hari
bergelut dengan hitung-hitungan membuat mereka juga ingin menanamkan dalam diri Ian kemampuan matematika seperti yang mereka miliki. Akibatnya Ian tidak
mengalami kebebasan saat belajar. Orangtua Ian memaksa Ian untuk pandai dalam belajar matematika, karena matematika dipandang sebagai sebuah ilmu yang
memiliki nilai yang sangat tinggi. Adanya ungkapan dari Ibu Arum bahwa kalau tidak bisa matematika tidak akan lulus UN membuat Ian semakin cemas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Arum, peneliti memperoleh informasi bahwa prestasi yang dulu diperoleh Ibu Arum semasa sekolah ingin
juga diperoleh oleh Ian. Inilah salah satu sebab mengapa orangtua Ian selalu menganjurkan Ian bahkan boleh dikatakan memaksa Ian untuk bisa berprestasi
dalam belajar matematika. Tuntutan orangtua yang ingin anaknya berprestasi dalam belajar matematika menjadi satu beban bagi Ian yang menimbulkan
kecemasan pada diri Ian. Pada kasus Ian, kecemasan berubah menjadi pendorong untuk terus belajar sehingga bisa memperoleh hasil yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Ian, sistem punishment dan juga reward yang diterapkan oleh orangtua Ian membuat Ian merasa terpaksa
dalam belajar matematika. Ketika Ian dihadapkan pada mata pelajaran matematika, Ian terbayang akan punishment yang akan diterimanya jika dia tidak
bisa mengerjakan soal dan sebaliknya Ian terdorong juga untuk belajar lebih tekun
82
lagi dengan adanya reward. Menurut pengakuan Ian kepada peneliti, Ibu Arum terkadang memberi cubitan kepada Ian kalau Ian tidak bisa mengerjakan PR.
Punishment dan reward menjadi salah satu penyebab timbulnya kecemasan bagi Ian. Kecemasan tidak selalu dikaitkan dengan hal yang negatif seperti yang
diungkapkan oleh Freud 2002 : 432 bahwa biasanya orang akan cenderung menyimpulkan bahwa kecemasan tidak pernah bermanfaat.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ian, banyaknya waktu yang digunakan untuk belajar matematika membuat Ian merasa bosan dan bahkan
jenuh. Ian mengaku bahwa jumlah jam belajar matematika dengan jam belajar lainnya tidak seimbang. Bahkan menurut pengakuan Ian, jika ada ulangan
matematika, Ian akan bangun lebih awal di pagi hari untuk belajar. Selain mendapat pelajaran matematika di sekolah Ian juga harus mengikuti les di Kumon
dari Senin-Rabu. Pak Kos juga mengungkapkan hal yang sama ”. Ian hampir
setiap hari belajar matematika, di sekolah , di rumah dan di tempat les. Hal ini juga membuat Ian jenuh”. Ibu Arum juga membenarkan apa yang diungkapkan
oleh Pak Kos. “Saya tahu Ian itu tidak suka belajar matematika,
hehehe,,makanya saya minta dia untuk ikut les di kumon”. Dalam kasus Ian, orangtua jelas mengetahui bahwa Ian tidak menyukai pelajaran matematika.
