Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
240
Dari masyarakat yang belum mengetahui norma bahasa, munculnya kesalahan dapat disebabkan sikap yang belum tahu itu
berkembang dalam ketidaktahuannya. Artinya, orang yang berbicara itu sekadar mengandalkan kemampuan yang dimilikinya, yang penting
dapat mencapai maksud. Akan tetapi, kemungkinan lain dapat terjadi bahwa orang yang belum tahu norma bahasa itu selalu berusaha untuk
mengungkapkan bahasa yang tepat dan benar, namun karena keterbatasannya itulah dia tetap belum dapat benar.
Dari masyarakat yang sudah mengetahui norma bahasa, munculnya kesalahan berbahasa disebabkan dua sikap, yaitu: pertama,
sikap pemakai bahasa yang tidak mau diatur, dia ingin selalu bebas. Walaupun tahu pemakaian bahasanya salah, orang itu akan membiarkan
begitu saja karena itulah yang diinginkannya. Orang gaul mengatakan bahwa cuek is the best; sikap kedua yaitu orang yang sudah mengetahui
norma bahasa dan selalu berusaha untuk benar. Namun demikian, usaha itu kandas karena keterbatasan kemampuannya.
Dengan mencermati uraian di atas, kita dapat menemukan beberapa faktor penghambat langkah perkembangan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Faktor yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Kurang Sadar
Sebagian masyarakat kurang menyadari arti pentingnya berbahasa dengan baik dan benar. Ada dua tipe masyarakat yang
kurang sadar ini, yaitu: orang yang benar-benar belum mengetahui norma bahasa, dan yang lainadalah orang yang sudah mengetahui
norma bahasa, tetapi bersikap semau gue.
2. Banyaknya Dialek
Menurut penelitian, Indonesia mempunyai lebih dari 250 macam dialek dan dalam praktik keseharian dialek tersebut sangat
pekat dengan masyarakat pemakainya sehingga sering dianggap sebagai bahasa ibu. Karena begitu pekatnya bahasa tersebut, apabila
orang bersangkutan ingin mengungkapkan bahasa Indonesia, mereka sering mencampuradukkan dialek yang dimilikinya ke
dalam bahasa Indonesia. Kasus tersebut mungkin tidak disengaja oleh penuturnya, tetapi mungkin saja disengaja dengan harapan
dialek tersebut dapat mengungkapkan maksud atau perasaan yang tepat bagi penuturnya. Dengan demikian, terjadilah bahasa
campuran yang tidak benar lagi menurut norma bahasa Indonesia.
3. Paham Paternalistik
Walaupun reformasi sudah berjalan, tampaknya paternalisme masih kental di tengah masyarakat kita. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pemimpin merupakan figur masyarakat yang menjadi sentral percontohan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab VIII ~ Hiburan
241
Oleh sebab itu, terjadinya penyimpangan bahasa seorang pemimpin merupakan virus kesalahan bagi masyarakat yang pada ujungnya
akan merusak bahasa yang baik dan benar.
4. Bahasa Prokem
Bahasa prokem merupakan bahasa slang atau oleh anak gaul sering disebut bahasa slengekan. Bahasa ini digunakan oleh
penuturnya secara spontan tanpa memikirkan norma bahasa. Penuturan prokem ini biasanya bertujuan untuk memuaskan
perasaan secara temporal saja sehingga biasanya bahasa tersebut digunakan secara tidak resmi. Dengan demikian, penggunaan
bahasa prokem secara frekuentatif cenderung mengarah pada penyimpangan bahasa yang baik dan benar.
5. Kemalasan
Boleh dikatakan bahwa kemalasan merupakan puncak penghambat terwujudnya bahasa yang baik dan benar. Kata malas
di sini mempunyai dua pengertian pokok, yaitu: pertama, malas mencari informasi norma bahasa dan, yang kedua malas
menerapkan norma, bahasa dalam praktik kebahasaan walaupun sudah mengetahuinya.
Solusi
Bahasa Indonesia yang baik dan benar beserta praktik pemakaiannya mempunyai permasalahan yang pelik dan kompleks.
Oleh sebab itu, penanganan masalah ini tidak dapat dilakukan secara terkotak-kotak, tetapi harus dilakukan secara terpadu dan serentak. Itu
pun harus dilakukan secara berkesinambungan.
Ada beberapa pilar yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan dan merawat pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pilar-pilar yang dimaksudkan antara lain:
1. Pemerintah