dengan klausa induk. Berikut konjungsi yang dapat digunakan untuk menghubungkan klausa adverbial dengan klausa induk berdasarkan TBBBI
2003:390 a.
Konjungtor waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selasai, katika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, dan
sampai. b.
Konjungtor Syarat : jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, dan manakala. c.
Konjungtor Pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, dan sekiranya. d.
Konjungtor Tujuan : agar, supaya, dan biar. e.
Konjungtor Konsesif : biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walau pun, dan kendati pun.
f. Konjungtor Perbandingan atau Kemiripan : seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, dan ibarat.
g. Konjungtor Sebab atau Alasan ; sebab, karena, dan oleh karena.
h. Konjungtor Hasil atau Akibat : Sehingga, dan sampai-sampai.
i. Konjungtor Cara : dengan, dan tanpa.
j. Konjungtor alat : dengan, dan tanpa.
3. Kalimat Majemuk Campuran.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan TBBBI 1988 kalimat majemuk digolongkan menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat mejemuk bertinggkat.
Namun, adakalanya kalimat yang digunakan tidak dapat disebut kalimat majemuk
setara dan tidak dapat pula disebut kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang digunakan ternyata kalimat majemuk setara dan kalimat mejemuk campuran
Sugono, 2009:195. Berdasarkan pendapat Sugono penelitian ini menampahkan kalimat majemuk campuran untuk melengkapi teori TBBBI 1988. Berikut
merupakan contoh kalimat majemuk campuran. 8 Ayah mengatakan bahwa Ani akan menempati rumah barunya, dan ibu
merasa senang.
Bagan 6 Contoh Subordinasi Kalimat Majemuk Campuran
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa kalimat mejemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Klausa 1 dapat di bagi lagi menjadi anak kalimat dan induk kalimat. Sementara itu klausa dua kedudukannya setara dengan klausa 1.
2.2.3.2 Kalimat Berdasarkan Makna
Berdasarakan maknanya, kalimat dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu kaimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat
emfatik. Berikut ini penjelasan mengenai jenis jenis kalimat baerdasarkan makna. 2.2.3.2.1
Berita Kalimat berita yang sering dinamakan deklaratif, adalah kalimat yang
isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca. Kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya berupa pemberitaan. Dalam bentuk tulisannya, kalimat
berita diakhiri tanda titik. Dalam bentuk lisan, nada suara berakhir dalam bentuk turun. TBBBI, 1988:284.
Ramlan 2005:27 juga menyatakan bahwa kalimat berita berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfunngsi memberitahukan
sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seberti tercermin pada mata yang menunjukan adanya perhatian. Kalimat berita
memiliki pola intonasi yang disebut pola intonasi berita [2] 3 [2] 3 1 ↓ dan [2]
3 [2] 3 ↓.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu kepada pembaca, sehingga
tanggapan yang diharapkan berupa perhatian. Dalam bentuk tulisan, kalimat berita ditandai dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan nada berakhir dengan
nada turun.
2.2.3.2.2 Perintah
Berdasarkan TBBBI 1988:285 kalimat perintah atau kalimat imperative adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah melakukan
sesuatu. Kalimat yang memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat trk transitif, transitif, dan kalimat yang predikatnya adjektiva. Kalimat yang bukan
verbal atau ajdektiva tidak mempunyai bentuk perintah. Dalam ragam bahasa tulis, kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru . Dalam bentuk lisan, nadanya
turun agak naik sedikit. Sementara itu, Ramlan 2005:39 mengungkapkan kalimat perintah atau
kalimat suruh adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak. Berdasarkan ciri formalnya kalimat ini memiliki
pola intonasi 2 3 ↓ atau 2 3 2 ↓ jika diikuti partikel –lah pada P-nya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, kalimat perintah adalah kalimat yang memberikan perintah melakukan sesuatu dan mengharapkan
tanggapan berupa tidakan dari orang yang diajak. Dalam bahasa tulis, diakhiri dengan tanda baca seru , sedangkan dalam bahasa lisan diakhiri dengan nada
turn agak naik sedikit. 2.2.3.2.3
Tanya Berdasarkan TBBBI 1988:288 kalimat tanya yang juga dinamakan
kalimat introgatif adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang ingin mengetahui jawaban terhadap suatu masalah atau keadaan, ia
akan menanyakannya dan kalimat yang dipakai adalah kalimat tanya. Sementara
itu, Ramlan 2005:28 berpendapat bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kalimat tanya merupakan kalimat yang berfungsi menanyakan sesuatu atau seseorang.
Terdapat lima cara untuk membantuk kalimat tanya yaitu, 1 dengan menambahkan kata apa kah, 2 dengan membalikkan urutan kata, 3 dengan
memakai kata bukan atau tidak, 4 dengan mengubah intonasi kalimat, 5 dengan memakai kata tanya TBBBI, 1988:288.
2.2.3.2.4 Seru
Kalimat seru, yang juga dinamakan kalimat interjektif, adalah kalimat yang menyatakan perasaan kagum TBBBI, 1988:292. Karena perasaan kagum
berhubungan dengan kata sifat, maka kalimat seru hanya dibuat dengan menggunakan predikat yang berupa adjektiva. Cara membuat kata seru adalah
sebagai berikut TBBBI, 1988:292. 1
Balikan urutan kalimat dari S-P menjadi P-S. 2
Tambahkan partikel –nya pada P yang tellah ditrmpatkan dimuka 3
Tambahkan di muka P kata seru alangkah atau bukan main. 2.2.3.2.5
Emfatik Kalimat Emfatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus
kepada subjek. Penegasan itu dilakukan dnegan 1 menambahkan partikel –lah
pada subjek, dan 2, menambahkan kata sambung yang dibelakang subjek TBBBI, 1988:292.