Namun, adanya pandangan bahwa pelajaran matematika sangat penting dan menjadi tolak ukur dalam mengukur prestasi membuat Ibu Arum mendorong Ian
untuk bisa dalam matematika. Berdasarkan hasil penelitian, peran guru juga kemungkinan menjadi
penyebab terjadinya kecemasan matematika. Menurut Pak Martin guru berperan penting dalam kecemasan matematika yang dialami oleh Ian “guru matematika
83
juga saya rasa berpengaruh terhadap kecemasan matematika yang dialami Ian ini
”. Dari hasil penelitian ini, Ian tidak mengungkapkan bahwa guru matematikanya galak, akan tetapi ada tersirat makna dari ungkapan Ian ketika
peneliti bertanya kepada Ian mengenai guru matematika Ian. “hmmm,,,kalau aku
bertanya kepada guru, kadang pak guru menjawab, tapi kadang juga gak,,,”. Hal ini bertolak belakang
dengan pengakuan Pak Kos guru matematika Ian “Pribadi Ian yang pendiam tidak ditunjukkannya saat pembelajaran berlangsung. Ian
seorang siswa yang aktif bertanya jika tidak memahami materi termasuk matematika”. Ian mengungkapkan bahwa guru matematika terkadang menjawab
terkadang tidak menandakan bahwa Ian mungkin kurang puas dengan guru matematikanya. Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Ian juga
menyebutkan bahwa terkadang guru hanya memperhatikan orang yang dianggap mampu. Siswa yang cerdas dalam kelas menjadi tolak ukur dalam memberikan
materi kepada siswa, maksudnya dalam penyampaian materi, siswa yang ditanyakan sudah selesai, materipun bisa dilanjutkan. Dalam hal ini, Ian berusaha
untuk bisa mengikuti pembelajaran matematika supaya Ian tidak ketinggalan dari teman-temannya. Ian mengalami kecemasan ketika membayangkan guru yang
saat ditanya kadang menjawab dan kadang tidak menjawab. Dari hasil wawancara terhadap Pak Kos, beliau mengungkapkan bahwa Ian termasuk siswa yang aktif
dalam bertanya. Hal ini menarik untuk didalami karena menurut hasil observasi maupun pengakuan orang-orang yang ada di sekitar Ian, Ian termasuk pribadi
yang pendiam. Keaktifan Ian dalam bertanya berhubungan juga dengan tuntutan orangtua bahwa nilai Ian harus bagus, kalau tidak bagus dikenakan sanksi, dan
kalau bagus diberikan hadiah. Untuk menghindari hukuman Ian berusaha untuk
84
mendapat nilai yang baik dan sebaliknya untuk mendapatkan hadiah, Ian juga belajar dengan sungguh.
Selain lingkungan sosial, kepribadian yang dimiliki Ian memiliki menjadi penyebab munculnya kecemasan dalam diri Ian. Ada kemungkinan kepribadian
Ian berpengaruh terhadap lingkungan sosial Ian dan sebaliknya lingkungan sosial berpengaruh terhadap kepribadian Ian. Dari hasil observasi dan juga hasil
wawancara, Ian memiliki pribadi yang kurang percaya diri, dan kurang fokus. Kepribadian Ian yang kurang percaya diri terlihat ketika guru meminta Ian maju
ke depan kelas mengerjakan soal di papan tulis. Peneliti memperoleh informasi dari partisipan alasan mengapa Ian mengalami hal seperti sudah disebutkan di
atas. “Kalau guru meminta maju ke depan kelas saya malu, “Hmmm….saya takut
jawabanku salah ”. Dari jawaban ini Ian memiliki pribadi kurang percaya diri. Ian
kurang percaya diri untuk menuliskan apa yang diketahuinya. Pribadi kurang percaya diri yang dimiliki oleh Ian ini juga merupakan efek dari lingkungan
sosialnya dan dalam hal ini termasuk orangtua, guru dan teman Ian. Melalui wawancara yang sudah dilakukan peneliti dengan Ian, bahwa Ian pernah
digantikan oleh temannya mengerjakan soal di papan tulis ketika Ian tidak bisa mengerjakannya. Hal ini membuat Ian kurang percaya diri akan kemampuan yang
dimilikinya, meskipun Ian sudah mengerjakan dengan benar di buku catatannya, namun ketika diminta maju ke depan kelas, Ian kembali teringat akan
pengalamannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ian pengalaman itu hanya terjadi sekali, akan tetapi cukup membekas dalam diri Ian. Ketika diminta untuk
mengerjakan di papan tulis, kecemasan akan muncul dalam diri Ian, jangan- jangan pengalamannya yang dulu terulang kembali. Dalam situasi seperti ini,
85
kecemasan berfungsi sebagai alarm yang mengingatkan individu akan sesuatu bahaya yang akan terjadi.
Kenyon 1978:58 mengatakan bahwa ada beberapa orang yang karena kepribadiannya dan cara kepribadian terbentuk, cenderung orang yang kurang
percaya diri akan cepat merasa tegang, amat perasa dan mungkin sedikit kurang yakin akan kemampuan yang dimilikinya. Pendapat ini juga diperkuat oleh Pak
Martin selaku guru kelas Ian. Pak Martin mengatakan bahwa selain kurang percaya diri Ian juga memiliki pribadi yang pendiam dan juga pemalu. Apa yang
dikatakan oleh Pak Martin dibenarkan juga oleh Pak Kos guru matematika Ian. Pak Kos mengungkapkan bahwa pribadi Ian yang kurang percaya diri, pendiam
dan pemalu itu tidak ditunjukkan saat belajar matematika. Ian aktif bertanya jika ada materi yang kurang dipahami. Dari penjelasan ini, nampak bahwa kecemasan
yang dialami oleh Ian hanya pada saat diminta maju ke depan kelas. Ibu Arum juga selaku orangtua partisipan membenarkan apa yang disampaikan Pak Martin
dan Pak Kos, “Ian seorang anak yang pendiam, selama ini saya perhatikan Ian
jarang keluar dari rumah. Biasanya Ian tinggal di rumah, menonton TV, main game, atau pergi naik sepeda sendirian”.
