Bab II ~ Transportasi
6 5
peN- +
kirim pengirim
meN- +
peluk memeluk
meN- +
tambah menambah
peN- +
putus pemutus
peN- +
tunjuk penunjuk
peN- +
seru penyeru
meN- +
sate menyate
Namun dari sekian banyak peluluhan bunyi yang terjadi, kasus tersebut mempunyai pengecualian. Fonem k,p,t,s tidak akan mengalami peluluhan bila
bertemu dengan konsonan lain atau berupa kluster, misalnya kl, kr, pr,tr,sy. Contoh:
meN- + klasifikasi + kan mengklasifikasikan
meN- + kramas mengkramas
meN- + kritik mengkritik
meN- + protes memprotes
meN- + program memprogram
meN- + transfer mentransfer
meN- + traktir mentraktir
meN- + syukur + -i mensyukuri
meN- + syarat + -kan mensyaratkan
Proses peluluhan di atas terjadi dengan prinsip pencarian pengucapan bunyi yang seenak mungkin. Dengan demikian, setiap konsonan yang mengalami
peluluhan selalu berubah menjadi nasal yang dihasilkan oleh alat ucap sama atau paling dekat, misalnya: k berubah menjadi ng, p berubah menjadi m
, t berubah menjadin, dan s berubah menjadi ny.
3. Menjelaskan Proses Penyamaan Bunyi dalam Suatu Kata
Penyamaan bunyi dalam suatu kata yaitu proses berubahnya bunyi yang
tidak sama menjadi sama. Proses tersebut dalam ilmu bahasa disebut asimilasi. Dalam bahasa Indonesia, asimilasi dapat terjadi karena adanya pertemuan antara
unsur yang satu dengan yang lain atau dapat pula terjadi pada satu kata yang oleh orang-orang tertentu diubah secara sengaja maupun tidak.
Bila Anda perhatikan proses penyamaan bunyi dalam suatu kata, Anda dapat menemukan beberapa tujuan praktis di dalamnya, antara lain:
a. pemudahan pengucapan,
b. pemerolehan seni suara yang merdu.
Untuk memudahkan pengucapan suatu kata, seseorang dapat saja mengucapkan dengan sesukanya sehingga terjadi perubahan, misalnya kata
infuse ‘memasukkan’ mengalami adaptasi menjadi infus. Namun, pengucapan ini tetap sulit karena n yang menggunakan pertemuan lidah dan ceruk gigi
bertemu dengan f yang menggunakan pertemuan bibir bawah dan gigi atas. Memang, bagi orang yang mematuhi norma bahasa, pengucapan tersebut
bukanlah permasalahan yang berat karena dengan melatih beberapa kali saja dapat mengucapkannya dengan fasih. Akan tetapi, kata infus akhirnya sering
diucapkan dengan impus karena pengucapan ini lebih mudah.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
66
Latihan
Kemudahannya itu diperoleh karena m dan p dihasilkan oleh alat ucap yang sama yaitu pertemuan antara bibir bawah dengan bibir atas atau yang
sering disebut bilabial. Contoh lain dapat dilihat pada proses penggabungan in + moral menjadi inmoral, kemudian menjadi immoral, dan akhirnya menjadi
imoral. Penggabungan al + salam menjadi alsalam, kemudian menjadi assalam, dan akhirnya menjadi asalam.
Rupanya, seseorang berucap tidaklah sekadar mencari kemudahan saja, tetapi juga berorientasi pada pemerolehan suara merdu pada pengucapan,
misalnya untuk menegaskan maksud suatu keberadaan terang. Kata tersebut digabungkan dengan sebuah kata benderang. Dalam hal ini, pemilihan kata
benderang bukanlah sembarangan, melainkan penuh pertimbangan, yaitu adanya kesamaan bunyi pengucapan sehingga menghasilkan seni suara yang indah
yaitu kesamaan bunyi e dan rang. Kata benderang memang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat menempel pada kata terang sehingga disebut kata unik.
Contoh lain juga terdapat pada kata gelap gulita, luluh lantak, remuk redam compang camping, mondar mandir.
Jawablah pertanyaan di bawah ini 1.
Carilah satu paragraf bacaan, kemudian catatlah kata-kata yang mengalami penyamaan bunyi
2. Susunlah sepuluh kata yang mengalami penyamaan bunyi, kemudian
tunjukkanlah alasan yang menguatkan proses penyamaan tersebut
3. Menjelaskan Proses Penidaksamaan Bunyi dalam Suatu Kata