Mencari dan Mengelompokkan Kata Majemuk dalam Teks

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa 272 F. Mengelompokkan Kata Majemuk yang Terdapat dalam Teks Apakah kalian telah mengerti apa yang dimaksud dengan kata majemuk? Sudah pernahkah kalian mengelompokkan kata majemuk yang terdapat dalam teks? Nah, pada pembelajaran saat ini, kalian akan mempelajari cara mengelompokkan kata majemuk yang terdapat dalam teks.

1. Mencari dan Mengelompokkan Kata Majemuk dalam Teks

Salah satu kegiatan dari membaca adalah mencari dan menemukan kata majemuk dalam teks. Kata majemuk adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang membentuk arti baru. Kata majemuk itu sendiri terbagi menjadi: a. Kata majemuk Dalam kata majemuk, gabungan kata itu haruslah menerangkan seluruh gabungan yang ada sebagai satu kesatuan bentuk, bukan menerangkan salah satu kata dari gabungan itu. Ciri-ciri kata majemuk adalah: 1 Unsur-unsurnya mengandung satu kesatuan makna. Contoh: a Makan hati bermakna susah atau sedih, bukannya memakan hatinya ayam. b Besar kepala bermakna sombong, bukannya kepala yang besar. 2 Unsur kata majemuk tidak dapat dipisahkan. Kata makan hati tidak dapat dipisahkan menjadi makanan hati atau makan itu hati. 3 Kata majemuk tidak bisa diubah-ubah. Kata majemuk meja makan tidak bisa diubah menjadi makan meja. Demikian halnya dengan panjang tangan tidak bisa diubah menjadi tangan panjang. Bila dipaksakan menjadi lain artinya: a meja makan = meja tempat makan, makan meja = meja dipakai sebagai bahan makanan. b panjang tangan = mencuri, tangan panjang = tangan yang ukurannya panjang. 4 Apabila mendapat pengimbuhan atau pengulangan, harus meliputi keseluruhan unsurnya. Contoh : Pertanggungjawaban, orang tua-orang tua. 5 Kata majemuk umumnya berupa kata dasar. Contoh : abu gosok, banting tulang, cagar alam, darah muda. b. Idiom Menurut Chaer 1995 : 74, idiom adalah satuan bahasa yang berupa kata, frase atau kalimat yang maknanya tidak dapat ditarik kaidah umum gramatikal yang berlatar dalam bahasa tersebut atau untuk dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IX ~ Kepahlawanan 273 Idiom dapat pula diartikan sebagai bentuk bahasa berupa gabungan kata yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur gabungan. Contoh: kambing hitam, yang berarti orang yang dipersalahkan. Pada umunya, idiom ini disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya, pengertian idiom itu jauh lebih luas dari peribahasa. Secara leksikologis idiom adalah: 1 Konstruksi dalam unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang hanya ada karena bersama yang lain. 2 Konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna angota- angotanya, 3. Bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, kelompok atau suku. Untuk mengetahui makna sebuah idiom seseorang harus mempelajari sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya melalui makna dari setiap kata yang membentuknya. Oleh karena idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, bentuk-bentuk idiom itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan melaui peraturan-peraturan umum bahasa. Macam-macam idiom dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1 berdasarkan keeratan unsur idiom, dan 2. berdasarkan bentuk. Idiom berdasarkan unsur keeratannya terdiri dari: a Idiom Penuh Idiom penuh adalah idiom yang unsur pembentuknya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Contoh : membanting tulang, yang artinya bekerja dengan sungguh-sungguh. Dalam idiom penuh ini, masing- masing kata tidak dapat diartikan