Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
8 2
Cerpen cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa, cerpen merupakan kisah sepenggal kehidupan. Cerpen biasanya memiliki alur yang lebih
sederhana dengan memunculkan beberapa tokoh dan mengupas masalah yang lebih sederhana. Biasanya untuk membuat cerpen dapat dilakukan dengan mengem-
bangkan unsur-unsur intrinsik, seperti penokohan, latar, dan sudut pandang.
1. Alur
Alur adalah jalannya sebuah cerita. Pada umumnya jalan cerita terbagi menjadi:
a. Pengenalan masalah exposition
Biasanya terdapat pada awal cerita. Pada bagian ini penulis harus mampu menarik perhatian agar pembaca tertarik untuk terus membaca.
b. Pengungkapan peristiwa complication
Pada bagian ini mulai terjadi pertentangan. c.
Menuju konflik Terjadi peningkatan masalah.
d. Puncak konflik
Merupakan klimaks masalah dalam cerita. e.
Ending penyelesaian Akhir cerita dan perubahan nasib pada tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Penokohan
Dalam merencanakan sebuah cerita, dapat dilakukan dengan menemukan masalah baru menentukan tokoh-tokohmya atau sebaliknya.
Penokohan adalah penggambaran karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Pengarang dapat menggunakan 2 teknik untuk menggambarkan karakter
seorang tokoh, yaitu: a.
teknik analitik, yaitu tokoh diceritakan secara langsung oleh penulisnya. b.
teknik dramatik, yaitu karakter tokoh dikembangkan melalui peng- gambaran perilaku, tata bahasa, jalan pikiran, atau digambarkan oleh
tokoh lain.
3. Latar
Latar meliputi tempat, waktu, dan budaya. Pemilihan latar dapat digunakan untuk memberi kesan menarik kepada pembacanya.
4. Sudut pandang point of view
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Pada umumnya, pengarang berperan sebagai orang pertama, yaitu dengan
menggunakan “aku” atau saya. Selain itu, pengarang dapat berperan sebagai pengamat, yaitu memakai sudut pandang orang ketiga sehingga pengarang
menggunakan kata ia, dia, atau nama orang.
Sebagai contoh bacalah kumpulan cerpen Anak Pertama di bawah ini yang menggunakan sudut pandang orang ketiga
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab III ~ Peristiwa
8 3
Anak Pertama
Dalam matanya seperti masih membayang sarang laba-laba yang menjaring mangsa di antara rumpun padi. Dalam matanya masih
membayang gulungan daun pisang tempat bersarang kepompong yang siap menjadi kupu-kupu. Dalam matanya masih membayang gemericik
air sungai di antara batu-batu. Dalam matanya masih membayang lambaian awan yang seakan-akan bermain di antara rerimbunan
dedaunan yang meneduhi lembah gunung.
Seluruh meriung dalam irama puncak gunung. Tapi yang terpandang kini bukan lagi sebuah desa yang diporak-
porandakan oleh letusan gunung api, yang ada kini adalah kawasan kumuh sebuah kota metropolitan
Mula-mula tak ia pahami makna kata kumuh. Bunyi suara kata itu cukup bagus jika dieja, seperti mengeja kata semangka. Tapi kumuh
bermakna bertentangan dengan kukuh, ia sama artinya dengan berlepotan.
Jika seseorang berlepotan dengan uang atau sesuatu yang manis seperti gula, memang enak rasanya. Jika berlepotan dengan makanan,
yang dirasa adalah kelezatan, tetapi kalau berlepotan dengan Lumpur dan kotoran, alangkah nelangsanya. Meskipun Lumpur sawah akan
menghasilkan padi dan kotoran binatang dapat dijadikan pupuk penyubur tanaman.
Akan halnya tetang kumuh yang bermakna belepotan di kota Jakarta ini amat lain makanya. Kawasan yang mirip kawasan tak
bertuan, kadang bermula dari empang, tumpukan sampah, atau tanah kuburan. Kadang mula-mula berwujud lapangan terbuka yang
dimaksudkan sebagai kawasan taman, seperti misalnya yang kemudian didiami Narti.
Tak ia mengerti tempat itu akan dijadikan taman atau tempat apa saja, yang ia tau, ia dibawa suaminya mendirikan gubuk di situ. Mula-
mula rumah kardus, lalu berubah menjadi rumah tambal-bertambal dengan kepingan papan dan tripleks dengan atap plastik yang didapat
dari plastik bekas buangan yang dikumpulkan dari tempat pembuangan sampah. Sebagai pemulung suaminya, memang baru mampu
memdirikan rumah kardus bertambal-tambal tempat bernaung dari panas dan hujan secara seadanya.
“Hidup kita seperti perjalanan Jakarta?” Narti berkata kepada suaminya pada suatu hari.
“Seperti perjalanan Jakarta?” suaminya memandang ke wajah Narti. “Perjalanan apa? Kok Jakarta berjalan?” Supardi merasa aneh
apa yang dikatakan istrinya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
8 4
Latihan
“Ya, ‘kan Mas. Dalam film ‘Benyamin Pulang Kampung dikatakan Jakarta berjalan dari Betawi.”
“Film? Narti nontonnya di mana?” “Di televise tetangga, Mas. ‘Kan kita belum punya televisi.”
“Nanti punya kalau anak kita sudah lahir.” Serasa Narti ditendang jabang bayi. Perutnya terasa gonjang-
ganjing. “Senang kakau ada televise. Bisa liat Jakarta.”
“LIhat Jakarta? ‘Kan kita ini tinggal di Jakarta.” “Lain dong, Mas. Kita ini tinggal di dalam kawasan kumuh, bukan
di Jakarta. Kalau Jakarta itu gedung-gedung….” “Gedung-gedung?”
“Ya. Orang Jakarta itu gedongan, Mas.” “Rumah maksud Narti?”
“Ya. Rumah yang layak dihuni” Narti ingat suaminya, Supardi, segera mengambil peralatan
pemulung dan berguman sendiri. “Katamu tadi, hidup kita seperti perjalanan Jakarta. Jauh ‘kan perjalanan Jakarta dari Betawi?”
“Itu ‘kan kata film….”
Jakarta, 30 Juni 2004
Nah, sekarang untuk lebih memahami pemahaman materi di atas, buatlah sebuah cerita pendek tentang kehidupan seseorang dalam sudut penceritaan orang
ketiga Kemudian bacakanlah di depan kelas cerita pendek yang telah Anda buat
E. Menulis Drama Pendek Berdasarkan Cerita
Pendek atau Novel
Tentunya Anda semua sudah pernah mendengar dan menonton pementasan drama? Pernahkah Anda mencoba membuat naskah drama? Pada bagian berikut,
Anda akan berlatih menulis drama pendek berdasarkan cerita pendek atau novel. Sebuah cerita pendek atau novel dapat diubah menjadi drama pendek dengan
mengubah bentuk prosa menjadi dialog-dialog yang menggambarkan cerita. Untuk menulis drama, Anda harus memperhatikan unsur-unsurnya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab III ~ Peristiwa
8 5
1. Plot