Perluasan Wilayah Kerajaan Banten

perdagangannya yang berbasis di Batavia. 86 c. Politik Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa- bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai clikunjungi para pedagang asing dari Persi Iran, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat dengan Inggris9, Prancis, Denmark, dan Turki. 87 Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan Banten yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini: Gambar 4.3 Peta perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Banten Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah pada masa kerajaan Banten. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe 86 Ibid., h. 47. 87 Ibid., h. 49 simbol yaitu simbol titik, simbol garis dan simbol area. Untuk simbol titik terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna hijau menandakan daerah-daerah penting yang menjadi wilayah kekuasaan dan taklukan pada periode kerajaan Banten. Sedangkan untuk simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan dari kerajaan Banten. Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah warna merah menandakan arah perluasan wilayah ekspansi yang dilakukan selama pemerintahan Banten sejak menjadi kerajaan independen sampai masa puncak kejayaannya. Dan simbol yang ketiga adalah simbol area berwarna ungu yang menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh kerajaan Banten.

D. Periode Kerajaan Pajang

Berdirinya Kesultanan Pajang tentunya didasari atas keinginan Jaka Tingkir ingin memiliki kedudukan politik di Demak, di disamping itu juga karena Jaka Tingkir, merupakan keturunan raja Brawijaya dari Majapahit serta menantu Sultan Demak yang menjadikannya ingin meneruskan tahta Kerajaan Majapahit. Walaupun termasuk kerajaan yang besar, Kerajaan Pajang tidak berlangsung panjang, bisa dikatakan awal berdiri kemudian masa kejayaan dan penurunan dari kerajaan pajang hanya berlangsung pada satu Sultan yaitu pada masa Jaka Tingkir. Sedangkan dua pemimpin pemerintahan berikutnya hanya mengurusi masalah internal keluarga saja dalam perebutan kekuasaan. Berdirinya Kesultanan Pajang tidak ada penjelasan yang menjelaskan angka tahun mengenai awal berdirinya kesultaanan tersebut, namun secara utuh sebagai sebuah Kesultanan Islam di Jawa, di mulai setelah berakhirnya Kesultanan Demak, dengan terbunuhnya Pangeran Prawoto oleh Arya Panangsang pada tahun 1549 M, dan ditandai dengan tewasnya Arya Panangsang berkisar tahun 1558 M, jadi secara utuh menandakan berdirinya Pajang antara tahun 1550 – 1558 M. 88 88 De Graff, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa., op. cit., hal. 242.

1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Pajang

a. Sultan HadiwijayaJaka Tingkir Nama semasa kecilnya adalah Mas Karebet, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Dia tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. 89 Jaka Tingkir dalam menjalankan kepemerintahan Pajang kurang lebih selama 30 tahun dari tahun 1558 M tahun terbunuhnya Arya Panangsang sampai 1587 M tahun wafatnya Jaka Tingkir. 90 b. Aria Pangiri Aria pangiri menggantikan mertuanya yaitu Jaka Tingkir setelah meninggal pada tahun 1587, dia sebelumnya merupakan adipati Demak ketika Jaka Tingkir berkuasa. Ketika berkuasa, terjadi konflik perebutan kekuasaan dengan Pangeran Benawa. Aria Pangiri memerintah di Pajang hanya untuk waktu yang singkat. la segera diusir oleh Pangeran Benawa, putra dari Jaka Tingkir yang telah meninggal. Dalam merebut kerajaan Pajang ia bekerja sama dengan Senapati Mataram. 91 c. Pangeran Benawa Benawa merupakan anak dari Sultan Hadiwijaya Jaka Tingkir. Pangeran Benawa berusaha merebut kekuasaan dari Aria Pangiri dengan meminta bantuan dari Senopati penguasa Mataram, yang juga merupakan kaka angkatnya. Berkat bantuan Senopati, akhirnya Pangeran Benawa berhasil merebut kerajaan Pajang dari tangan Aria Pangiri. Atas jasa dari Senopati penguasa Mataram dan menjalankan amanat dari ayahnya, Benawa memberikan hadiah hak atas warisan Ayahnya, namun ditolak dan menyatakan untuk tetap tinggal dan menjadi raja di Mataram, ia hanya meminta pusaka kerajaan seperti gong Kiai Balima, kendali Kiai Macan Guguh, dan benda-benda lainnya yang diberkati. 92 Lalu Pangeran Benawa dikukuhkan sebagai raja Pajang namun dibawah perlindungan 89 Olthof, op.cit., h. 48. 90 Khalil, op.cit., h. 65. 91 De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 285. 92 Olthof, op.cit., h. 118.