sendiri-sendiri. b Idiom Sebagian Idiom sebagian masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh : daftar hitam, yang artinya daftar yang berisi nama- nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah. Dalam idiom ini, salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal. Berdasarkan bentuknya, idiom dapat berupa: 1 Bentuk-bentuk ungkapan Bentuk-bentuk ungkapan yang dimaksud dalam jenis idiom ini adalah bentuk-bentuk yang terangkai secara tetap unsur-unsurnya, yang merupakan ekspresi dalam menyampaikan suatu maksud. Contohnya angin lalu, diam beribu bahasa. 2 Bentuk-bentuk metafora Struktur dasar metafora yaitu ada sesuatu yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya matahari diperbandingkan dengan raja siang, bulan dikatakan sebagai dewi malam. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa 274 Adapun contoh penggunaan dalam kalimat adalah: 1 Dewi malam nampak muram di balik awan. 2 Mereka telah menjadi sampah masyarakat. Kata majemuk dapat kita cari dan kita temukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, di antaranya: 1. bacalah teks secara keseluruhan, 2. garis bawahilah kata majemuk yang terdapat dalam teks, 3. catatlah kata majemuk tersebut. Berikut ini teks tentang kepahlawanan, baca dan pahamilah teks tentang kepahlawanan di bawah ini Sosok Pahlawan Ideal? Oleh: Beta Chandra Wisdata SETIAP November tiba, di benak masyarakat terkenang peristiwa heroik perjuangan arek-arek Surabaya mem-pertahankan kemerdekaan bangsa. Sejarah mencatat, pertem-puran rakyat terhadap agresi tentara sekutu berlangsung cukup seru. Banyak hal yang harus dikorbankan, terutama di pihak anak negeri sendiri. Inilah puncak, epos kepahlawanan nasional dan sekaligus pembuktian rasa cinta tanah air yang tinggi. Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai heroisme tersebut dijadikan acuan kaum muda sebagai contoh nyata dalam rangka membela negara. Meski demikian, tulisan ini tidak akan membahas persoalan sejauh itu, tetapi khusus membahas bagaimana mencari sosok pahlawan di mata kaum muda yang mulai bergeser di tengah serbuan era modernisme. Tepatnya era kontemporer. Pada umumnya, pahlawan adalah figur seseorang atau sekelompok orang yang berjasa besar menyumbangkan jiwa dan raganya demi hal-hal prinsipil. Tentu saja upaya mewujudkannya dan hasilnya akan membawa dampak positif di masyarakat dari segi humanisme, moral, serta pembangunan. Dalam konteks nasionalisme, pahlawan dapat juga diarti-kan sebagai seseorang yang mengusir penjajah di zaman kolonial. Sosoknya sudah jelas, mulai karakteristik, tahap-tahap perjuangan, sampai bentuk perjuangan revolusioner berisiko tinggi, yaitu dilakukan secara langsung frontal. Tampaknya, semua itu kurang relevan untuk diterapkan bagi kaum muda. Negeri ini telah lepas dari penjajahan. Meskipun sekarang terdapat indikasi metamorfosis bentuk kolonialisme baru dalam praktik ekonomi politik, itu persoalan lain. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IX ~ Kepahlawanan 275 Lebih dari itu, zaman telah bergerak jauh meninggalkan belakang menuju ke fase post modernitas. Karena itu, bentuk pengabdian kepada nusa dan bangsa disesuaikan menurut kebutuhan dan tuntutan zaman. Yang menjadi permasalahan, esensi pahlawan mulai dikaburkan. Asalkan memenuhi beberapa kriteria, seseorang layak menyandang status sosial “pahlawan”. Siapa pun dapat dimasukkan ke dalam kategori ini, tak terkecuali kaum muda mahasiswa, meski kita memahami bahwa mahasiswa selalu terdepan menanggapi perubahan sosial politik pemerintahan. Lebih-lebih keberhasilannya mendobrak