Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

c. Identifikasi Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik sama dengan orang lain Gerungan, 2009: 72. Pada awalnya, anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tuanya, tetapi lambat laun, setelah ia berkembang di sekolah menjadi seorang remaja, tempat identifikasi dapat beralih dari orang tuanya ke orang-orang yang dianggapnya terhormat atau bernilai tinggi, misalnya guru. Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang dianggapnya ideal, dan masih merupakan kekurangan pada dirinya. d. Simpati Simpati adalah perasaan tertarik orang yang satu terhadap yang lain Gerungan, 2009: 75-76. Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu kerja sama antar dua atau lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapat diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan yang lainnya. Tujuan simpati baru terlaksana apabila terdapat hubungan kerjasama tadi.

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi Gerungan, 2009 adalah: a. Kerjasama Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara seseorang atau kelompok dalam mencapai satu tujuan yang sama. b. Akomodasi Akomodasi menunjuk pada usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai kestabilan. Menurut Gillin, akomodasi sama artinya dengan pengertian adaptasi. Dari pengertian ini, dimaksudkan bahwa pada awalnya orang saling bertentangan menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan. c. Asimilasi Asimilasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia. Proses asimilasi dapat dengan mudah terjadi melalui beberapa cara, antara lain dengan sikap toleransi, sikap saling menghargai orang lain dan kebudayaannya, sikap terbuka dari penguasa, dan lain-lain. Ketiga proses ini merupakan proses asosiatif yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan suatu interaksi sosial yang memiliki kesamaan pandangan dan tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan pandangan.

F. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar merupakan penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar mencerminkan keberhasilan proses belajar yang dikembangkan. Artinya bahwa siswa telah mampu menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru selama proses belajar berlangsung sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Menurut Catharina 2006: 84, prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Tidak semua perubahan tingkah laku dapat diartikan sebagai hasil belajar. Ada beberapa persyaratan, sehingga suatu proses perubahan tingkah laku baru dapat diartikan sebagai hasil belajar. Persyaratan itu adalah bahwa hasil belajar itu merupakan pencapaian dari suatu tujuan belajar. Hasil belajar itu merupakan usaha dari kegiatan yang disadari, belajar itu sendiri merupakan proses latihan yang berfungsi efektif untuk jangka waktu tertentu dan hasil belajar itu perlu. Sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar Benjamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi : 1. Aspek kognitif Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif memiliki enam jenjang tujuan belajar, yaitu: a. Mengingat: meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. b. Mengerti: mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis. c. Memakai: menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah. d. Menganalisis: memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukkan bagaimana bagian-bagian saling terhubung satu sama lain. e. Menilai: membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. f. Mencipta: membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur ke dalam suatu pola. 2. Aspek afektif Aspek afektif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan perilaku. 3. Aspek psikomotorik Prestasi belajar dalam aspek psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan saraf, manipulasi objek dan koordinasi saraf. Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang diukur adalah indikator prestasi belajar pada aspek kognitif. Prestasi belajar aspek ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran. Dari hasil tes tersebut akan diketahui sejauh mana peserta didik menguasi materi pembelajaran yang telah diajarkan

G. Prestasi Belajar Matematika

Hasil belajar matematika merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar matematika. Hasil ini dapat dilihat dari evaluasi yang merupakan nilai yang menunjukkan keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan materi di dalamnya. Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Perbedaan tingkat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wina Sanjaya 2008: 15, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta lingkungan. 1. Faktor Guru Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI KELAS IX MTS AL-WASHLIYAH TEMBUNG TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 3 23

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 MEDAN PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 7 25

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 MEDAN PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 4 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI KELAS IX SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 3 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI KELAS IXSMP NEGERI 3 RANTAU UTARA T.A 2014/2015.

0 2 22

Hubungan kemampuan hitung dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2014/2015 pada materi bangun ruang sisi lengkung.

0 2 174

Soal dan Pembahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX SMP

9 188 19

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI( STUDI KASUS PADA KD BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NGADIROJO PACITAN).

0 0 13

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP

0 0 13

PENGEMBANGAN CD PEMBELAJARAN MATEMATIKA INTERAKTIF BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG UNTUK SISWA SMP KELAS IX

0 0 15