Bab IV ~ Kegemaran
113
1. Mengembangkan Penokohan
Dalam sebuah pementasan, tentulah ada tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya. Tokoh-tokoh tersebut saling berdialog satu sama lain. Dialog-dialog
tersebut ditulis oleh pengarang atau sutradara. Pementasan itulah yang disebut dengan drama. Jadi, drama adalah suatu karangan yang dikemas untuk sebuah
pementasan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam drama, di antaranya adalah tokoh dan penokohan. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Tokoh dapat
disebut juga sebagai orang yang melahirkan peristiwa. Dilihat dari keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama yaitu tokoh yang paling banyak terlibat makna, banyak berhubungan dengan tokoh yang lain, dan banyak
memerlukan waktu penceritaan. Ada beberapa cara dalam mengembangkan penokohan, yaitu:
a.
Tokoh Protagonis Tokoh protagonis merupakan tokoh utama dalam penceritaan. Karena
posisinya tersebut, Anda dapat mengembangkan sifatnya dari awal cerita sampai pada akhirnya. Pada tokoh ini, Anda dapat memberikan sifat yang
baik, menjadi teladan, penuh nasihat dan sebagainya. Anda dapat memberikan sikap protagonis dalam penceritaan sesuai dengan pesan moral.
b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis yaitu tokoh yang bertentangan dengan tokoh utamanya. Melalui tokoh ini kembangkan permasalahan penceritaan.
Kemukakan permasalahan antara tokoh protagonis dan antagonis. Dengan demikian, Anda dapat leluasa memberikan pesan dalam penceritaan. Jagalah
emosi antara tokoh protagonis dan antagonis sehingga penceritaan menjadi logis
c. Tokoh Tritagonis
Tokoh Tritagonis yaitu tokoh yang netral. Kembangkan tokoh ini sesuai dengan penceritaan. Pengembangan tokoh tritagonis sangat terkesan
nyata apabila Anda berhasil membangun konflik. Oleh sebab itu, buatlah ketegangan cerita kemudian selesaikan ketegangan tersebut dengan tokoh
tritagonis ini.
Penokohan adalah cara menggambarkan watak dan perilaku tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menggambarkan tokoh ini pengarang dapat
menggunakan beberapa metode. Metode-metode itu adalah: a.
Metode destruktif Metode destruktif adalah metode yang digunakan pengarang yang
hanya menceritakan karakter tokohnya serta kualitas tokohnya secara langsung.
b. Metode stereotip
Metode stereotip adalah cara yang digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh, dimana tokoh yang ada dirumuskan dalam formula
yang sederhana.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
114
Contohnya : Orang yang beradab berhati lembut, gadis sederhana berhati jujur.
c. Metode analitik
Metode analitik yaitu metode yang digunakan pengarang dalam menggambarkan tokoh secara langsung.
d. Metode dramatik
Metode dramatik yaitu metode yang digunakan pengarang dalam menggambarkan tokoh secara tidak langsung. Secara tidak langsung ini
dapat melalui tokoh lain yang ada dalam cerita tersebut.
e. Metode kontekstual
Metode kontekstual yaitu cara yang digunakan pengarang dalam mengambarkan tokoh dengan kontek verbal yang mengelilinginya kemudian
membentuk karakter tokoh tersebut.
Drama pada hakikatnya adalah teater yang menggarap produksi drama. Drama ini merupakan sumber cerita atau sarana utama dalam pementasan.
Drama sebelum dipentaskan terlebih dahulu ditulis dalam bentuk naskah. Naskah drama dapat dikatakan baik jika kaya akan ide-ide baru, baik dari filsafat,
psikologi, pendidikan, sosial budaya, dan lain-lain.
Bacalah kutipan teks drama berikut ini
B A P A K
Para Pelaku: Bapak, usia 51 tahun
Si Sulung, usia 28 tahun Si Bungsu, usia 24 tahun
Perwira, usia 26 tahun Bagimu, kemerdekaan bumi pusaka
Drama ini terjadi pada tanggal 19 Januasi 1949, sebulan sesudah tentara Kolonial Belanda melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan
merebut ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tentara Kolonial telah pula siap siaga untuk melancarkan
serangan kilat hendak merebut sebuah kota strateis yang hanya dipertahankan oleh satu batalyon Tentara Nasional Indonesia.
Di kota itulah si Bapak dikagetkan kedatangan putera sulungnya yang mendadak muncul setelah bertahun merantau tanpa kabar berita.
Si Sulung telah kembali pulang dengan membawa sebuah usul yang amat sangat mengagetkan si Bapak.
