Kalimat pasif Jenis Kalimat Berdasarkan Sudut Pandang ‘Sumber’ atau ‘Sasaran’

Dari kutipan di atas terlihat bahwa penggunaan kalimat efektif sangat berpengaruh bagi pembaca karena kalimat dapat menyampaikan pesan dan ekspresi kejiwaan manusia. Gorys Keraf dalam Widyamartaya, 1990:58 menyatakan bahwa syarat- syarat kalimat efektif mengandung cita rasa kalimat. Untuk itu dalam membentuk kalimat yang efektif dan menarik bagi pembaca, dalam sebuah karangan membutuhkan cita rasa. Supaya pembaca tidak bosan dalam membaca, diperlukan cita rasa yang bervariasi. Sebuah kalimat juga akan terasa hidup dan menarik bila kalimat-kalimatnya bervariasi dalam hal panjang-pendeknya, jenisnya, aktif-pasif nya, polanya, atau gayanya Widyamartaya, 1990:33. Dengan pemakaian kalimat yang bervariasi tersebut, pembaca tidak akan bosan dalam membaca. Selain itu, menurut Razak 1990:7 struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa apabila struktur kalimat itu tidak benar maka tidak akan membentuk arti. Misalnya saja terdapat pada kalimat yang ingin menyampaikan pesan “adik makan nasi tadi pagi”. Jika kalimat yang terbentuk “Pagi tadi adik nasi makan” maka pesan yang ingin disampaikan menjadi tidak jelas karena strukturnya tidak baik. Pesan yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik apabila menggunakan kalimatn ya “Adik makan nasi tadi pagi. Kalimat tersebut menggunakan pola kalimat S-P-O-K. Dengan menggunakan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan yang sesuai dengan fungsinya dan aturannya, kalimat tersebut akan menjadi alat penyampai pesan atau ide yang baik. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kalimat ada yang terdiri dari kalimat tunggal atau kalimat sederhana dan dan kalimat majemuk atau kalimat luas. Penggunaan kedua struktur kalimat ini juga mempengaruhi keefektifan sebuah kalimat. Ada kalanya pembaca membutuhkan kalimat yang singkat dan padat, tetapi ada kalanya juga pembaca memerlukan beberapa informasi yang terkandung dalam kalimat. Penggunaan kalimat tunggal dan kalimat mejemuk hendaknya lebih bervariasi. Struktur kalimat tunggal cukup sederhana, untuk itu kalimat tersebut hanya terdapat satu idea atau hanya menyampaikan satu informasi saja. Penggunaan kalimat sederhana ini dapat memudahkan pembaca dalam menangkap pesan dari penulis. Sedangkan kalimat majemuk terdiri dari lebih dari satu klausa, untuk itu informasi yang disampaikan kepada pembaca pun lebih dari satu. Penggunaan kalimat majemuk haruslah hati-hati, apabila kalimat tersebut terlalu banyak informasi yang di sampaikan maka kalimat tersebut menjadi sangat luas, akhirnya pembaca menjadi kerepotan dalam menangkap maksudnya. Penggunaan kalimat majemuk berfungsi ketika seorang penulis hendak menyampaikan informasi yang sejenis atau berkaitan. Penggunaan berbagai jenis kalimat dapat menghasilkan variasi yang membuat karangan lebih menarik. Menurut Razak 1990:141 seorang penulis yang berpengalaman tidak akan menggunakan satu jenis kalimat saja dalam karangan mereka. Berdasarkan fungsi komunikatifnya jenis kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, perintah, tanya, dan kalimat seru. Di samping kalimat tersebut terdapat pula kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Dalam hubungannya dengan variasi kalimat, kalimat berita dan kalimat pinta tidak termasuk dalam variasi kalimat dalam sebuah alinea. Dengan menggunakan kalimat berita atau kalimat pinta saja sebuah karangan dapat diselesaikan Razak, 1990:142. Akan tetapi masih ada yang kurang, yaitu variasinya. Kalimat hidup apabila terdapat variasi berupa kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat langsung. Dengan menggunakan kalimat tanya, penulis dapat memberikan kesan komunikatif terhadap pembaca. Pembaca seolah-olah dilibatkan oleh penulis. Dalam sebuah karangan tentu tidak mungkin mengharapkan jawaban dari pembaca. Namun, kalimat tanya dapat digunakan untuk membangkitkan perhatian pembaca. Kalimat seru dapat berfungsi membahasakan ekspresi emosional yang kuat. Dengan demikian kalimat seru dapat menimbulkan keharuan bagi pembaca. Dengan hadirnya kalimat seru dalam sebuah karangan, karangan tersebut akan lebih bervariasi. Penggunaan kalimat langsung dapat menimbulkan kesan yang lebih terang kepada pembaca, daripada kalimat yang disusun dengan bahasa sendiri. Kalimat langsung biasanya ditandai dengan tanda kutip. Dalam sebuah karangan fiksi, kalimat langsung dapat berfungsi untuk menuliskan kalimat yang diucapkan oleh pelakunya. Apabila karangan tersebut berupa dialog, kalimat langsung wajib digunakan. Di dalam kalimat langsung bisa terdapat kalimat tanya, perintah, berita, dan kalimat seru. Penggunaan keberagaman kalimat ini tentu dapat menjadi keberagaman dan variasi bagi pembaca supaya lebih tertarik dalam membaca sebuah karangan.

2.2.5 Karangan

Terdapat beberapa pengertian yang diungkapkan oleh beberapa ahli mengenai karangan. Widyamartaya 1979:9 mengatakan bahwa karangan merupakan ungkapan jiwa manusia yang hendak disampaikan kepada orang lain dan terjadi suatu proses berfikir. Berdasarkan Gie 1995:17 mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian karangan, dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan ungkapan pikiran atau perasaan manusia yang disampaikan dalam bentuk tulisan dan disampaikan kepada pembaca dalam satu tema yang utuh. Berdasarkan pengertian tersebut, karangan tidak lepas dari proses mengarang. Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain Gie, 1995:17. Proses mengarang tidak hanya sekedar penyampaian ide atau gagasan melalui bahasa tulis, lebih dari itu, Gie 1995:26 memaparkan bahwa dalam dunia karang-mengarang dapat menghasilkan enam jenis nilai : 1. Nilai kecerdasan Kegiatan mengarang menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang- nimbang suatu perkataan yang tepat sehingga seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya dan kecerdasannya Gie, 1992:1 2. Nilai pendidikan Seorang pemula yang terus menerus mengarang walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berakali-kali ditolaj sesungguhnya melatih diri menjadi ulet dan tekun sehinga pada suatu haru mencapai keberhasilan. Hal ini merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh di bangku sekolah manapun. Gie, 1992:2 3. Nilai kejiwaan Bilamana keuletan terus-menerus mengarang pada akhirnya tulisan itu dimuat dimedia terkenal atau dimuat dalam buku, maka lahirlah dalam diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggan pribadi, dan kepercayaan diri. Gie, 1992:2 4. Nilai kemasyarakatan Seorang pengarang yang telah berhasil dengan karya tulisannya biasanya memperoleh penghargaan dalam masyarakat, paling tidak namanya dikenal oleh penerbit, pengusaha toko buku, dan bidang pembaca tertentu. Gie, 1992:2