Selain pribadi Ian yang kurang percaya diri, pendiam dan pemalu, Ian juga termasuk siswa yang kurang fokus dalam belajar. Ketidakfokusan Ian ditunjukkan
dengan sikap Ian jika ibunya mengajari Ian belajar matematika di rumah. Heuken 1981:108 menyatakan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan akan
diliputi perasaan tidak nyaman dan merasa tidak mampu. Berdasarkan hasil observasi maupun hasil wawancara, Ian menjadi tidak fokus apabila ada yang
mengganggu misalnya suara yang ribut. Dengan adanya suara ribut mengganggu
86
konsentrasi Ian dan hal ini lebih dirasakan pada saat belajar matematika. Dari penelitian yang dilakukan terhadap Ian, peneliti menemukan bahwa Ian berusaha
untuk fokus atau konsentrasi dalam belajar matematika supaya bisa mengikuti pelajaran dengan baik sehingga menghasilkan nilai yang baik. Jika konsentrasi Ian
sudah buyar, Ian mengalami kesulitan memecahkan soal yang diberikan kepadanya.
Kecemasan matematika yang dimiliki oleh Ian adalah rasa cemas yang ditunjukkan melalui usaha yang terus menerus mencari kepastian, apakah cara
yang digunakannya dalam menyelesaikan satu soal sudah tepat menurut guru. Ian menolak mengerjakan soal di papan tulis walaupun sesungguhnya Ian memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini terjadi karena Ian memiliki standard tersendiri tentang nilai matematika yang harus diperolehnya
dan hal ini kemungkinan memiliki hubungan dengan tuntutan orangtua. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ian, Ian juga memiliki pengalaman
masa lalu yang kurang mengenakkan tentang pelajaran matematika yaitu ketika Ian duduk di bangku kelas II dan guru meminta Ian untuk mengerjakan tugas di
papan tulis. Saat itu Ian sudah mengungkapkan kepada guru bahwa Ian belum paham tentang materi yang sedang dipelajari, namun guru tetap meminta Ian
untuk maju. Dan saat itu Ian tidak bisa mengerjakan sehingga mendapat hukuman berdiri di depan kelas. Pengalaman ini juga menjadi salah satu penyebab
munculnya kecemasan dalam diri Ian pada saat belajar matematika. Ketika dihadapkan pada mata pelajaran matematika, Ian seakan-akan diingatkan kembali
akan pengalaman ketika Ian berada di kelas II. Pengalaman ini mendorong Ian untuk belajar lebih tekun lagi agar hal yang seperti ini tidak dialami lagi. Dalam
87
hal ini, kecemasan berfungsi sebagai alarm untuk mengingatkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi sebagaimana disebutkan oleh Nevid, dkk 2005 : 163
yaitu bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan apa yang menyebabkan Ian cemas dalam belajar matematika. Berdasarkan wawancara
terhadap partisipan maupun informan, peneliti menemukan ada dua faktor yang menjadi penyebab Ian mengalami kecemasan dalam belajar matematika, yaitu
faktor kepribadian dan faktor sosial lingkungan. Faktor kepribadian yang dimiliki Ian antara lain, kurang percaya diri akan kemampuan yang dimiliki, kurang
fokuskonsentrasi. Faktor lingkungan sosial yaitu adanya tuntutan dari orangtua untuk bisa memperoleh hasil yang memuaskan dalam pelajaran matematika,
adanya sistem punishment dan reward yang diterapkan, dan kondisi kelas yang rame. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Trujillo Hadfield
Anita, 2014:127 bahwa penyebab timbulnya kecemasan matematika adalah faktor kepribadian, faktor intelektual dan faktor lingkungan sosial. Dari penelitian
yang sudah dilakukan terhadap Ian, peneliti menemukan ada dua faktor penyebab timbulnya kecemasan matematika yang dialami oleh Ian yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor kepribadian.
4.3 Temuan Lain dalam Penelitian