Kalimat Tunggal Kalimat Berdasarkan Bentuk

Bagan 3 Contoh Koordinasi Kalimat Majemuk Setara Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa, kedua klausa kalimat 3 adalah setara. Kedua klausanya dihubungkan dengan tanda baca koma. Hubungan semantik antarklausa dalam kalimat mejemuk setara ditentukan oleh dua hal yaitu arti koordinator dan arti klausa-klausa yang dihubungkan. Untuk menghubungkan klausa satu dengan klausa yang lain, dibutuhkan konjungsi yang sesuai. Penghub ung tersebut disebut penghubung setara. Penghubung yang setara itu ialah dan, dan lagi, lagipula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, dan malahan Ramlan 2003:46. 2. Kalimat Majemuk Bertingkat Ramlan 2003: 47 menggunakan istilah kalimat luas tidak setara untuk menyebut kalimat majemuk. Dalam kalimat luas yang tidak setara, klausa satu merupakan bagian dari klausa lainya. Sedangkan menurut Keraf 1980:168, kalimat majemuk bertingkat kalimat-kalimatnya mengandung hubungan pola-pola yang tidak sedrajat. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antarklausanya memiliki hubungan tidak sedrajat, terdapat satu klausa yang menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa yang kedudukannya lebih tinggi memiliki kedudukan yang bebas, sehingga dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini disebut dengan klausa Induk. Sedangkan klausa yang kedudukannya lebih rendah dan tidak dapat berdiri sendiri disabut dengan klausa anak. Subordinasi merupakan cara untuk menggabungkan menggabungkan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan TBBBI 2003:388 subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari kalimat lain. Dengan kata lain, pada kalimat majemuk bertingkat terlihat bahwa terdapat satu klausa yang menjadi bagian dari klausa lain seperti terlihat pada bagan berikut. Bagan 4 Subordinasi Kalimat Majemuk Bertingkat Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen dari klausa 1. Klausa 2 disebut klausa subordinatif, sedangkan klausa 1 tempat diletakkanya klausa 2 disebut klausa utama TBBB, 2003:389 Supaya lebih jelas, berikut contohnya : 7 Ayah memberitahu bahwa beliau harus pergi ke Bandung. Kalimat 7 dapat dijelaskan melaui bagan berikut ini. Bagan 5 Contoh Subordiansi Kalimat Majemuk Contoh 4 terdiri dari dua klausa yaitu a ayah memberitahu, yang merupakan klausa induk dan b beliau harus pergi ke bandung yang merupakan klausa anak yang merupakan bagian dari klausa induk. Kalimat tersebut juga ditentukan oleh penghubung yaitu bahwa. Seperti halnya dengan kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat juga mempunyai konjungtor untuk menghubungkan klausa anak dengan klausa induk. Berikut konjungsi yang dapat digunakan untuk menghubungkan klausa adverbial dengan klausa induk berdasarkan TBBBI 2003:390 a. Konjungtor waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selasai, katika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, dan sampai. b. Konjungtor Syarat : jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, dan manakala. c. Konjungtor Pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, dan sekiranya. d. Konjungtor Tujuan : agar, supaya, dan biar. e. Konjungtor Konsesif : biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walau pun, dan kendati pun. f. Konjungtor Perbandingan atau Kemiripan : seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, dan ibarat. g. Konjungtor Sebab atau Alasan ; sebab, karena, dan oleh karena. h. Konjungtor Hasil atau Akibat : Sehingga, dan sampai-sampai. i. Konjungtor Cara : dengan, dan tanpa. j. Konjungtor alat : dengan, dan tanpa. 3. Kalimat Majemuk Campuran.