Penyusunan Paragraf Deskriptif sma11bhsind BahasaDanSastraProgBhs Demas

Bab I ~ Tempat Umum 1 7 D. Menyusun Paragraf Deskri ptif tentang Keadaan Alam Tentunya Anda semua sudah pernah membaca sebuah bacaan yang berisi tentang keadaan alam saat ini. Sudah pernahkah mencoba menyusun bacaan tersebut menjadi paragraf deskriptif? Pada bagian berikut, Anda akan berlatih membuat pokok-pokok kerangka paragraf deskriptif yang berisi hasil pengindraan faktual tentang keadaan alam.

1. Penyusunan Paragraf Deskriptif

Beberapa tokoh bahasa Indonesia mengemukakan bahwa paragraf deskriptif tidak mempunyai kalimat utama. Semua kalimat yang mendukungnya dipandang sebagai kalimat yang merata sehingga tidak ada yang diistimewakan. Sementara, di lain pihak ada yang menyebutnya sebagai paragraf yang kalimat utamanya menyebar di seluruh bagian tubuh karangan. Hal itu terjadi karena semua kalimat dianggap sebagai kalimat yang penting dalam mendukung ide karangan. Jenis paragraf deskriptif menggambarkan suatu hal, baik benda, peristiwa, keadaan alam, maupun manusia. Dengan paragraf deskritif, pembaca seolah- olah menyaksikan atau merasakan hal yang diceritakan. Untuk memahami lebih dalam, coba perhatikan contoh paragraf deskriptif di bawah ini Warga Dukuh Bometan, Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, merasa was-was karena terancam longsoran talut jalan tembus Desa Serut, Kecamatan Gendangsari, Kabupaten Gunung Kidul yang hanya terbuat dari batu-batu kosong sehingga saat terkena air hujan mudah ambrol. Beberapa waktu lalu, talut tersebut sudah longsor sekitar 28 meter sepanjang dua kilometer akibat hujan deras yang turun beberapa hari ini. Dampak longsoran mengancam perumahan Dukuh Bometen dan sebagian air sudah menyentuh dua rumah warga RT 12. Selain itu, lahan pertanian seluas 88 hektar akan terendam banjir. Saat ini, sudah 50 hektar tanaman padi dengan umur padi rata-rata lima hari yang hanyut terbawa air ataupun mati terendam air. Bila Anda perhatikan paragraf tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa paragraf itu menggambarkan suasana ketakutan warga desa yang terkena bencana longsor talut dan lahan pertaniannya yang rusak akibat banjir. Suasana ketakutan tersebut dibangun dengan kalimat dan ide yang membentuknya, misalnya was- was longsoran talut yang menimpa perumahan, hujan yang terus-menerus tidak berhenti, dan lahan pertanian yang rusak sehingga tidak bisa panen tepat waktu. Dengan memerhatikan itu semua, paragraf tersebut dapat digolongkan sebagai paragraf deskriptif. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa 1 8 Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang menyusun paragraf deskriptif, carilah wacana yang sederhana tentang keadaan alam, kemudian Anda susun wacana tersebut dalam paragraf deskriptif E. Membedakan Fonem Bahasa Indonesia Tentunya Anda semua sudah pernah membaca koran atau majalah. Pernahkah Anda membaca suatu bacaan dengan lantang di depan kelas? Pada bagian berikut, Anda akan berlatih untuk membedakan fonem dalam bahasa Indonesia dengan cepat dan tepat. Membedakan Pengucapan Konsonan, Vokal yang Benar dan yang Salah Di dalam ilmu bahasa, Anda kenal adanya fonetik yang merupakan bagian dari fonologi. Fonetik merupakan ilmu bahasa yang memelajari fonem dari segi cara menghasilkannya. Bunyi bahasa-bahasa dapat didengar karena adanya getaran udara yang mampu ditangkap oleh alat dengar telinga. Dengan demikian, faktor udara sangat penting dalam pembentukan bunyi bahasa. Berbicara mengenai bunyi bahasa, ada fonem. Fonem dapat diberi pengertian sebagai bunyi bahasa paling kecil yang dapat membedakan arti. Contoh: kendala : mempunyai 7 fonem, yaitu: k, e, n, d, a, l, a sangat : mempunyai 5 fonem, yaitu: s, e, m, a, ng, a, t menyalakan : mempunyai 9 fonem, yaitu: m, e, ny, a, l, a, k, a, n Berdasarkan cara pengucapannya, fonem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsonan dan vokal. Perbedaan ini cenderung ditentukan oleh perilaku unsur-unsur alat ucap dalam proses menghasilkan fonem yang bersangkutan. Ada tiga unsur pokok yang sangat menentukan pembentukan fonem, yaitu: udara, artikulator, dan artikulasi. Udara yang dimaksudkan di sini adalah udara yang berasal dari paru- paru. Artikulator yaitu alat ucap yang bergerak. Artikulasi yaitu alat ucap yang merupakan titik sentuh saat proses menghasilkan bunyi bahasa. