Pembahasan Hasil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Variasi kalimat yang dilihat segi makna sangat dibutuhkan untuk membuat karangan lebih menarik untuk dibaca. Untuk menarik pembaca variasi
kalimat dapat diwujudkan dalam penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung. Dalam penggunaan kalimat langsung tentu terdapat variasi kalimat
perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan jenis kalimat lainnya. Penggunaan kalimat seperti ini akan membuat menghasilkan kesan lebih terang kepada
pembaca. Sementara itu variasi dalam kalimat tidak langsung akan akan membuat pembaca dibawa ke dalam suasana komunikatif. Misalnya penulis memberikan
pertanyaan kepada pembaca, meskipun penulis sendiri tidak mengharapkan jawaban dari pembaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru
SD di lingkungan YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua belum dapat menggunakan variasi kalimat, sehingga karangan yang digunakan kurang
menarik. 1.
Kalimat Berita Berdasarkan hasil analisis, kalimat berita yang digunakan oleh guru SD di
lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua tidak dapat menyampaikan informasi kepada pembaca dengan baik. Hal ini terjadi karena
banyak kalimat yang tidak gramatikal, tidak menggunakan tanda baca dengan baik, dan terdapat kalimat yang tidak lengkap. Selain itu, dalam satu kalimat
terdiri dari beberapa klausa yang membuat kalimat menjadi terlalu luas. Berdasarkan data yang ditemukan, dapat diketahui bahwa kalimat berita
mempunyai frekuensi penggunaan paling banyak dan digunakan oleh semua guru.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jenis kalimat berita digunakan oleh semua guru namun, kemampuan guru dalam membuat jenis kalimat berita masih kurang.
2. Kalimat Tanya
Penggunaan kalimat tanya pada karangan narasi sebenarnya sangat baik untuk membawa pembaca dalam suasana komunikatif. Penulis memberikan
pertanyaan kepada pembaca, meskipun tidak mengharapkan jawaban dari pembaca. Sayangnya, kalimat tanya yang terdapat dalam karangan narasi guru
memiliki struktur yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis, struktur kalimat tanya tersebut menjadi satu dengan kalimat berita dan tidak terdapat tanda tanya
seperti pada kalimat berkode 17.12. Dari sini dapat diketahui bahwa guru SD di lingkungan YPPK Keuskupan Manokwari, Papua kurang mampu dalam membat
kalimat tanya. Terlebih berkaitan dengan penggunaan kalimat tanya untuk membuat paragraf lebih bervariasi.
3. Kalimat Emfatik
Dari keselurhan karangan narasi guru SD di lingkungan YPPK Maybrat Keuskupan manokwari, Papua hanya terdapat satu kalimat emfatik seperti yang
ditunjukkan dalam karangan. Kalimat Emfatik berfungsi untuk memberikan penegasan khusus pada subjek. Dengan hadirnya kalimat jenis ini, karangan guru
menjadi lebih bervariasi. Sayanganya, hanya terdapat satu guru yang menggunakannya.
4. Relevansi dengan Penelitian Terdahulu.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbadaan dengan penelitian yang yang dilakukan oleh Dita Lesty Sumasto 2012
yang berjudul “Ragam Kalimar
pada Wacana Konsultasi Majalah Paras Edisi Januari-Desember 2012 ”.
Persamaanya, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ragam kalimat berita, tanya, dan perintah yang terdapat dalam pada wacana konsultasi majalah Paras
edisi Januari-Desember 2012. Perbadaanya terletak pada objek penelitiannya. Jika penelitian Dita Lesty Sumasto melakukan penelitian terhadap majalah Paras, pada
penelitian ini memiliki objek kajian terhadap karangan narasi guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Papua. Karena objek kajian yang berbeda, hasil yang
diperoleh juga berbada. Jenis kalimat yang ditemukan pada penelitian Dita Lesty Sumasto adalah kalimat berita, tanya, dan perintah, sedangkan pada penelitian ini
jenis kalimat yang ditemukan adalah kalimat berita, tanya, dan emfatik.
4.3.3 Jenis Kalimat Berdasarkan Sudut Pandang „Sumber‟ atau „Sasaran‟
Jenis Kalimat Berdasarkan Sudut Pandang „Sumber‟ atau „Sasaran‟dapat terbagi menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Berdasarkan TBBBI 1988 pada
konstruksi aktif yang menjadi pelaku perbuatan atau sumber peristiwa adalah subjeknya, sedangkan pada bentuk pasif yang menjadi subjek adalah sasaran dari
perbuatan. Dari penggunaan struktur aktif atau pasif yang, dapat diketahui sudut pandang mana yang ditonjolkan oleh penulis. Struktur kalimat aktif lebih
menonjolkan pelaku atau sumber perbuatan, sedangkan pada kalimat pasif lebih menonjolkan sasaran atau objek perbuatan.
Pada karangan guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua, penggunaan kalimat aktif jauh lebih banyak daripada kalimat
pasif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif
tidak bervariasi. Selain tidak bervariasi, penggunaan struktur kalimat aktif yang lebih banyak menujukkan bahwa cara berpikir masyarakat Papua lebih
menonjolkan sumber perbuatan daripada sasaran perbuatan. Dengan menonjolkan sumber perbuatan, maksud penutur akan disampaikan secara langsung.
