1. Nilai kecerdasan
Kegiatan mengarang menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-
nimbang suatu perkataan yang tepat sehingga seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya dan kecerdasannya Gie, 1992:1
2. Nilai pendidikan
Seorang pemula yang terus menerus mengarang walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berakali-kali ditolaj sesungguhnya melatih
diri menjadi ulet dan tekun sehinga pada suatu haru mencapai keberhasilan. Hal ini merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh di bangku sekolah manapun.
Gie, 1992:2 3.
Nilai kejiwaan Bilamana keuletan terus-menerus mengarang pada akhirnya tulisan itu dimuat
dimedia terkenal atau dimuat dalam buku, maka lahirlah dalam diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggan pribadi, dan kepercayaan diri.
Gie, 1992:2 4.
Nilai kemasyarakatan Seorang pengarang yang telah berhasil dengan karya tulisannya biasanya
memperoleh penghargaan dalam masyarakat, paling tidak namanya dikenal oleh penerbit, pengusaha toko buku, dan bidang pembaca tertentu. Gie, 1992:2
5. Nilai keuangan
Tentu saja jerih payah seorang pengarang yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang menerbitkan karyanya Gie, 1992:2.
6. Nilai kefilsafatan.
Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dahulu ialah keabdian. Jasad seorang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka
yang kekal karena diabadikan melalui karangan yang ditulis Gie, 1992:2.
2.2.6 Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi Keraf,
2007:138. Dengan demikian, narasi merupakan karangan yang memberikan gambaran kepada pembaca mengenai urutan waktu dari peristiwa yang telah
terjadi. Tentu saja narasi berbeda dengan deskripsi. Perbedaanya terletak pada urutan waktunya, dalam penulisan narasi ditekankan pada urutan waktu yang
terjadi dalam peristiwa yang gembarkan. Narasi ada yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca supaya
pengetahuan yang didapatnya bertambah luas. Tipe narasi ini disebut dengan ekspositoris. Di dalam narasi ekspositoris pembaca diajak untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya pada satu kejadian tertentu, dengan demikian informasi yang di dapat akan lebih banyak.
Ada pula yang disebut dengan narasi sugestif. Narasi sugestif merupakan karangan narasi yang bertujuan memberikan makna dari sebuah peristiwa yang di
gambarkan. Oleh sebab itu, narasi sugestif selalu melibatkan gaya penulisan yang menarik dan membaut pembaca berimajinasi.
2.2.6.1 Jenis-jenis Narasi
a. Narasi Ekspositoris
Menurut Keraf 1982:136 narasi ekspositoris bertujuan menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utama dari
narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan bagi pembaca setelah membaca teks narasi tersebut. Runtutan kejadian yang
disampaikan oleh penulis disampaikan bertujuan untuk menambah informasi bagi pembaca.
Narasi ekspositoris ada yang bersifat generalisasi dan ada pula yang bersifat khusus Keraf, 1982:136. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi
menyampaikan suatu proses yang bersifat umum dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Salah satu contoh wacana narasi ekspositoris adalah ketika menyampaikan
suatu proses, atau cara untuk melakukan sesuatu. Misalnya cara membuat nasi goreng, cara membuat mie goreng, dan sebagainya. Jenis narasi seperti contoh
tersebut menyampaikan proses secara umum, siapa saja dapat melakukannya dan dapat melakukannya berulang-ulang.
Sedangkan narasi yang yang bersifat khusus merupakan narasi yang mencaritakan runtutan peristiwa yang hanya terjadi satu kali saja dan tidak dapat
terulang kembali. Sebagai contoh untuk narasi ekpositoris yang berdifat khusus adalah cerita mengenai pengalaman seorang seorang gadis yang mendapatkan
perhatian dari seorang pria. b.
Narasi Sugestif Berdasarakan Keraf 1982:139 narasi sugestif merupakan rangkaian
peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Dalam narasi sugestif, rangkaian peristiwa yang diceritakan bukan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca, namun digunakan untuk memberi makna pada suatu peritiwa. Dalam karangan narasi sugestif, pembaca diajak untuk
memahami sesuatu secara eksplisit dari objek yang diceritakan. Rangkaian kejadian yang diceritakan dalam wacana narasi ini melibatkan perasaan pembaca
yang dapat mengundang simpati dan antipati terhadap objek yang diceritakan
2.3 Kerangka Berpikir
Bagan 7 Kerangka Berpikir
Bentuk TBBBI,1988
Makna TBBBI, 1988
Sudut pandang „sumber‟ atau „sasaran‟
TBBBI, 1988
Karangan narasi guru SD di lingkungan YPPK Maybrat