diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana. Ia dimakamkan di serambi Masjid Agung.
70
d. Abul Mafakir Mahmud Abdul Kadir
Abul Mafakhir dinobatkan sebagai sultan ketika berusia lima bulan, sehingga untuk melaksanakan roda pemerintahan ditunjuklah
Mangkubumi Jayanagara sebagai wali.
71
Masa perwalian Sultan Muda berakhir pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mufakir Mahmud
Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten 1596-1651.
72
Sultan Abul Mafakir yang terkenal dengan sultan yang bijaksana dan mementingkan
kehidupan rakyat menginggal pada tahun 1651. Ia digantikan oleh cucunya yang bergelar Abdulfattah atau yang terkenal dengan nama
Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa Sultan Agung Titayasa dari tahun 1651 sampai dengan 1682 Banten mencapai puncak kemegahan baik
dalam bidang perekonomian, politik, dan kebudayaan.
73
e. Sultan Agung Tirtayasa
Sebagai pengganti Sultan Abdul Kadir yang mangkat, maka diangkatlah Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-
Maali Ahmad, menjadi Sultan Banten ke-5 pada tanggal 10 Maret 1651. Sultan baru ini dikenal sebagai Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan
Abulfath Abdulfattah dengan gelar lengkapnya adalah Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah Muhammad Syifa Zaina Al Arifin.
74
Walaupun pada masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi masa kejayaan Banten, namun pada masa ini juga terjadi konflik
yang melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya Sultah Haji yang berkerjasama denga VOC. Pada ahirnya perlawanan dari Sultan
Agung dapat di patahkan berkat tipu daya dari Sultan Haji. Sultan Agung ditawan oleh Sultan Haji kemudian diserahkan kepada pihak Belanda.
70
Pemprov. Banten, Sultan di Banten, 2012, loc. cit.
71
Harun, op.cit., h.36.
72
Lubis, op.cit., h. 43
73
Kosoh op.cit., h. 97-98.
74
Lubis, op.cit., h. 47.
Sultan Agung ditawan sampai ia wafat pada tahun 1692.
75
Untuk selanjutnya pemerintahan Kerajaan Banten dipimpin oeh Sultan Haji,
namun pemerintahan ini dibawah kendali dari pihak VOC Belanda.
2. Perluasan Wilayah Kerajaan Banten
Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan
Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran
dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat
membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana,
bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
76
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil
lada di Lampung.
77
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan
Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun
1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579.
78
Pada masanya Maulana Yusuf menetapkan batas wilayah kekuasaan Banten dengan Cirebon,
yaitu sungai citarum dari muara sampai pedalamannnya Cianjur sekarang
79
. Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha
75
Kosoh S., op. cit., h. 105.
76
Hayati, op.cit., h. 10.
77
Lubis, op.cit., h. 35.
78
Ibid., 36.
79
Lubis, h. 36.
Banten dalam mempersempit gerakan Portugis di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.
80
Pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang bertahta dari tahun 1651 sampai tahun 1682 dipandang sebagai masa kejayaan Banten.
Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada
Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan
Tanjungpura Kalimantan Barat sekarang dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang
dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal- kapal dagang menuju Banten.
81
Selain mengembangkan perdagangan, Sultan Ageng Tirtayasa berupaya juga untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke wilayah
Priangan, Cirebon, dan sekitar Batavia guna mencegah perluasan wilayah kekuasaan Mataram yang telah masuk sejak awal abad ke-17. Selain itu,
juga untuk mencegah pemaksaan monopoli perdagangan VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan secara politik terhadap Banten. Pada
masa Sultan Agung TIrtayasa berkuasa, kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya.
82
Akan tetapi, pada masa ini juga Banten menuju masa kemunduran dan perpecahan. Dimulai dari kudeta putra mahkota yang tidak lain
adalah anaknya sendiri, Sultan Abdul Nasr Abdul Kahar atau Sultan Haji. Sultan Haji ingin merebut tahta kerajaan dari tangan Sultan Ageng
Titayasa dengan bantuan VOC. Walupun Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan, tapi pada akhirnya dapat dikalahkan. Kerajaan
Banten selanjutnya dipimpin oleh Sultan Haji. Namun, kepemimpinya
80
Ibid., 41.
81
Kesultanan Banten, Id.wikipedia.orgwikiKesultanan_Banten, diakses pada 15 Januari 2015.
82
Lubis, op.cit., h. 54.
Sultan Haji ini hanya sebagai bonekanya Belanda, karena yang mengatur jalannya pemerintahan dikendalikan Belanda dengan VOC-nya.
83
3. Media perluasan Islam Masa Kerajaan Banten
Berbagai cara dilakukan dalam perluasan wilayah dan pengaruh ajaran Islam selain dengan cara kekerasan atau peperangan. Berikut cara
atau media yang digunakan kerajaan Banten dalam memperluas pengaruh Islam:
a. Perkawinan
Pada awal penyebaran Islam di Banten oleh Sunan Gunung Jati, Islam dapat diterima oleh masyarakat sehingga banyak orang masuk
Islam. Bupati Banten itu sendiri tertarik dengan ketinggian ilmu dan akhlak dari Sunan Gunung Jati. Ia menikahkan putrinya yang bernama
Nyai Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati yang dianugrahi dua orang anak salah satunya adalah Pangeran Hasanuddin.
84
b. Perdagangan
Pada masa
Maulana Yusuf,
ia memperluas
kegiatan perekonomian dengan pembukaan daerah persawahan di sepanjang
pesisir Banten dan daerah perkebunan lada di Lampung dan Bengkulu.
85
Pada tahun-tahun pertama pemerintahan, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengembangkan kembali perdagangan Banten. Hal tersebut dapat dilihat
dari kenyataan bahwa Banten berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis. Sebagai
saingan VOC, Banten lebih dekat dengan para pedagang Eropa itu karena masih menjalankan sistem perdagangan bebas bukan sistem perdagangan
monopoli seperti yang dijalankan VOC. Selain itu, Banten pun mampu mengembangkan perdagangannya dengan Persia, Surat, Mekah,
Koromandel, Benggala dan Siam, Tonkin, dan Cina sehingga VOC menganggap
keadaan ini
sebagai ancaman
serius terhadap
83
Kosoh S., op. cit., h. 105.
84
Lubis, h. 27.
85
Ibid., h. 36
perdagangannya yang berbasis di Batavia.
86
c. Politik
Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-
bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai clikunjungi para pedagang asing dari Persi Iran, India, Arab, Cina,
Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat dengan Inggris9, Prancis,
Denmark, dan Turki.
87
Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan Banten yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini:
Gambar 4.3 Peta perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Banten
Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah pada masa kerajaan Banten. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe
86
Ibid., h. 47.
87
Ibid., h. 49