Waktu itu seputar jam 10.00, si Bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir mudik dengan membawa beban persoalan yang terus-menerus
merongrong pikirannya. Bapak
: Dia putera sulungku. Si anak hilang telah kembali pulang. Dan sebuah usul diajukan; segera mengungsi ke daerah
pendudukan yang serba aman tenteram. Hem ya-ya, usulnya
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab IV ~ Kegemaran
115
dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa hidup bertahun- tahun di sana. Dalam sangkar. Jauh dari deru prahara.
Bertahun mata hatinya digelap-butakan oleh nina-bobok, lela-buai si penjajah. Bertahun semangatnya dijinakkan oleh
suap roti keju. Celaka, oo, betapa celaka nian.
Si Bungsu senyum mendatang. Bungsu : Ah Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.
Bapak : Ya anakku, terkadang orang lebih suka ngomong
pada diri sendiri. Tapi, bukankah tadi kau bersama abangmu?
Bungsu : Ya, sehari kami tamasya ke seluruh penjuru kota. Sayang sekali, kami tidak berhasil menjumpai Mas ...
Bapak : Tunanganmu?
Bungsu : Ah dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu. Bahkan ketika kami mendatangi asramanya, ia tak ada. Kata
mereka, ia sedang rapat dinas. Heheh, seolah-olah seluruh hidupnya tersita untuk urusan-
urusan militer saja.
Bapak : Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak.
Dan dalam keadaan begini, bagi seorang prajurit kepentingan negara ada di atas segala. Bukan hanya seluruh
waktunya, bahkan juga jiwa raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang?
Bungsu : O, rupanya dia begitu rindu pada bumi kelahirannya. Seluruh penjuru kota dipotreti semua.
Tapi kurasa Abang akan segera tiba. Dan sudahkan Bapak menjawab usul yang dimajukannya itu?
Bapak : Nah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini, Nak.
Bungsu : Nah, itulah dia Si Sulung mendatang dengan mencangklong potret, mengenakan kaca
mata hitam. Terus duduk, meletakkan kaca mata dan meletakkan pesawat potret di meja.
Sulung : Huhuh, kota tercintaku ini rupanya sudah berubah wajah.
Dipenuhi penghuni baju seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan wajahnya kini
menjadi garang behiaskan laras-laras senapan mesin. Tapi di atas segalanya, kota tercintaku ini masih tetap
memperlihatkan kejelitaannya.
Bapak : Begitulah, Nak suasana kita yang sedang dicekam keadaan
darurat perang. Sulung : Ya pertanda akan hilang keamanan berganti huru hara
keonaran. Dan, mumpung masih keburu waktu, bagaimana dengan
putusan Bapak atas usulku itu?
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
116
Latihan
Bapak : Menyesal sekali, Nak...
Sulung : Bapak menjawab dengan penolakan, bukan? Bapak
: Ya. Bungsu : Jawaban Bapak sangat bijaksana.
Sulung : Bijaksana? Ya, kau benar manisku. Setidak tidaknya demikianlah anggapanmu, karena bukankah secara
kebetulan tunanganmu adalah seorang perwira TNI di sini. Tapi maaf, bukan maksudku menyindirmu, adik sayang.
Bungsu : Ah, tidak mengapa. Kau hanya sedang keletihan. Mengasolah dulu, ya, Abang. Mengasolah, kau begitu capek
nampaknya. Bapak, biar aku belanja dulu untuk hidangan makan siang nanti.
Si Bungsu pergi. Si Sulung mengantar dengan senyum. Bapak
: Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu seorang. Juga bukan karena masa depan sisa usiaku.
Sulung : Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah pusaka ini barangkali ya, Bapak?
Bapak : Sesungguhnyalah, Nak, lebih karena itu.
Sulung : Oo ya?? Apa itu ya, Bapak? Bapak
: Kemerdekaan. Sulung : Kemerdekaan? Kemerdekaan siapa
Bapak : Bangsa dan bumi pusaka.
Si Sulung ketawa. Sulung : Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidup di daerah
pendudukan sana bersama beribu bangsa awak yang tercinta. Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah merasa
jadi budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah, ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka.
Bapak : Bebaskah kau menuntut kemerdekaan?
B. Soelarto, Lima Drama, dalam Buku Kamus Sastra, Penerbit Nusa Indah hlm. 28-30
Mari kita bersama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini Buatlah naskah drama kecil yang dapat diperankan di depan teman-teman Anda.
Kembangkan penokohan di dalam naskah yang Anda buat secara tepat
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab IV ~ Kegemaran
117
Latihan
2. Dialog