20
Jumlah 479
135 614
data diambil dari bagian SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan, April 2014 Nb: Tanda menandakan banyaknya jumlah Karyawan Perempuan pada bagian
Pekerjaan tersebut. Dari data dan realitas sosial yang ditemukan dilapangan, maka peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan studi Pada Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit
Usaha Tinjowan,dan peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menjadikan karyawan perempuan menjadi objek penelitian untuk melihat eksistensi dan
mobilitas sosial karyawan perempuan dalam penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam Penelitian ini yang menjadi perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Eksistensi Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV
Unit Usaha Tinjowan? 2.
Bagaimana Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian Bungin, 2008 : 75 . Dan adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah :
Universitas Sumatera Utara
21
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Eksistensi Karyawan Perempuan di
PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Tinjowan. 2.
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Tinjowan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dan
kajian ilmiah yang berkaitan dengan Sosiologi Gender dan Sosiologi Masyarakat Perkebunan untuk Mahasiswa departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara dan mengenai Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Tinjowan.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini ditujukan dan bermanfaat kepada pihak perkebunan kelapa sawit
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan, dinas tenaga kerja dan transmigrasi, pemerintah serta pihak-pihak birokrasi lain yang digunakan sebagai keperluan data
penelitian, referensi, kebijakan dan keperluan lainnya.
1.5 Definisi Konsep 1. Keadilan Gender, berbicara mengenai perlakuan adil yang dimiliki dan diberikan
oleh setiap individu baik laki-laki dan perempuan dalam memperoleh sesuatu hal seperti, pendidikan, pekerjaan dan layanan kesehatan. Untuk mengukur perlakuan
Universitas Sumatera Utara
22
yang didiapatkan karyawan baik upah, insentif, kesempatan kerja, golongan dan jabatan.
2.
Kesetaraan Gender, mengenai kesempatan yang sama terkait hak dan kewajiban
yang dimiliki setiap individu laki-laki dan perempuan dalam segala hal dan kesempatan.
3.
Eksistensi Karyawan Perempuan, Menurut Zainal Abidin 2008 Eksistensi tidak
bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan individu dalam
mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab itu, arti istilan eksistensi analog dengan ‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’. Eksistensi adalah milik pribadi. Tidak ada
dua individu yang identik. Oleh sebab itu, eksistensi adalah milik pribadi, yang keberadaannya tidak bisa disamakan satu sama lain.
http:edukasi.kompasiana.com20120322eksistensi-manusia-444068.html
Eksistensi karyawan perempuan merupakan keberadaan karyawan perempuan dalam menyikapi segala situasi dan kondisi sosial dimana perempuan tersebut bekerja dan
menjalankan karirnya termasuk jabatan, golongan, mutasi kerja dan semua yang terkait dengan pekerjaan di PT. Perkebunan Nusantara IV persero Unit Usaha
Tinjowan,dan untuk mengukur peran dan perlakuan terhadapnya, seperti hak dan kewajiban karyawan tersebut.
4.
Pekerjakaryawan Perempuan adalah setiap perempuan yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain disuatu instansi atau lembaga perusahaan baik pemerintah maupun swasta dengan ketentuan status pekerjaan
tertentu karyawan tetap atau tidak tetap.
Universitas Sumatera Utara
23
5.
Karir merupakan suatu arah jalan umum yang dipilih seseorang untuk mengejar
keseluruhan kehidupan pekerjaannya.
6. Mobilitas Sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari
lapisan yang satu ke lapisan yang lain pada karyawan perempuan. Mobilitas
vertikal naik dan turun adalah pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. jabatan kerja Karyawan
Perempuan. Mobilitas horizontal dalam lapisan sosial perpindahan status sosial
seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial tertentu. mutasi kerja
karyawan perempuan. Dalam hal ini Mobilitas sosial yang terjadi dalam posisi dan
status pekerjaan atau jabatan dan jenjang karir yang terjadi dan dimiliki oleh
karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. 7. Pembagian Kerja seksual,
merupakan pembagian kerja yang berdasarkan jenis kelamin maskulinitas dan feminitas dan gender. Pekerjaan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kesesuaian nilai,norma dan peraturan yang berlaku bagi perempuan
dan laki-laki dalam ketenagakerjaan.
8.
Stratifikasi Pekerjaan, merupakan tingkatan status pekerjaan tertentu dan
membentuk status sosial tertentu yang dimiliki oleh pekerja atau karyawan. 9.
