15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4 Penentuan Kandungan Zat Aktif dalam Mikropartikel dan Efisiensi
Penjerapan
Penentuan kandungan obat mikropartikel dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi dan efiseiensi metode yang
digunakan. Mikropartikel dapat mengandung bahan inti sampai 99 dihitung terhadap berat mikropartikel. Metode yang digunakan tergantung
dari kelarutan bahan penyalut dan bahan inti, salah satu metodenya yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis Kasih, 2014.
Jika bahan inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka penentuan kandungan mikropartikel dilakukan dengan melarutkan
mikropartikel dalam pelarut organik yang sesuai dan kadar obat kemudian ditentukan dengan metode analisa yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja
yang larut dalam air, sedangkan bahan penyalutnya tidak larut makan dapat dilakukan pelarutan mikropartikel dalam air dengan pengadukan kecepatan
tinggi, sehingga bahan penyalut akan terlarut atau dapat pula dilakukan penggerusan mikropartikel sehingga penyalut pecah dan inti dapat terlarut
dalam pelarut yang sesuai. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk menghilangkan fragmen polimer yang tidak larut. Bahan inti selanjutnya
ditentukan kadarnya dengan metode analisa yang sesuai Lachamn, 1994. Kandungan obat fraksi zat aktif dalam mikropartikel dan efisiensi
penjerapan ditentukan dengan menggunakan rumus Kumar et al., 2011 :
Keterangan : Fp = Efisiensi penjerapan ,
Fm = Fraksi zat aktif dalam mikropartikel g,
Ft = Fraksi zat aktif dalam teori g
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.5 Uji Pelepasan In Vitro
Laju pelepasan in vitro adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada setiap waktu tertentu. Proses pelepasan zat aktif ini sangat berpengaruh
terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh dan selanjutnya akan mempengaruhi respon klinis yang dihasilkan oleh suatu
sediaan Kasih, 2014. Uji pelepasan in vitro ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah
pelarutan obat dalam suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam zat aktif. Noyes dan Whitney
menggambarkan proses pelepasan bahwa padat dimulai dengan pelarutan bahan pada permukaan partikel zat aktif, yang membentuk larutan jernih di
sekeliling partikel Kasih, 2014. Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan sebagai stagnan
layer atau lapisan tetap yang tipis, yang selanjutnya berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah Kasih, 2014. Adapun persamaan
yang menggambarkan persamaan disolusi adalah :
Keterangan: dC
= Perubahan konsentrasi suatu fungsi obat, k = Konstanta kecepatan disolusi,
Cs = Konstanta jenuh larutan, C = Konstanta larutan pada waktu tertentu Kasih, 2014.
2.4 Sistem Penghantaran Obat Lepas Terkendali
Penghantaran obat lepas terkendali telah banyak dikembangkan saat ini dan digunakan untuk menjamin jumlah obat yang dilepaskan di dalam
tubuh sesuai keinginan formulator. Sistem ini menghasilkan penghantaran obat secara kontinyu untuk periode waktu yang sudah ditetapkan dengan
kinetika yang dapat diprediksi, bersifat reprodusibel, dan mekanisme pelepasan sudah diketahui. Penghantaran obat secara lepas terkendali
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
contohnya yaitu : pelepasan obat yang diperpanjang lepas lambat, pelepasan obat yang mengikuti orde nol, pelepasan obat yang mengikuti
respon biologis tubuh, pelepasan yang lajunya dikontrol, dan pelepasan yang ditunjukan langsung pada target Anya et al., 2011.
Beberapa keuntungan pengaplikasian sistem ini dalam suatu sediaan yaitu untuk memperbaiki availabilitas beberapa obat, menghindari
fluktuasi obat dalam darah, mengurangi frekuensi pemberian obat yang juga meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pasien Ansel et al., 1999.
Dalam penghantaran obat secara lepas terkendali, penggunaan polimer sangat menentukan sifat atau karakter pelepasan yang diinginkan.
Polimer yang digunakan dapat bersifat biodegradable maupun non- degradable sesuai kebutuhannya dalam tubuh. Selain itu, penggunaan
polimer dapat pula dibentuk menjadi sistem matriks atau reservoir, hal ini akan menghasilkan karakter dan mekanisme pelepasan yang berbeda. Pada
sistem matriks, obat terdistribusi diseluruh sebuah fase kontinyu yang tersusun dari polimer maupun lipid, sedangkan pada sistem reservoir obat
dikelilingi oleh membran polimer yang mengontrol pelepasannya. Pelepasan obat dari sediaan lepas terkendali yang lajunya dikontrol, dapat
terjadi karena peristiwa difusi, disolusi, osmosis, mekanis, maupun secara bioresponsif Cecilia, 2011.
2.5 Gentamisin Sulfat
Gentamisin sulfat adalah campuran kompleks dari gentamisin C
1
sulfat, gentamisin C
1A
sulfat, dan gentamisin C
2
sulfat. Gentamisin sulfat dihasilkan dari pembiakan Micronospora purpurea. Gentamisin sulfat
berbentuk serbuk berwarna putih sampai kekuningan yang mengandung tidak lebih dari 15 air. Obat ini mudah larut dalam air, dan praktis tidak
larut dalam alkohol, kloroform, dan eter. Nilai pKa dari gentamisin sulfat dalam kondisi asam kuat 12, 55 dan dalam kondisi basa 10,18. Gentamisin
sulfat meleleh pada 218 – 237
C. gentamisin sulfat memiliki rentang terapi yang sempit, bersifat nefrotoksik dan ototoksik serta mempunyai
variabilitas farmakokinetik interindividu cukup lebar, makan pemabntauan