Media Perluasan Islam Periode Kerajaan Demak

terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna ungu menandakan daerah-daerah penting atau pusat kerajaan kecil yang menjadi wilayah kekuasaan dan taklukan pada periode kerajaan Demak. Sedangkan untuk simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan kerajaan Demak. Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah merah menandakan arah perluasan wilayah ekspansi yang dilakukan selama pemerintahan Demak. Arah anak panah ini diurutkan sesuai dengan kronologi penaklukannya. Sedangkan untuk simbol yang ketiga adalah simbol area berwarna hijau menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh kerajaan Demak membentang dari wilayah Jawa bagian barat, tengah, dan timur. baik wilayah yang ditaklukan dengan cara peperangan ataupun tunduk secara damai. Namun, terlihat di ujung Jawa bagian timur wilayah Blambangan dan sekitarnya masih berwarna putih. Seperti dibahas sebelumnya, daerah tersebut belum dikuasai oleh Demak dikarenakan Sultan Trenggana tewas dalam ekspedisi Panarukan.

B. Periode Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama yang berada di Jawa Barat. Cirebon yang semula masuk daerah kekuasaan Sunda Pajajaran. Ketika itu Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana dan pada tahun 1479 M, Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya sendiri yaitu Sunan Gunung Jati. Sekitar tahun 1513, Cirebon sudah termasuk dibawah kekuasaan kerajaan Demak. 31

1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Cirebon

a. Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, nama lainnya dari Sunan Gunug Jati yaitu Said Kamil nama pemberian Nabi Muhammad dan Syekh Maulana Jati nama sebagai guru agama. 32 Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama 31 Poesponegoro, op.cit., h. 59. 32 Adeng, dkk, op.cit., h. 24. walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Beliau sebagai pendiri kerajaan Islam di Ceribon. Sebelum berdirinya kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon terbagi atau dua daerah. Untuk derah pesisir disebut dengan Cirebon Larang, sedangkan untuk daerah pedalaman disebut dengan nama Cirebon Girang. 33 Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari , “Ayah dari Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari Bani Hasyim keturunan Bani Ismail.” 34 Ibunya adalah Larasantang seorang putri Sunda Pajajaran yang bergelar Sarifah Mudaim. Gelar tersebut didapat setelah Ibu Sunan Gunung Jati mengandungnya pada usia kandungan sembilan bulan. Ibu dari Sunan Gunung Jati merupakan adik dari Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana Cakrabumi. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 M. 35 Pangeran Cakrabuana yang pada saat itu sebagai penguasa Cirebon menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati. 36 Pengangkatan Sunan Gunung Jati didukung oleh para Wali Allah di pulau Jawa yang dipimpin oleh Sunan Ampel. 37 Sunan Gunung Jati memiliki umur yang panjang sekitar 120 tahun. Beliau wafat pada tahun 1568. 38 b. Fatahillah Fatahillah dilahirkan di Pasai dari keturunan rakyat biasa. Selama 2 tahun memperdalam ilmu agama di Mekkah dan kembali ke pasai tahun 1521, kota tersebut sudah dikuasai oleh Portugis. 39 Fatahillah 33 M. Sanggupri Bochori, dkk., Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional, 2001, h. 6. 34 Sunyoto, op. cit., hal. 155. 35 Adeng, op. cit., h. 24. 36 Ibid., h. 25. 37 Ibid. 38 Poesponegoro, op.cit., h. 60. 39 Adeng, dkk., op.cit., h. 22. menjadi panglima perang pada masa Demak dan menguasai Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Jayakarta dan menjadi bupati disana. Ketika Sunan Gunung Jati wafat, ia mengantikan kedudukan Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun baru dua tahun memimpin ia meninggal pada 1570 M. 40 c. Panembahan Ratu I Pada tahun 1570 Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Cirebon telah diganti oleh seorang cicitnya, yang hanya terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. 41 Pada masa peralihan, Cirebon dipimpin oleh Fatahillah selama dua tahun. Panembahan Ratu I dianugrahi umur yang panjang, semenjak menjadi Raja Cirebon pada 1570 ia baru meninggal pada tahun 1650. 42 Berarti ia menjabat menjadi raja Cirebon sekitar 80 tahun. Sebagai pengganti yang meneruskan kerajaan Cirebon adalah Pangeran Girilaya. Ia merupakan cucu dari Panembahan Ratu I. d. Panembahan Girilaya Setelah Panembahan Ratu I meninggal, Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim lahir tahun 1601, anak dari Pangeran Seda ing Gayam, yang telah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya yaitu Panembahan Ratu II. 43 Panembahan Ratu II mempunyai hubungan erat dengan Mataram, karena ia adalah menantu dari Mangkurat I, namun hubungan merenggang ketika Mataram mencurigai Cirebon yang sedang merintis kekuatan dengan Banten untuk mengadakan pemberontakan. Akhirnya diatur siasat berupa undangan kekeluargaan oleh Mangkurat I, yang berujung kepada penahanan 40 Ibid., h. 22. 41 De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 144. 42 Ibid., h. 145 43 West Java Kingdom, loc. cit., Panembahan Ratu II. Ia ditahan sampai meninggalnya dan dimakamkan di Imogiri 1667. 44

2. Perluasan Wilayah Kerajaan Cirebon

Sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16, sebuah kerajaan di Jawa bagian barat telah berdiri. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Cirebon. Kerajaan Cirebon terletak di pantai utara pulau Jawa. Lokasinya di perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah menjadi jembatan antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda. Pada saat kerajaan Mataram berkuasa di Jawa, kerajaan Cirebon dijadikan sebagai pangkalan penting untuk angkatan bersenjata dan sebagai kerajaan kegamaan saja. Selain itu Cirebon dianggap sebagai vassal daerah taklukan dari kerajaan Mataram. 45 Kerajaan Cirebon mulai melakukan perluasan wilayah kerajaannya ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Perluasan di Luragung Kuningan berjalan secara damai dengan ikatan perkawinan. Kemudian dilanjutkan perluasan ke Talaga. Namun di Talaga proses perluasannya dilakukan secara peperangan dikarenakan terjadi kesalahpahaman antara pengawal Sunan Gunung Jati dengan Prabu Pucukumum. Sunan Gunung Jati berhasil menundukkan Talaga, 46 tetapi Prabu Pucukumum dan putrinya Nyai Mas Tajungrangagang melarikan diri ke Gunung Ceremai. 47 Begitu pula di Raja Galuh Majalengka juga melalui peperangan. Akhirnya Cirebon dapat menundukkan Raja Galuh pada tahun 1528 M. 48 Setelah Raja Galuh takluk, raja Indramayu yang bernama Arya Wiralodra dengan gelar Prabu Indrawijaya tidak hanya menyatakan meyerah, tetapi juga menyatakan masuk Islam. 49 44 Sanggupri, op. cit., h. 33. 45 Kosoh S., Suwarno K., dan Syafel, Sejarah Daerah Jawa Barat, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1994, h. 101. 46 Dalam buku lain “Talaga” yang dimaksud adalah Banten Girang, lihat Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, dan Jawara, Jakarta: Pusaka LP3ES Indonesia, 2003, Cet I, h. 47 Adeng, dkk, op.cit., h. 29-30 48 Ibid., h. 31. 49 Sunyoto, op.cit., h. 165.