Jenjang Karir, merupakan karir yang dimiliki karyawan perempuan berupa
golongan jabatan karyawan. Yaitu, golongan IA sd ID, IIA sd IID untuk karyawan pelaksana. Golongan IIIA sd IVD untuk karyawan pimpinan, seperti assisten,
kepala dinas dan manajer. Jenjang karir karyawan digambarkan dengan Golongan Kerja Karyawan yang dimiliki dan bersifat privatisasi.
Universitas Sumatera Utara
24
10.
Jaringan sosial, merupakan hubungan sosial yang mempengaruhi suatu
kebijakan,penggambilan keputusan dan hal lainnya dalam dunia kerja. Dalam hal ini,konsep jaringan sosial digunakan untuk melihat adanya keterikatan hubungan
sosial karyawan pelaksana dengan karyawan pimpinan.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembagian Kerja Secara Seksual
Pembagian kerja seksual adalah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Dikebanyakan masyarakat ada pembagian kerja seksual di mana beberapa tugas
dilaksanakan oleh perempuan dan beberapa tugas lain semata-mata dilakukan oleh laki- laki. Kesadaran akan perbedaan pendefenisian maskulinitas dan feminitas disetiap
masyarakat ini membawa kesadaran akan adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual yang berbeda.
Hal ini berkaitan dengan visi yang melihat bahwasannya kaitan antara ada tidaknya dominasi dalam pembagian kerja seksual dengan struktur masyarakat dan
perubahan sosial bisa dibagi kedalam empat golongan. Pertama, mereka yang mengatakan pembagian kerja seksual berlaku universal, tetapi selalu berarti dominasi
laki-laki. Kedua,ada yang mengatakan bahwa posisi perempuan secara tradisional tidak tersubordinasi, tetapi dengan kolonialisme mejadi termarjinalisasi. Ketiga, adapula yang
mengatakan bahwa posisi perempuan selalu tersubordinasi baik pada zaman feodal, kolonial, pasca kolonial, tetapi bentuk subordinasinya berbeda-beda sesui dengan sistem
yang ada saat itu. Keempat, ada yang mengatakan bahwa subordinasi terdapat pada saat perempuan terkungkung dalam lingkup domestik dalam sistem feodal yang masih
patriakal. Saptari dan Holzner, 1997 Situasi budaya yang mengutamakan laki-laki atau dikenal budaya patriarkhi
menjadi suatu pisau analisis didalam melihat peran laki-laki dan perempuan. Peran
Universitas Sumatera Utara
26
tradisional dahulu menempatkan laki-laki sevagai pencari nafkah di sektor publik dan perempuan melakukan aktifitas dalam rumah tangga di sektor domestik.
Tetapi dalam perkembangannya, masyarakat kita tidak bisa menghindari telah terjadinya pergeseran peran dimana sebagian perempuan juga aktif di aktivitas kerja
publik ataupun aktivitas sosial lainnya. Bahkan sekarang ini fenomena wanita yang bekerja maupun berkarir menjadi bagian dari perkembangan kemajuan perempuan untuk
mencapai posisi kesetaraan dan kemanjuan relasi sosial yang setara antara laki-laki dan perempuan. Harmona, D. 2007
Dalam teori nature, perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang membentuk keduanya. Sedangkan dalam teori nurture,
perbedaan ini muncul karena dibentuk oleh lingkungan tempat dimana mereka dibesarkan.
Menurut Aristoteles, wanita adalah adalah laki-laki yang tidak lengkap. Sedangkan menurut Schopenhauer, Wanita dalam segala hal terbelakang, tidak memiliki
kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi..posisinya ada diantara laki-laki dewasa yang merupakan manusia sesungguhnya dan anak-anak pada akhirnya wanita diciptakan hanya
untuk mengembangkan keturunan. Menurut Frederick Engles, pembagian kerja secara seksual memang bersifat timbal balik sebelum laki-laki mengambil alih kekuasaan,
pekerjaan didalam maupun diluar rumah tangga sama saja, keduanya tidak akan membuat keadaan yang bekerja di dalm maupun diluar lebih kaya dari yang lainnya. Namun
ketimpangan terjadi pada saat pekerjaan diluar rumah memberikan kekayaan yang tidak seimbang dengan pekerjaan yang didalam rumah. Hal inilah yang kemudian menjadikan
pria berada dalam posisi yang lebih kuat dalam masyarakat, sedangkan wanita menjadi
Universitas Sumatera Utara
27
lebih lemah. http:sosbud.kompasiana.com20101223pembagian-kerja-secara-seksual- gender-327317.html
2.2 Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Perempuan