Kecenderungan penggunaan kalimat aktif pada guru SD di lingkungan YPPK Papua ini berbeda dengan masyarakat jawa yang cenderung menggunakan kalimat
pasif. Hal ini menujukkan bahwa pola berpikir mereka linier.
1. Kalimat Aktif
Semua guru menggunakan struktur kalimat aktif dalam karangannya bahkan, kalimat aktif paling banyak digunakan pada karangan tersebut. Dari
empat jenis kalimat aktif yang ada, dalam karangan narasi guru terdapat tiga jenis kalimat yang digunakan. Jenis kalimat tersebut adalah kalimat aktif intransitif,
semitransitif, dan ekatransitif. Kalimat aktif yang paling banyak digunakan adalah kalimat aktif intransitif, sedangkan yang paling sedikit adalah kalimat aktif
semitransitif. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang subjeknya melakukan
perbuatan dinyatakan pada predikat, dan predikatnya berupa verba aktif yang tidak memerlukan objek. Dalam karangan narasi guru, jenis kalimat intransitif
dapat terlihat pada kalimat berkode 4.6, 7.1, 8.2 dan 10.8. Pada contoh- contoh tersbut, verba yang digunakan sebagai unsur pengisi predikat adalah verba
intransitif yang di tandai dengan imbuhan ber-, meN- dan verba dasar. Kalimat Semitransitif merupakan kalimat yang subjeknya melakukan
perbuatan yang dinyatakan pada predikat, dan predikatnya berupa verba yang bisa
diikuti oleh objek, bisa pula tanpa objek. Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang penggunaannya paling sedikit. Berdasarkan data, tidak semua guru
manggunakan kalimat jenis ini karena hanya terdapat tujuh guru yang menggunakannya. Dalam karangan narasi guru, penggunaan kalimat semitransitif
dapat dilihat dari kalimat berkode 2.3, 8.3 dan 10.8. Pada contoh kalimat tersebut terlihat bahwa predikat yang digunakan berupa verba dasar.
Kalimat aktif ekatransitif adalah kalimat yang pelaku perbuatannya dinyatakan pada predikat dan objek sebagai sasarannya. Predikat pada kalimat
tersebut membutuhkan satu objek saja. Berdasarkan data yang diperoleh, semua guru menggunakan kalimat jenis ini. Dalam karangan narasi guru, penggunaan
kalimat ekatransitif dapat dilihat pada kalimat berkode 1.3, 4.1 dan 8.1. Pada contoh kalimat tersebut terlihat bahwa predikat yang digunakan berupa verba
berimbuhan meN- dan meN-kan. 2.
Kalimat Pasif Pembagian kalimat pasif ada tiga yaitu kalimat pasif Tipe 1, Tipe 2, dan
Tipe 3. Namun, jenis kalimat yang ditemukan hanya ada dua jenis yaitu kalimat pasif Tipe 1 dan kalimat pasif Tipe 3. Tidak semua guru manggunakan kalimat
Pasif dalam karangannya. Hanya ditemukan sembilan guru yang menggunakan kalimat jenis ini. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kalimat pasif sangat
minim. Karangan guru SD di lingkungan YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua menceriminkan pola berpikir masyarakat Papua yang tidak suka
menonjolkan sasaran perbuatan. Hal ini berbeda dengan masyarakat Jawa yang
lebih suka menggunakan kalimat pasif supaya maksud yang disampaikan tidak langsung.
Kalimat pasif Tipe 1 adalah kalimat yang subjeknya menjadi sasaran perbuatan yang dinyatakan dengan predikat berimbuhan di-. Guru yang
menggunakan kalimat jenis ini sebanyak delapan orang. Contoh kalimat Tipe 1 dapat dilihat pada kalimat berkode 2.4, 3.2 dan 11.6. Berdasarkan hasil
analisis, ketiga contoh kalimat tersbeut menggunakan kalimat verba berimbuhan di- pada predikat.
Jenis kalimat pasif Tipe 3 merupakan jenis kalimat yang paling sedikit digunakan oleh guru. Kalimat pasif Tipe 3 merupakan kalimat yang memiliki
makna tidak sengaja. Verba yang mejadi pengisi predikat adalah ter- dan ke-an. Dalam karangan narasi guru, hanya terdapat satu kalimat yang menggunakan
imbuhan ter- yaitu pada kalimat berkode 6.10. 3.
Relevansi dengan Penelitian terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh M. Ramlan
1977 yang berjudul “Masalah Aktif-Pasif dalam Bahasa Indonesia”. Hasil dari penelitian tersbut adalah dalam bahasa Indoneseia terdapat bentuk aktif dan
bentuk pasif. Kalimat bentuk aktif adalah kalimat yang predikatnya terdiri atas kata kerja bentuk aktif, yaitu kata kerja bentuk meN- yang transitif. Kalimat
bentuk pasif adalah kalimat yang predikatnya terbentuk dari kata kerja bentuk pasif, yaitu di-, diri-, ter-, dan ke-an, yang pada paradigma terdapat jajarannya
kata kerja meN- yang transitif. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian M. Ramlan. Letak persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai
kalimat aktif dan kalimat pasif dilihat dari bentuk verbanya. Karena memiliki persamaan, Hasil penelitian M. Ramlan juga digunakan sebagai acuan peneliti
untuk menganalisis jenis kalimat.