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab I ~ Tempat Umum 1 9 Konsonan merupakan fonem yang dihasilkan dengan cara udara dari paru- paru keluar dan mendapat hambatan pada titik tertentu, misalnya m, b. Kedua konsonan tersebut dihasilkan dengan cara udara dari paru-paru keluar, bagian bibir bawa bergerak selaku artikulator dan menyentuh bibir atas selaku titik sentuh atau artikulasi. Fonem konsonan tersebut mendapat hambatan pertemuan antara kedua belah bibir. Oleh sebab itu, fonem tersebut disebut fonem bilabial. Vokal merupakan fonem yang dihasilkan dengan cara udara dari paru-paru keluar dan tidak mendapatkan hambatan apapun. Terjadinya bunyi vokal cenderung dipengaruhi bentuk alat ucap dan gerakannya, misalnya u berlainan dengan o. Fonem u dihasilkan dengan cara udara dari paru-paru keluar dan tidak mendapatkan hambatan dengan bentuk kedua belah bibir membulat, sedikit maju, dan tengah lidah naik sedikit. Adapun o dihasilkan dengan cara yang mirip dengan u, hanya saja o harus membentuk rongga mulut menjadi lebih besar. Secara rinci, fonem dapat dibedakan sebagai berikut: Perlu dicermati bahwa bunyi fonem tersebut akan mengalami perubahan- perubahan apabila fonem tersebut mempunyai konteks bahasa yang berlainan, misalnya bunyi u dalam bahasa Indonesia mempunyai dua realisasi bunyi, yaitu bunyi [u] secara penuh dan bunyi [U] secara tidak penuh. Bunyi [u] penuh misalnya terdapat pada kata: s e r u, p a k u, Maluku, dsb. Fonem u akan dilafalkan secara penuh apabila terdapat pada suku terbuka, seperti pada contoh tersebut. KONSONAN VOKAL FONEM KONSONAN ORAL: b, c, d, f, g, h, j, k, l, p, q, r, s, t, v, w, x, y , z VOKAL TUNGGAL: a, i, u, e, o VOKAL RANGKAP DIFTONG: ai, au, oi KONSONAN NASAL: m, n, ng, ny Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa 2 0 Latihan Bunyi [U] tidak penuh misalnya terdapat pada kata: gunUng sarUng terbungkUs Fonem u pada umumnya tidak dilafalkan secara penuh apabila terdapat pada suku tertutup akhir suatu kata, seperti pada contoh tersebut. Akan tetapi, pada saat tertentu hal itu tidak terjadi, misalnya pada saat bernyanyi. Harus kita sadari benar bahwa pengucapan vokal tunggal a, i , u, e, o berbeda dengan vokal rangkap atau diftong ai, au, oi. Vokal tunggal harus diucapkan secara terpisah walaupun vokal itu berdampingan. Lain halnya dengan vokal rangkap diftong, vokal ini dilambangkan dengan dua huruf, namun pelafalannya harus terwujud sebagai satu fonem yang merupakan perpaduan dua bunyi. Untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh berikut: Meraut, rayuan pada dua kata tersebut bunyi au dan ua merupakan vokal tunggal yang berdampingan. Oleh sebab itu, cara pengucapannya harus dipisahkan, bahkan apabila ingin memisahkan suku katanya fonem itu harus terpisah. Berbeda halnya dengan pulau, rantau, lampau. Pada ketiga kata tersebut, fonem au harus dilafalkan sebagai satu bunyi yang merupakan perpaduan antara a dan u, bahkan pada pemenggalan suku kata, fonem-fonem tersebut tidak boleh dipisahkan. Bila Anda perhatikan, fonem k pun mengalami perubahan bunyi apabila mempunyai konteks yang berbeda, misalnya kata retak, gertak, penolakan, pemasukan, memasukkan, meremukkan. Dari contoh yang ada tersebut, Anda dapat menemukan adanya tiga macam realisasi bunyi, yaitu: k yang menutup suku kata, k yang mengakhiri suku kata dan diikuti bunyi lain berupa vokal, dan k yang mengawali suku kata. Pada akhir suku kata, fonem k dilafalkan sebagai glotal stop, pada akhir suku kata yang diikuti bunyi lain dilafalkan sebagai k yang tidak penuh, dan fonem k yang mengawali suku kata diucapkan secara penuh. Jawablah pertanyaan di bawah ini 1. Cobalah Anda bandingkan antara kata rantai, petai, jagai, kenai Jelaskan perbedaan pelafalan fonem ai yang terdapat pada kata-kata tersebut 2. Cobalah Anda berlatih dengan menulis sepuluh kata yang mengandung fonem k, kemudian cobalah memilah-milahkan kata yang dapat dilafalkan secara sejenis. Setelah itu cobalah melafalkan dengan keras dan benar Di unduh dari : Bukupaket.com Bab I ~ Tempat Umum 2 1 F. Mengaplikasikan Komponen Kesastraan Teks Naratif pada Karya Sastra Naratif Cerpen, Novel, Hikayat Anda tentu sudah pernah membaca cerpen, novel, ataupun hikayat. Sudah pernahkah Anda mencoba mengaplikasikan komponen kesastraan teks naratif pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, dan tema untuk menelaah karya sastra naratif? Pada bagian berikut, Anda akan berlatih mengaplikasikan komponen kesastraan teks naratif tersebut.

1. Mengindentifikasi Komponen Kesastraan Teks Naratif Pelaku