2.2.4 Jenis Kalimat Berdasarkan Sudut Pandang ‘Sumber’ atau ‘Sasaran’
Selain berdasarkan bentuk dan makna, kalimat juga dapat dilihat berdasarkan sudut pandang
„sumber‟ dan „sasaran‟. Dari segi makna, verba transitif membutuhkan objek mengungkapan peristiwa yang melibatkan dua hal
yaitu „sumber‟ peristiwa dalam hal ini adalah pelakupengalampeneral dan hal yang dikenai oleh peristiwa itu, dalam hal ini adalah sasarantujuanpenderita.
TBBBI 1988:93 mengungkapkan bahwa “Peristiwa tersebut dapat diperikan dari sudut „sumbernya‟ atau
dari sudut „sasarannya‟. Kedua sudut pandangan itu memerlukan bentuk verba tersendiri yaitu bantuk aktif dan bentuk pasif. Titik
tolak pemerian peristiwa menempati gatra posisi fungsional subjek dalam kalimat. Subjek dalam bentuk aktif adalah pelakunya
atau sumbernya, sedangkan subjek dalam bentuk pasif adalah sasaran atau tujuannya.”
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada kalimat berbentuk aktif yang menjadi pelaku perbuatan atau sumber peristiwa adalah subjeknya. Pada
bentuk pasif yang menjadi subjek adalah sasaran dari perbuatan. Dalam verba semitransitif dan taktransitif tidak mengenal ada oposisi aktif-pasif TBBBI,
1988:97. Dengan demikian, pada kalimat yang memiliki bentuk Intransitif hanya terdapat sumber, dan tidak menuntut adanya sasaran.
Sudut pandang aktif dan pasif dalam suatu kalimat sebenarnya bertolak pada pemikiran relasi antar subjek dan predikat yang dilihat dari segi peran yang
dilakukan oleh subjek terhadap perbuatan apa yang dinyatakan pada predikat Sugono, 2009:118. Erianto 2001:252 menyatakan bahwa variasi bentuk
kalimat aktif dan pasif menunjukan pada tingkatan mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang difokuskan dengan kata-kata khusus, frase, atau anak kalimat
secara langsung mempengaruhi makna kata secara keseluruhan. Kalimat penggunaan kalimat aktif lebih menonjolkan sumber sebagai subjek, sedangkan
pada kalimat pasif lebih menonjolkan sasaran sebagai subjek. Dengan semikian, dapat disimpulkan bahwa makna sebuah kalimat dapat dipengaruhi oleh
penggunaan aktif-pasif. Lebih dari sekadar makna, penggunaan struktur aktif-pasif juga dapat
mencerminkan sikap hidup dan cara berpikir masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Rahardi 2003:7
“Dapat dikatakan bahwa bentuk pasif secara kultural mencerminkan sikap hidup dan cara berpikir masyarakat Indonesia. Pada sebagian
besar masyarakat kita bentuk pasif cenderung lebih banyak digunakan daripada bentuk aktifnya.
” Secara khusus fenomena ini terlihat pada masyarakat jawa. Hal ini terlihat pada
masyarakat jawa yang melakukan perubahan struktur kalimat fokus pelaku menjadi fokus perbuatan. Dengan kata lain, masyarakat jawa lebih banyak
menggunakan bentuk pasif daripada bentuk aktif. Masayarat jawa lebih senang menggunakan kalimat buku iku kula bekta buku itu saya bawa daripada kalimat
kula mbekta buku iku saya membawa buku itu. Tentu saja hal ini pengaruh dari pola pikir masyarakat jawa yang lebih suka mengungkapkan sesuatu secara tidak
langsung. Rahardi 2003:7 mengungkapkan bahwa
“Dengan menggunakan bentuk pasif, maksud penutur tidak disampaikan secara langsung. Semakin tidak langsung maksud sebuah
tuturan disampaikan, akan semakin santunlah maksud tuturan itu .”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, penggunaan bentuk pasif digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
Jawa. Bentuk pasif banyak digunakan oleh masyarakat jawa karena, dengan menggunakan kalimat pasif, maksud dan tujuan penutur tidak disampaikan secara
langsung. Semakin sebuah kalimat tidak disampaikan secara langsung, maka semakin santun tuturanya.
Struktur kalimat aktif dan kalimat pasif memiliki peran yang sangat besar dalam bahasa Indonesia, untuk itu struktur kedua jenis kalimat berdasarkan sudut
pandang subjek dan sasaran akan dibicarakan dibawah ini.
2.2.4.1 Kalimat Aktif
Kalimat disebut aktif apabila subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan Soegono,2009:118. Sementara itu, menurut pendapat Sukini
2010:90 kalimat disebut kalimat aktif apabila subjek merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang subyeknya merupakan pelaku perbuatan dan dapat dinyatakan pada predikat yang merupakan verba aktif.
Berdasarkan pengertian tersebut, jika subjek merupakan pelaku perbuatan maka predikatnya merupakan verba yang aktif. Verba aktif pada umumnya
ditandai dengan penggunaan kata kerja berafiks meN-, ber-, dan kata kerja aus Suhardi dalam Sukini, 2010:90. Berikut ini contoh kalimat aktif.