kelompok, suasana semacam itu tidak berbeda dengan pembelajaran individualistik. Berikut perbandingan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
kelompok tradisonal menurut Huda 82-83: 2015:
Tabel 2.1
Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Kelompok Tradisonal
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kelompok Tradisional
Interpedensi positif dengan prosedur- prosedur yang terstruktur jelas.
Tidak ada interpedensi positif. Akuntabilitas individu atas pembagian
kerja kelompok. Tidak ada akuntabilitas individu atas
pembagian kerja kelompok. Relatif menekankan kelompok yang
terdiri dari siswa-siswa dengan level kemampuan yang berbeda.
Cenderung menekankan
kelompok yang terdiri dari siswa-siswa dengan
level kemmpuan yang setara. Saling berbagi peran kepemimpinan.
Masing-masing anggota jarang yang membantu anggotanya yang lain untuk
belajar.
Bertujuan memaksimalkan
pembelajaran setiap anggota kelompok. Fokus hanya untuk menyelesaikan
tugas. Menjaga relasi kerjasama yang baik.
Acap kali
mengabaikan relasi
kerjasama yang baik. Mengajarkan keterampilan bekerjasama
yang efektif. Menganggap
semua siswa
bisa bekerjasama dengan baik.
Observasi guru pada kualitas teamwork siswa.
Jarang ada observasi dari guru. Merancang prosedur-prosedur yang
jelas dan mengalokasi waktu yang memadai untuk pemrosesan kelompok.
Jarang merancang prosedur-prosedur yang jelas dan mengalokasi waktu yang
memadai untuk pemrosesan kelompok.
2.1.11. Teori Belajar yang Mendukung Model Teams Games Tournament
2.1.11.1. Teori Belajar Behaviorisme
Berdasarkan pandangan behaviorisme, belajar merupakan proses perubahan perilaku yang berwujud perilaku yang tampak overt behavior atau
perilaku yang tidak tampak innert behavior. Perubahan perilaku itu tidak
disebabkan oleh kemampuan internal manusia, tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil
belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa menarik dan spesifik sehingga mudah direspon oleh siswa. Sebagai suatu proses, dalam
kegiatan belajar dibutuhkan waktu sampai mencapai hasil belajar dan hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku yang lebih sempurna dibandingkan perilaku
sebelumnya Rifa’i dan Catharina, 2012: 89-90.
Perilaku dalam pandangan behaviorisme adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat diamati atau dilihat secara langsung. Behaviorisme
menekankan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Ciri teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi dan respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme
hasil belajar, dan mementingkan peranan kemampuan Suprijono, 2013: 32. Berdasarkan teori belajar tersebut, pembelajaran IPA menggunakan
model Teams Games Tournament TGT memungkinkan siswa untuk membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Pada pembelajaran menggunakan
model TGT perubahan perilaku diperoleh melalui stimulus yang dirancang agar dapat menarik minat siswa yaitu melalui permainan atau turnamen kelompok
sehingga mudah direspon. Pembelajaran melalui permainan akan membuat anak senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, selain itu dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
2.1.11.2. Teori Belajar Kognitif