Dampak Internalized Homophobia Internalized Homophobia

22 negatif bagi kaum homoseksual termasuk lesbian. Melihat hal ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell dalam Herdiansyah, 2014 mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah untuk memahami permasalahan manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks, serta dilakukan dengan setting yang alamiah tanpa intervensi apapun dari peneliti. Peneliti memilih metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin memahami fenomena internalized homophobia terhadap orang yang mengalami gangguan identitas gender, melalui gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Kebanyakan orang yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka menunjukkan diri sebagai lesbian, gay, biseksual dan transgender. Penelitian ini menggunakan studi kasus case study. Creswell dalam Herdiansyah, 2014 menyatakan bahwa case study adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang saling terkait satu sama lain” bounded system pada beberapa hal dalam satu kasus secara detail, disertai dengan penggalian data secara mendalam, dan melibatkan beragam sumber informasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik adalah bentuk studi untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu individu, kelompok, peristiwa dan organisasi tertentu Herdiansyah, 2014. Terkait hal ini, informan penelitian adalah dua orang dengan gangguan identitas gender yang mengalami internalized homophobia di Kupang. Peneliti ingin mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia serta dampaknya bagi orang dengan ganguan identitas gender.

3.2 Informan Penelitian

Penelitian menggunakan non-probability sampling. Non-probability sampling adalah metode sampling terhadap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan non-probability yang sama untuk terpilih. Peneliti menggunakan salah satu bentuk bentuk non-probability sampling yaiut teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki informan penelitian karena ciri- ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan Herdiansyah, 2014. Informan penelitian adalah dua orang gangguan identitas gender yang sedang mengalami internalized homophobia.

3.3 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada dengan gangguan identitas gender. Orang yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh secara fisik sebagai orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka tumbuh menjadi lesbian, gay, biseksual dan transgender Zucker dkk, dalam Davison, dkk., 2006. Persepsi, stigma serta penerimaan stereotip sosial terkait homoseksual oleh masyarakat, menyebabkan kaum homoseksual menginternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku Herek et al, dalam Mariani, 2013. Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode utama penggumpulan data adalah wawancara. Wawancara adalah suatu komunikasi dua arah dengan pertukaransharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi Stewart dan Cash dalam Herdiansyah, 2015. Peneliti memilih wawancara sebagai metode utama pengumpulan data karena topik penelitian ini cukup sensitif. Peneliti ingin mengetahui dan memahami pembentukan internalized homophobia serta dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur menggunakan pertanyaan terbuka, fleksibel, terkontrol, dan pedoman wawancara sebagai patokan untuk mengatur alur pembicaraan. Wawancara bertujuan untuk memahami suatu fenomena Herdiansyah, 2015. Peneliti melakukan wawancara dengan persetujuan dari informan dan menjaga kerahasiaan data informan. Alat perekam dipergunakan untuk membantu membuat verbatim wawancara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI