Media Perluasan Islam masa Kerajaan Cirebon
bertepatan dengan wafatnya Sunan Gunung Jati ayah dari Maulana Hasanuddin.
58
Berdasarkan hal itulah Maulana Hasanuddin dapat dikatakan sebagai pemimpin pertama Kerajaan Banten. Walaupun di
dalam buku H.J. de Graaf dan Th. G. Th. Pigeud, Maulana Hasanuddin sebagai penguasa kedua.
59
Maulana Hasanuddin sebagai Sultan pertama di Banten, ia adalah putra dari Sunan Gunung Jati dari ibu putri Banten.
60
Sejak peritisannya Kesultanan Banten didukung oleh para pedagang muslim, baik mereka yang berasal dari penduduk Banten sendiri dan
mereka berasal dari daerah di nusantara maupun dari luar nusantara. Itulah sebabnya dalam perkembangan Kesultanan Banten tampil sebagai
penguasa maritim yang mengutamakan kegiatan perlayaran dan perdagangan.
61
Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570 M.
62
Dalam cerita Banten, Hasanuddin terkenal dengan nama setelah ia meninggal
yaitu Pangeran Saba Kingking atau: Seba Kingking, sesuai dengan nama kotadesa tempat ia dimakamkan, tidak jauh dari Banten.
Makamnya telah dijadikan tempat ziarah oleh anak cucunya. Namun, ia tidak pernah mendapat penghormatan keagamaan seperti ayahnya, Sunan
Gunung Jati.
63
b. Maulana Yusuf
Setelah Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570 M, ia menggantikan ayahnya memimpin Banten.
64
Maulana Yusuf mempunyai beberapa isteri. Dari permaisurinya yang bernama Ratu Hadijah,
Maulana Yusuf mempunyai dua orang anak, yaitu Ratu Winahon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari anak dari istri-istri yang lainnya
58
Khalil, op. cit., h. 72.
59
Hasanuddin, penguasa Islam yang kedua atas Banten, lihat. H.J De Graaf dan Th. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, op.cit, h. 151.
60
P.S. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1978, h. 23.
61
Lubis, op. cit., h. 34.
62
Harun, op. cit., h. 35.
63
De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 152.
64
Khalil, op. cit., h. 72
antara lain Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran Mandalika, Pangeran Aria Ranamanggala, Pangeran Madura, Pangeran Seminigrat,
Ratu Demang, Ratu Pacatanda, Ratu Rangga, Ratu Manis, Ratu Wiyos, dan Ratu Balimbing.
65
Maulana Yusuf meninggal pada tahun 1580, dan dimakamkan di Pangkalangan Gede dekat kampung Kasunyatan. Setelah
meninggal ia terkenal dengan nama Pengeran Panembahan Pekalongan Gede atau Pangeran Pasareyan.
66
c. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad tetap diangkat menjadi pemimpin Banten ketika masih berusia 9 tahun. Namun, para Kadhi menyerahkan
perwaliannya kepada Mangkubumi. Pangeran Muhammad diangkat menjadi sultan dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Ketika
Maulana Muhammad memimpin Banten, Kesultanan Banten menjadi semakin kuat dan ramai. Orang-orang dapat melayari kota dengan
menyusuri banyak sungai yang terdapat di Banten.
67
Maulana Muhammad dikenal sebagai seorang sultan yang amat saleh dan
mempunyai keinginan yang kuat dalam menyebar luaskan ajaran Islam. Upaya yang dilakukan dalam menyebarluaskan ajaran Islam yaitu ia
mengarang kitab-kitab, membangun sarana-sarana ibadah sampai ke pelosok desa, dan rutin menjadi imam dan khatib.
68
Akhir hidup Maulana Muhammad cukup tragis. Ia terbujuk untuk membantu Pangeran Mas yang masih ada iktan saudara, berambisi untuk
menjadi Raja Pelembang. Kemudian dilakukanlah penyerbuan ke Palembang dengan membawa pasukan dan kapal perang. Ketikan hampir
berhasil, kapal perangnya tertembak yang mengakibatkan tebunuhnya Sultan Maulana Muhammad.
69
Maulana Muhammad wafat pada Usia muda kira-kira 25 Tahun. Setelah wafatnya, Maulana Muhammad
65
Lubis, op. cit., h. 39.
66
Harun, loc. cit.
67
Pemprov. Banten, Sultan di Banten, 2012, http:bantenprov.go.idreadsultan-di-
banten.html ,
diakses pada 4 Desember 2014.
68
Yatim, op. cit., h. 36
69
Lubis, op. cit., h. 41-42
diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana. Ia dimakamkan di serambi Masjid Agung.
70
d. Abul Mafakir Mahmud Abdul Kadir
Abul Mafakhir dinobatkan sebagai sultan ketika berusia lima bulan, sehingga untuk melaksanakan roda pemerintahan ditunjuklah
Mangkubumi Jayanagara sebagai wali.
71
Masa perwalian Sultan Muda berakhir pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mufakir Mahmud
Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten 1596-1651.
72
Sultan Abul Mafakir yang terkenal dengan sultan yang bijaksana dan mementingkan
kehidupan rakyat menginggal pada tahun 1651. Ia digantikan oleh cucunya yang bergelar Abdulfattah atau yang terkenal dengan nama
Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa Sultan Agung Titayasa dari tahun 1651 sampai dengan 1682 Banten mencapai puncak kemegahan baik
dalam bidang perekonomian, politik, dan kebudayaan.
73
e. Sultan Agung Tirtayasa
Sebagai pengganti Sultan Abdul Kadir yang mangkat, maka diangkatlah Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-
Maali Ahmad, menjadi Sultan Banten ke-5 pada tanggal 10 Maret 1651. Sultan baru ini dikenal sebagai Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan
Abulfath Abdulfattah dengan gelar lengkapnya adalah Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah Muhammad Syifa Zaina Al Arifin.
74
Walaupun pada masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi masa kejayaan Banten, namun pada masa ini juga terjadi konflik
yang melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya Sultah Haji yang berkerjasama denga VOC. Pada ahirnya perlawanan dari Sultan
Agung dapat di patahkan berkat tipu daya dari Sultan Haji. Sultan Agung ditawan oleh Sultan Haji kemudian diserahkan kepada pihak Belanda.
70
Pemprov. Banten, Sultan di Banten, 2012, loc. cit.
71
Harun, op.cit., h.36.
72
Lubis, op.cit., h. 43
73
Kosoh op.cit., h. 97-98.
74
Lubis, op.cit., h. 47.