kebekuan demokrasi untuk ke sekian kali, puncaknya kejatuhan “parlemen diktatoriat” Soeharto dari kursi tahta pemerintahan setelah 32 tahun tiada kekuatan sosial satu pun yang mampu mengusiknya Nur Elya Anggraini110904. Saya kira, terlalu berlebihan bila kelompok mahasiswa revo-lusioner ini dianggap mewakili sosok ideal pahlawan masa kini. Ini bukan lantaran penegakan reformasi sekarang ini berjalan tersendat-sendat, atau hilangnya idealisme mahasiswa menjun-jung kebenaran dan keadilan. Tetapi, latar belakang mahasiswa yang terlibat hedonisme, seks bebas, narkoba, dan perilaku-perilaku negatif lainnya. Memang benar, tidak ada gading yang tak retak. Artinya, segala sesuatu pasti memiliki kekurangan dan kebaikan masing-masing. Namun, kita tidak bisa mengagung-agungkan seseorang atau sekelompok orang sebagai pahlawan bila latar belakang kehidupannya penuh diwarnai perilaku negatif. Sebab, perjuangan seorang pahlawan tak dapat dipisahkan dari perilakunya. Dikhawatirkan, segala tingkah laku seorang pahlawan sering akan diikuti oleh “pemujanya”. Apalagi, mereka yang sedang dalam proses pencarian jati diri seperti remaja. Lantas, bagaimana mencari sosok pahlawan bagi kaum muda? Idealnya, sosok pahlawan nasionallah yang dapat menjawab pertanyaan ini. Sebab, pahlawan nasional umumnya mewarisi karakteristik yang ideal. Dia bertanggung jawab secara moral dan ideologis agama, menerapkan prinsip solidaritas-etis, berani mempertahankan kebenaran dan keadilan meski dalam kondisi terjepit, disiplin tinggi serta sadar akan iptek sebagaimana yang dicontohkan Tan Malaka. Nah, dari sini kita diharapkan mulai berhati-hati mencari sosok dan memberikan status pahlawan di kemudian hari. Sebab, pengalaman di era orba Orde Baru banyak gelar kehormatan pahlawan diberikan begitu saja untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan penguasa. Amat disayangkan, di zaman reformasi ini belum tampak perhatian besar pemerintah untuk meneladani kembali gelar kepahlawanan sarat kontroversi itu. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa 276 Latihan Terbukti, upaya pelurusan peristiwa-peristiwa besar beserta kehidupan para pahlawan nasional belum juga ditunjukkan. Padahal, ini sangat penting untuk mendidik generasi bangsa akibat mulai lunturnya sosok pahlawan sebagai figur panutan karena pengaruh- pengaruh luar asing. Tugas penting mahasiswa ialah mengisi kemerdekaan ini, mengingat jerih payah dan pengorbanan pahlawan nasional tiada terbandingkan oleh bentuk apa pun. Karena itu, demi terwujud-nya masyarakat Indonesia yang cerdas, intelektual, adil, dan makmur serta menjunjung supremasi hukum, sudah semestinya kaum muda merelakan status simbol kepahlawanannya yang dimiliki agar tidak terjebak sifat narsistik yang berlebihan. Sebab, bumi pertiwi masih menunggu sumbangsih intelek-tualisme kaum muda, baik langsung maupun tidak langsung. Mungkinkah terwujud? Beta Chandra Wisdata Mahasiswa FISIP Unej Jember Jawa Pos, 13 November 2004 1. Diskusikanlah isi bacaan di atas dengan teman sebangku Anda 2. Carilah kata majemuk yang ada dalam bacaan kemudian kelompokkan kata majemuk tersebut berdasarkan maknanya G. Menganalisis Perkembangan Genre Sastra Indonesia Apakah kalian mengetahui ragam perkembangan karya sastra di Indonesia? Sudahkah kalian mengelompokkan angkatan dari berbagai karya sastra? Nah, pada pembelajaran ini, kalian akan mempelajari cara menganalisis perkembangan genre sastra Indonesia. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IX ~ Kepahlawanan 277 Latihan

1. Mendeskripsikan Ragam Karya Sastra Indonesia dari Setiap